Kata
pengantar
Segala puji hanya diserahkan kepada AllahSWT.
Yang telah mensyariatkan hukum islam kepada umat manusia. Shalawat dan salam,
semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa syariat
islam untuk diimani, dipelajari, dan dihayati serta diamalkan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam jual beli, menurut agama islam di
bolehkan memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau membatalkannya. Karena
terjadi suatu hal. Dan iniah yang dinamakan khiyar (pilihan).
Dalam makalah ini dibahas tentang
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan khiyar. Hubungan tersebut dapat
berupa kebendaan (muamalah madiyah) ataupun tata kesopanan (muamalah adabiyah).
Terlebih, dalam amal perbuatan dan kegiatan hidup sehari-hari.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa fisik-material, maupun yang
berupa mental-spiritual
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
mempelajari ilmu fiqih ada beberapa hal yang penting untuk dikatahui dan untuk
dipelajari salah satunya adalah mempelajari muamalah dan cabang –cabang nya
serta hukum yang terkandung didalamnya. Karena dengan mempelajari ilmu fiqih
maka dapat membantu seseorang dapat memahami apa itu muamalah dalam kehidupan
sehari-hari dan secara sempurna
Dalam
islam pada hakikatnya rasulullah saw. Diutus ke atas muka bumi adalah sebagai
uswat al-hasanat dan rahmat lil-alamin. Semua sunnah rasulullah saw menjadi
panduan utama setelah alquran bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama
aspek pendidikan. Dan salah satu yang dapat terlihat pada diri rasulillah saw
adalah ketika berhijrah ke madinah, dan salah satu da’wah rasulullah saw.
Adalah di pasar. Yang mana pasar itu ditempati para penjual dan pembeli. Maka
dari ada nya penjual dan pembeli di pasar tersebut, maka terjadilah transaksi
jual beli yang melibatkan istilah pilihan terhadap barang yang akan di perjual
belikan.
Dalam
islam istilah pilihan biasa di sebut khiyar. Yang mana khiyar ini merupakan
salah satu hak yang harus dimiliki antara penjual dan pembeli. Dengan demikian
proses jual beli akan berlangsung dengan perasaan aman dan nyaman.
Maka
dari itu, rasulullah saw. Mencontohkan kepada setiap manusia yang di muka bumi
pada masa-masanya untuk selalu berjalan sesuai syariat yang telah di tentukan
aleh allah swt.
Dalam
kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kapada semua pihak yang telah mendukung
dan memberikan motivasinya. Demikianlah semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat di susun rumusan masalah sebagai berikut
1. Menjelaskan arti khiyar dan dan dalilnya
2. Menjelaskan macam- macam khiyar
3. Menjelaskan tata cara khiyar
4. Mampu melaksanakan khiyar dengan benar
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian khiyar dan dalilnya
2. Mengetahui dan menjelaskan macam-macam khiyar
3. Menegetahui dan menjelaskan tata cara khiyar
4. Mengetahui dan mampu melaksanakan khiyar
dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Khiyar
1. Secara Kata Bahasa Arab.
Menurut
kamus besar bahasa arab al-munawwir, kata-kata khiyar dapat di jumpai dengan
kata-kata “الحيار ولاختيار ‘’ artinya pilihan. Sedangkan ‘’ حر ية ‘’ artinya kebebasan memilih dan ‘’احتيارا ‘’
dengan kemauan sendiri serta ‘’ artinya kebaikan dikiuti kata-kata “ الخيرية ‘’ berdasarkan kemauan sendiri.
Jadi
khiyar secara bahasa dapat diartikan ‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan
sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan sendiri.
2. Secara Terminology Ulama’
Sedangkan
menurut istilah yang disebutkan didalam kiitab fiqih islam yaitu ‘’khiyar
artinya boleh memilih antara dua, meneruskan aqad jual beli atau di urungkan,
(ditarik kembali tidak jadi jual beli).
Diadakannya
khiyar oleh syara’ agar kedua orang yang berjual beli agar dapat memikirkan
kemaslahatan masing-masing lebih jauh. Supaya tidak terjadi penyesalan di
kemudia hari, lantaran merasa tertipu.
Secara terminologis para ulama
fiqh mendefinisikan al-khiyar dengan:
أَنْ يَكُوْنَ
لِلْمُتَعَاقِدِ الْخِيَارُبَيْنَ إِمْضَاءِ الْعَقْدِ وَعَدَمِ إِمْضَائِهِ
بِفَسْخِهِ رفقا لِلْمُتَعَا قِدَيْنِ.
Artinya
: hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi
untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan
kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.
3. Pendapat Ahli Fiqih
a. Menurut ulama fiqih pengertian khiyar yaitu
انيكون للمتعاقدالحق في امضاء
العقد او فسخه ان كا ن الخيار شرط اورءسة او عيب
او ان يختاراحد البيعين ان كان
الخيارخيار ثعيين
Artinya sesuatu keada yang
menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan aqadnya, yakni menjadikan atau
membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, ‘aib atau ru’yah,
atau hendaklah memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin.’
a. Menurut dr. H. Hendi suhendi, m.si.
Yatiu menurut agama islam di
bolehkan memilih atau melanjutkan jual beli atau membatalkannya.
b. Menurut asy-syekh muhammad bin qosim al-ghozali
Khiyar adalah bagi penjual dan
pembeli ada hak khiyar (memilih) antara meneruskan atau membatalkan jual
belinya.
Maksudnya yaitu bagi penjual
dan pembeli ada hak tetap untuk memilih beberapa macam aqad jual beli di
tempatnya (khiyar majlis) seperti pesanan (salam), selama keuanya belum
terpisah artinya suatu masa tidak terpisah kedua belah pihak menurut kebiasaan.
c. Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah
Sedangkan pengertian khiyar
menurut kompilasi hukum ekonomi syariah (khes) pasal 20 (8) adalah hak pilih
bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang
dilakukannya.
4. Dasar Hukum Dan Penjelasannya
Adapun dasar hukum khiyar pada
jual beli yaitu :
عَنِ ابنِ عُمَرَ، عَنِ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ اَنَّهُ قَالَ:,, اِذَاتَبَايَعَ
الرَّجُلاَنِ فَكُّلُ وَاحِدٍمِنْهُمَابِاْلخِيَا رِمَالَمْ يَتَفَرَّقَا، وَكَانَاجَمِيْعًا،
اَوْيُخَيْرُاَحَدُهُمَااْلآخَرَ. فَاِنْ خَيَّرَاَحَدُهُمَاْالآَخَرَ.
فَتَيَايَعَا عَلى ذلِكَ، فَقَدْوَجَبَ اْلبَيْعُ. وَاِنْ تَفَرَّ قَابَعْدَاَنْ
تَبَايَعَاوَلَمْ يَتْرُكْ وَاحِدٌمِنْهُمَااْلبَيْعَ، فَقَدْوَجَبَ اْلبَيْعُ،،.
Artinya:
“apabila ada dua orang mengadakan akad jual beli, maka masing-masing boleh
khiyar selagi belum berpisah, sedangkan mereka berkumpul; atau salah seorang
dari mereka mempersilahkan yang lain untuk khiyar, kalau salah seorang sudah
mempersilahkan yang lain untuk khiyar kemudian mereka mengadakan akad sesuai
dengan khiyar tersebut, maka jual beli jadi; dan apabila mereka berpisah
sementara tidak ada seorangpun yang meninggalkan jual beli (tetap memilih( dilaksanakan khiyar dalam khiyar. Khiyar, maka
harus jadi.
B. Pembagian Khiyar
Jumlah
khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan
pendapat. Menurut ulama hanafiyah, jumlahnya ada 17.
ulama
malikiyah membagi khiyar menjadi dua bagian yaitu ‘’khiyar al-taammul (melihat,
meneliti), yakni khiyar secara mutlaq dan khiyar naish (kurang), yakni apabila
terdapat kekurangan atau ‘aib pada barang yang dijual (khiyar al-hukmy). Ulama
malikiyah berpendapat bahwa khiyar majlis itu batal.
Ulama
syafi’iyah berpendapat bahwa khiyar terbagi menjadi menjadi dua yaitu khiyar
at-tasyahi dan khiyar naqishah.
Khiyar
at-tasyahi yaitu khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transksi sesuai
seleranya terhadap barang, baik didalam majlis maupun syarat.
Khiyar
naqishah yaitu adanya perbedaan dalam lafaz atau adanya kesalahan dalam
perbuatan atau adanya penggantian.
Adapun
khiyar yang didasarkan pada syara’ menurut ulama syafi’iyah ada 16 (enam belas)
dan menurut ulama hanabilah jumlah khiyar ada 8 (delapan) macam.
C. Pembagian Khiyar Yang Paling Masyhur
Khiyar yang paling masyhur itu terbagi menjadi
3 macam yaitu:
1. Khiyar Syarat
a. Arti Khiyar Syarat
Menurut ulama fiqih khiyar syarat yaitu:
اَنْ يَكُوْنَ
ِلأَحَدِالْعَاقِدَيْنِ اَوْلِكِيْلَهُمَا اَوْ لِغَيْرِهُمَاالْحَقِّ فىِ فَسْحِ
الْعَقْدِاِوْاِمْضَائِهِ خِلاَلَ مُدَّةٍ مَعْلُوْمَةٍ
Artinya’’
sesuatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang aqad atau masing-masing
yang aqad atau selain kedua belah pihak yang aqad memiliki hak atas
pembatalan atau penetapan aqad selama waktu yang ditentukan.’’
Contohnya:
‘’seorang
pembeli berkata’’
‘’saya beli dari kamu barang ini, dengan catatan saya ber-khiyar (pilih-pilih)
selama sehari atau tiga hari.’’
Khiyar
di syariatkan antara lain untuk menghilangkan unsur kelalaian atau tipu-menipu
bagi pihak yang aqad.
Adapaun
khiyar syarat ini akan membuat dua macam khiyar yaitu khiyar masyru’ dan khiyar
rusak.
b. Permasalahan Yang Terjadi Pada Khiyar
Syarat
a. Khiyar masyru’ (disyariatkan)
Yaitu
khiyar yang ditetapkan batasan waktunya.
Adapun
dasar khiyar ini yaitu pada hadits nabi yang diriwayatkan hibban ibn munqid
yang menipu dalam jual beli, kemudian perbuatannya itu di laporkan kepada rasulullah.
Lalu beliau bersabda :
Artinya:
jika kamu bertransaksi (jual-beli), katakanlah, tidak ada penipuan dan saya
khiyar selama tiga hari. “ (hr. Muslim).
Batasan
khiyar ini menurut ulama hanafiyah, jafar, dan syafiiyah berpendapat bahwa
khiyar dibokehkan dengan waktu yang ditentukan selagi tidak lebih dari tiga
hari. Dan khiyar ini juaga berdasarkan hadits dari ibn. Umar tettang pernyataan
anas.
Ulama
hanafiyah, jafar berpendapat jika melewati tiga hari , jual beli tersebut batal
akan tetaoi akad tersebut akan menjadi shahih, jia di ulangi dan tidak melewati
tiga hari.
Imamsyafii
pu berpendapat bahwa khiyar yang melebihi tiga hari membatalkan jual-beli, dan
kurang dari tiga hari, hal tersebut adalah rukhshah (keringanan).
Ulama
hanabilah , khiyar khiyar dibolehkan menurut kesepakatan orang yang akad, baik
sebentar maupun lama.
Ulama
malikiyah berpendapat bahwa khiyar syarat dibolehkan dngan sesuai kebutuhan.
b. Khiyar rusak.
Menurut
pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama hanafiyah, syafiiyah, dan
hanabilah, khiyar yang tidak jelas batasan waktunya adalah tidak sah, seperti
pernyataan “ saya beli barang ini dengan syarat saya khiyar selamanya”.
Perbuatan ini mengandung unsure tidak jahalah (ketidakjelasan).
Menurut
ulama syafiiyah dan hanabilah, jual beli seperti itu batal. Khiyar sangat
menentukan aqad, sedangkan batasanya tidak diketahui, sehingga akan menghalangi
aqid (orang yang melakukan akad) untuk menggunakan (tasharruf) nbarang
tersebut.
Ulama
hanafiyah berpendapat jual beli tersebut fasid, tetapi tidak batal. Sedangkan
ulama malikiyah berpendapat bahwa pwnguasa diharuskan membatasi khiyar secara
adat. Sebab khiyar tergantung pada barang yang dijadikan akad. Namun tidak
boleh terlalu lama melewati batasan khiyar yang telah ditentukan dengan sesuatu
yang tidak jelas seperti mensyaratkan khiyar menunggu turunnya hujan atau
sampainya seseorang.
c. Khiyar Majlis
a. Pengertian Khiyar Majlis
Khiyar majlis menurut pengertian ulama’ fiqih
اَنْ يَكُوْنَ لِكُلِّ مِنَ الْعَا
قِدَيْنِ حَقٌّ فَسْحُ الْعَقْدِ مَادَامَ فِى مَجْلِسٍ الْعَقْدِ لَمْ
يَتَفَرَّقَاَ بِاَبْدَانِهَايُخَيِّرُاَحَدُهُمَااْلا خَرَ فَيُخْتَارُ لُزُوْمُ
اْلعَقْدِ
Artinya:
‘ hak bagi semua pihak yang melakukan ajad untuk membatalkan akad selagi masih
berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih
sehingga muncul kelaziman dalam akad.
Khiyar
majlis di kenal dikalangan ulama syafiiyah dan hanabilah.
Dengan
demikian , akad akan menjadi lazim jika kedua belah pihak telah berpisah atau
memilih. Khiyar majlis hanya ada pada akad yang sifatnya pertukaran, seperti
jual beli, upah-mengupah dan lain-lain.
b. Pendapat-Pendapat Para Ulama Tentang Khiyar Majlis
Berkaitan
dengan khiyar majlis pendapat para ulama terbagi menjadi dua yaitu:
1. Ulama hanafiyah dan malikiyah.
Golongan
ini berpendapat bahwa akad menjadi lazim dengan adanya ijab dan qabul, serta
tidak bisa hanya dengan khiyar sebab allah swt. Menyuruh untuk menepati
janji, sebagai mana firmannya :
او فوابلعقد
Artinya : kamu semua harus
menepati janji.
Sedangkan
khiyar menghilangkan keharusan tersebut. Selain itu akad tidak sempurna selain
adanya keridoaan.
Sebagai amana firmannya:
لاَّاَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةًعَنْ
تَرَا ض ٍمِّنْكُمْ
النساء: 29
Artinya
: kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka. (qs.
An-nisa’ : 29)
Golongan
ini tidak mengambil hadits-hadits yang berkenaan dengan keberadaan khiyar
majlis, sebab mereka tidak mengakuinya.
Adpun
hadits tentang khiyar majlis tersebut yaitu:
(البيعان بالخيار مالم يثفرقا
اويقولل احدهما للاخر.٠٠٠اخثر٠ (رواه البخاري ومسلم
Artinya:
orang yang berjual beli ( penjual dan pembeli) berhak khiyar sebelum
keduanya berpisah, atau salah satunya mengatakan kepada yang lain dengan yang
berkata, pilihlah!
(
hr. Bukhari muslim)
Ulama
hanafiyah berpendapat yang di maksud akad pada jual beli tersebut adalah orang
yang melakukan tawar-menawar sebelum akad. Untuk berakad atau tidak. Sedangkan
kata-kata ‘’berpisah’’ pada hadits tersebut adalah berpisah dari segi ucapan
bukan badan.
Menurut
wahbah al-juhaili ‘’hadits tentang khiyar majlispun tidak dapat dikatakan
menyalahi keridhaan, sebab khiyar majlis justru untuk memperkuat adanya
keridhaan.
Ulama
ini berpendapat adanya khiyar majlis jika pihak yang akad menyatakan ijab dan
qobul, akad tersebut masih termasuk akad yang boleh atau tidak lazim
selagi keduanya masih berada di tempat atau belum berpisah badnnya. Keduanya
masih memiliki kesempatan untuk membatalkan , menjadikan atau saling berpikir.
3. Khiyar ‘Aib
Menurut ulama fiqih arti khiyar
‘aib(cacat) yaitu:
اَنْ يَكُوْنَ
ِلأَحَدِالْعَاقِدَيِنِ الْحَقَّ فِى فَسْخِ الْعَقْدِاَوْاِمْضَاءِهِ اِذَا
وُجِدَ عَيْبٌ فِى اَحَدِ الْبَدْ لَيْنِ وَلَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ عَالِمًابِهِ
وَقْتَ الْعَقْدِ
artinya:
keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan
akad atau menjadikannya.
Penyebab
khiyar aib adalah adanya cacat pada barang yang dijual belikan (ma’qul alaih)
atau harga (tsaman), karena kurang nilainya atau tidak sesuai dengan
maksud, atau orang yang dalam akad tidak meneliti kecacatannya ketika akad.
khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya
ialah:
اَلْمُسْلِمُ اَخُواْلمُسْلِمِ
لَايَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ اَخِيْهِ بَيْعًا وَفِيْهِ عَيْبٌ
اِلَّابَيّنَةٌ لَهُ.
(رواه
بن ماجه عن عقبة بن عار)
Artinya:
“seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang
muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali
jika menjelaskanya terlebih dahulu.
4. Khiyar Ru’yah
khiyar
ru’yah ialah hak pembeli untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad ketika
dia melihat obyek akad dengan syarat dia belum melihatnya ketika berlangsung
akad atau sebelumnya dia pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan
telah terjadi perubahan atasanya.
konsep khiyar ini disampaikan oleh fuqoha
hanafiyah, malikiyah, hanabilah dan dhahiriyah dalam kasus jual beli benda yang
ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum pernah diperiksa. Sedangkan
menurut imam syafi’i khiyar ru’yah ini tidak sah dalam proses jual beli karena
menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib (tidak ada ditempat) sejak
semula dianggap tidak sah. Adapun landasan hukum mengenai khiyar ru’yah
sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
من اشترى شيئا لم يراه فهو
بالخيار اذاراه (رواهالدارقطنى عن أبي هريرة)
“barang
siapa yang membeli sesuatu yang belum pernah dilihatnya, maka baginya hak
khiyar ketika melihatnya.” (hr ad-daruqutni dari abu hurairah).
5. Khiyar Naqd (Pembayaran)
khiyar naqd
tersebut terjadi apabila dua pihak melakukan jual beli dengan ketentuan jika
pihak pembeli tidak melunasi pembayaran, atau pihak penjual tidak menyerahkan
barang dalam batas waktu tertentu. Maka pihak yang dirugikan mempunyai hak
untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad.
D. Tata Cara Khiyar
1. Cara Menggunakan Khiyar
Dimaklumi bahwa akad atau jual
beli yang di dalam nya terdapat khiyar adalah akad yang tidak lazim.dengan
demikian,akad tersebut akan menjadi lazim jika khiyar tersebut gugur.
Cara menggugur kan khiyar ada tiga:
a. .penggguran jelas (sharih)
Pengguguran sharih adalah
pengguguran oleh orang yang berhiyar ,seperti menyatakan, “dengan demikian akad
menjadi lazim (shahih).sebalik nya ,akad gugur dengan pernyataan ,”saya batal
kana tau saya gugur kan akad ini.
b. pengguran dengan dilalah
Penguguran degan dialah adalah
tasharruf (beraktivitas dengan barang tersebut). Dari pelaku khiyar yang
menunjukkan bahwa jual beli tersebut jadi di lakukan, seperti pembeli
menghibahkan barang tersebut kepada orang lain, sebaliknya, [ebeli
mengembalikan kepemilikan kepada penjual. Pembeli menyerahkan kembali barang
kepada penjual bahwa ia membatalkan jual beli atau akad.
c. pengguguran khiyar dengan kemadaraatan.
Penggugaran khiyar dengan
adanya kemdaratan terdapat dalam beberapa keadaan, antara lain berikut ini.
1. Habis waktu
Khiyar menjadi gugur setelah
habis waktu yang telah ditetapkabn walupun tidak ada pembatalan dari yang
khiyar. Dengan demikian, akad menjadi lazim. Ha itu sesuai dengan pendapat
ulama’ syafiiyah dan hanabilah. Menurut ulama malikiyah, akad idak laxim dengan
berkahirnya waktu , tetapi harus ada penetapan berakhirnya waktu, tetapi harus
ada penetapan atau pembatalan dari yang berkhiyar sebab khiyar merupakan hak
bukan kewajiban.
Contohnya, janji seorang tuan terhadap budak
(al-mukattab) untuk dimerdekakan pada waktu tertentu. Budak tersebut tidak
menjadi merdeka karena habis nya waktu.
2. Kematian orang yang meberi syarat.
Menurut ulama’ hanafiyah,
khiyar syarat tidak dapat diwariskan, tetapi gugur dengan meninggalnya orang
yang memberikan syarat.
Ulama hanabilah berpendapat
bahwa, khiyar menjadi batal dengan meninggalnya orang yang member syarat,
kecuali jika ia memang mengamanatkan untuk membatalkannya, dalam hal ini khiyar
menjadi ahli waris.
Ulama syafiiyah dan malikiyah
berpendapat bahwa khiyar menjadi gaknya ahli waris. Dengan demikian, tidak
gugur dengan meninggalnya orang yang meninggalkan syarat,
3. Adanya hal-hal yang semakna dengan mati.
Khiyar gugur dengan adanya
perkara-perkara yang semakna dengan mati, seperti gila, mabuk, dan lain-lain.
Dengan demikian, jika akal seseorang hilang karena gila, mabuk, tidur, atau hal
lainya, akad menjadi lazim.
4. Barang rusak ketika masih khiyar
Jika barang masuk ditangan
penjual batallah jual beli dan khiyarpun gugur.
Jika barang sudah ada ditangan
pembeli jual beli batal jika khiyar berasal dari penjual, tetapi pembeli harus
mengantinya.
Jika barang sudah ada ditangan
pembeli dan khiyar berasal dari pembeli jual beli menjadi lazim dan khiyar
menjadi gugur.
Ulama syafiiyah seperti halnya
ulama hanafiyah berpendapat bahwa: jika barang rusak denga sendirinya, khiyar
gugur dan jual belipun menjadi batal.
5. Adanya cacat pad barang.
Jika khiyar berasal dari
penjual, dan cacat terjadi dengan sendirinya khiyar gugur dan jual-belipun
batal.
Jika khiyar berasal dari
pembeli dan ada cacat, khiyar gugur, tetapi jual beli tidak gugur, seba barang
berada pada tanggung jawab pada pembeli.
2. Hukum Akad Pada Khiyar.
Ulama hanafiyah berpendapat
bahwa tidak terjadi akad pad jual beli yang mengandung khiyar, tetapi
ditanggung sampai gugurnya khiyar.
Ulama malikiyah dalam riwayat
ahmad, barang yang ada pada masa khiyar masih milik penjual, sampai gugurnya
khiyar, sedangkan pembeli belum memiliki hak sempurna terhadap barang.
Ulama syafiiyah berpendapat,
jika khiyar syarat berasal dari pembeli, barang menjadi milik pembeli. Sebalik
nya, jika khiyar berasal dari penjual, barang menjadi hak penjual. Jika khiyar
syarat berasal dari penjual atau pembeli, ditunggu sampai jelas (sampai
gugurnya khiyar).
Ulama hanabilah berpendapat
bahwa, dari siapapun khiyar berasal, barang tersebut menjadi milik pembeli.
Jual beli dengan khiyar, sama seperti jual beli lainnya, yakni menjadikan
pembeli sebagai pemilik barang yang tadinya milik penjual.
3. Cara Membatalkan Atau Menjadikan Akad.
Membatalkan atau menjadikan
akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan dengan adanya maksud (niat) dan
khiyar (pilihan).
Dengan kata lain, pembatalan,
menurut ulama hanafiyah, cukup dengan lisan apabila pembatalan dengan
lisan tersebut diketahui oleh pemilik barang, baik pemilik barang
(penjual) ridha ataupun tidak. Sebaliknya, jika pembatalan tersebut tidak
diketahui oleh penjual, baik khiyarnya berasal dari penjual atau pembeli,
pembatalan di tangguhkan sampai diketahui penjual. Apabila habis waktu khiyar
dan penjual tidak mengetahuinya akad menjadi lazim.
Ulama malikiyah, syafiiyah, dan
hanabilah berpendapat bahwa apabila khiyar berasal dari pembeli, pembatalan
akad menjadi sah walaupun tidak diketahui oleh penjual. Hal ini kerena adanya
khiyar menunjukkan bahwa penjual rela aabila pembeli membatalkan kapan saja
pembeli mengiginkanya.
E. Tujuan Khiyar
tujuan khiyar ialah agar orang-orang yang melakukan transaksi perdata
tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang
dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya. Status khiyar,
menurut ulama fiqh, adalah disyari’atkan atau dibolehkan karena suatu keperluan
yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang
melakukan transaksi.
F. Khiyar Dan Permasalahannya
Siapa
pemilik hak khiyar, penjual atau pembeli saja? Bagaimana hukum kasus tentang “
barang yang sudah di beli tidak boleh dikembalikan”.
pada dasarnya khiyar pada jual beli diperbolehkan. Akan tetapi tergantung
ketika akad jual beli berlangsung. Khiyar tidak sah jika salah satu pihak
merasa dirugikan atau salah satu darinya ada sebuah kebohongan. Dalam
pembahasan diatas sudah sangat jelas mengenai sah dan batalnya khiyar. Sah jika
syaratnya terpenuhi, khiyar akan batal jika persyaratan tidak terpenuhi atau
salah satu pihak merasa dirugikan. Karena unsur kebohongan, untuk itu apabila
kita membeli sesuatu harus teliti, cermat dan hati-hati.
pemilik hak khiyar
adalah penjual dan pembeli, jadi apabila ada penjual yang sudah menuliskan
“barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”. Itu merupakan akad dari
penjual maka pembeli sebelum membeli atau mengesahkan jual belinya harus lebih
teliti. Tetapi apabila kita merujuk pada hadits:
عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ
بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: اْلمُتَبَا يِعَانِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِا لْخِيَارِ عَلَى
صَا حِبِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّ قَا إِلاَّ بَيْعَ الْخِيَا رِ.
Artinya:
“ setiap penjual dan pembeli berhak memilih (khiyar) atas yang lainnya selama
belum berpisah, kecuali jual beli khiyar. Boleh dikembalikan akan tetapi ada
perjanjian akad dengan penjual meskipun sudah tertera “barang yang sudah dibeli
tidak boleh dikembalikan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Secara bahasa dapat diartikan
‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan
sendiri.
Sedangkan menurut istilah yang
disebutkan didalam kiitab fiqih islam yaitu ‘’khiyar artinya boleh memilih
antara dua, meneruskan aqad jual beli atau di urungkan, (ditarik kembali tidak
jadi jual beli).
Secara terminologis para ulama
fiqh mendefinisikan al-khiyar dengan:
أَنْ
يَكُوْنَ لِلْمُتَعَاقِدِ الْخِيَارُبَيْنَ إِمْضَاءِ الْعَقْدِ وَعَدَمِ
إِمْضَائِهِ بِفَسْخِهِ رفقا لِلْمُتَعَا قِدَيْنِ.
Artinya
: hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi
untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan
kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.
Menurut ulama fiqih khiyar syarat yaitu:
اَنْ يَكُوْنَ
ِلأَحَدِالْعَاقِدَيْنِ اَوْلِكِيْلَهُمَا اَوْ لِغَيْرِهُمَاالْحَقِّ فىِ فَسْحِ
الْعَقْدِاِوْاِمْضَائِهِ خِلاَلَ مُدَّةٍ مَعْلُوْمَةٍ
Artinya’’ sesuatu keadaan yang
membolehkan salah seorang yang aqad atau masing-masing yang aqad atau selain
kedua belah pihak yang aqad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan
aqad selama waktu yang ditentukan.
Khiyar majlis menurut pengertian ulama’ fiqih
اَنْ
يَكُوْنَ لِكُلِّ مِنَ الْعَا قِدَيْنِ حَقٌّ فَسْحُ الْعَقْدِ مَادَامَ فِى
مَجْلِسٍ الْعَقْدِ لَمْ يَتَفَرَّقَاَ بِاَبْدَانِهَايُخَيِّرُاَحَدُهُمَااْلا
خَرَ فَيُخْتَارُ لُزُوْمُ اْلعَقْدِ
Artinya:
‘ hak bagi semua pihak yang melakukan ajad untuk membatalkan akad selagi masih
berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih
sehingga muncul kelaziman dalam akad.
Menurut ulama fiqih arti khiyar
‘aib(cacat) yaitu:
اَنْ
يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيِنِ الْحَقَّ فِى فَسْخِ الْعَقْدِاَوْاِمْضَاءِهِ
اِذَا وُجِدَ عَيْبٌ فِى اَحَدِ الْبَدْ لَيْنِ وَلَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ
عَالِمًابِهِ وَقْتَ الْعَقْدِ
artinya:
keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan
akad atau menjadikannya.
Cara menggugur kan khiyar ada tiga:
a. .penggguran jelas (sharih)
b. Pengguran dengan dilalah
c. Pengguguran khiyar dengan kemadaraatan.
Membatalkan atau menjadikan
akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan dengan adanya maksud (niat) dan
khiyar (pilihan).
Tujuan khiyar ialah agar
orang-orang yang melakukan transaksi perdata tidak dirugikan dalam
transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu
transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya.
Pada dasarnya khiyar pada jual
beli diperbolehkan. Akan tetapi tergantung ketika akad jual beli berlangsung.
B.Saran
Diharapkan dalam
pembuatan makalah ini harus mengikuti petunjuk dari baginda nabi Muhammad SAW.,
yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar