BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan
air tawar, salah satunya waduk dan telaga menempati ruang yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem air tawar
memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga
dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakantempat disposal/pembuangan
yang mudah dan murah . Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi
antara makhluk danlingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup
lainnya danantara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik (habitat). Interaksi
dalamekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara sesama
makhluk hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar
hidupbagi makhluk hidup.
Dilihat
dari aspek kebutuhannya, sesungguhnya interaksi bagi makhluk hidupumumnya
merupakan upaya mendapatkan energi bagi kelangsungan hidupnya yang meliputi
pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi dan pergerakan. Keberlangsungan tersebut
membuat setiap individu berjuang untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sehingga mereka memproduksi segala hal yang mereka butuhkan dalam
melangsungkan hidupnya.
BAB 2
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Ekosistem Air Tawar
Secara umum, maksud ekosistem adalah suatu hubungan timbal balik yang
terjadi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Disekitar
kita, ada banyak sekali ekosistem yang terjadi, mungkin itu ekosistem air
tawar, ekosistem, pantai, ekosistem darat, dan sebagainya tergantung dari
lingkungan tempat hidup makhluk tersebut.
Sedangkan
yang dimaksud ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan
yang ada didalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup
didalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem air tawar
akan saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Komponen pembentuk ekosistem dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1.
Komponen
hidup (biotik)
2.
Komponen
tidak hidup (abiotik)
Contoh
komponen hidup didalam air tawar adalah ikan, serangga dalam air, dan segala
makhluk hidup yang ada disekitar perairan tersebut. Sedangkan komponen mati
atau tidak hidup adalah benda-benda didalam telaga atau sungai itu sendiri yang
digunakan sebagai media hidup dari makhluk hidup didalamnya.
Interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik akan membentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan hal itulah yang menjadikan sebuah ekosistem didalam air tawar maupun ditempat lainnya.
Interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik akan membentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan hal itulah yang menjadikan sebuah ekosistem didalam air tawar maupun ditempat lainnya.
B.
Ciri-ciri Ekosistem Air Tawar
Ekosistem
air tawar ini memiliki ciri-ciri tertentu antara lain:
1.
Pada
wilayah tersebut tidak terdapat variasi suhu yang mencolok.
2.
Kecenderungan
penetrasi terhadap cahaya sangat kurang yang dipengaruhi oleh cuaca juga iklim.
3.
Tumbuhan
yang banyak dijumpai pada ekosistem yang satu ini adalah jenis ganggang.
4.
Organisme
yang hidup di dalam ekosistem ini umumnya telah mengalami fase adaptasi.
5.
Kadar
garam sangat rendah bahkan jauh lebih rendah jika dibandingkan kadar garam pada
protoplasma organisme air.
6.
Kadar
garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
7.
Variasi
suhu sangat rendah.
8.
Penetrasi
cahaya matahari kurang.
9.
Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
C.
Faktor Pembatas ekosistem Air Tawar
Tipe
tipe dan faktor factor pembatas. Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan
bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, teteapi bagi manusia
kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Karena
alasan alasa sebagai berikut :
1. Habitat air tawar
merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik
maupun industri (air mungkin dapat diperoleh dalam jumlah lebih banyak dari
laut, tetapi dengan biaya dengan biaya yang lebih tinggi yaitu lebih banyak
energi yang diperlukan dan adanya popusi garam).
2. Komponen air tawar
adalah “leher botol” (daerah kritis) pada daur hidrologi .
3. Ekosistem air tawar menawarkan sistem
pembuangan yang memadai dan paling murah. Karena manusia menyalah gunakan
sumber daya ini maka jelas bahwa usaha untuk mengurangi tekanan tersebut harus
dilakukan secepatnya, bila tidak, air akan menjadi faktor pembatas bagi
manusia.
Faktor-faktor pembatas yang cukup penting pada air tawar,
dan yang akan dibicarakan mendalam pada tiap pembahasan dari sistem akuatik
adalah :
· Suhu.
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan
panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal,
sehina perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih
lambat dari pada udara. Sifat yang terpenting adalah :
· Panas jenis
yang tinggi, relatif sejumlah besar panas dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1
gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 10 C lebih
tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih
dari satu.
· Panas fusi yang
tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa
mengubah suhunya (dan sebaliknya).
· Panas evaporasi
yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat dikatakan
berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi , air dan es, sebagian besar
sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan alur
energi ini mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semua
keanekaragaman yang menakjubkan.
· Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 C ; diatas dan dibawah titik tersebut air akan
berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira danau
tidak membeku seluruhnya pada musim dingin.
Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara,
hal ini merupakan faktor pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali
mempunyai toleransi yang sempit ( stenotermal ). Maka, walaupun terjadi
populasi panas yang sedang oleh manusia, akibatnya dapat amat luas. Perubahan
suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi, yang amat
mempengaruhi kehidupan akuatik. Daerah perairan yang cukup luas dapat
mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.
Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan
sensor elektronis seperti termistor. Pembacaan dan pencatatan langsung dari
termistor memudahkan para pemula untuk mengambil profil suhu dari habitat
akuatik.
· Kejernihan
Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang
terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi
oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel
yangdapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya,
bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang
disebut cakram secchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang Itali
yang memperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram putih dengan garis tengah
kira-kira 20 cm dan dimasukkan kedalam air sampai tidak terlihat dari permukaan.
Kedalaman itu disebut kejernihan cakram secchi, yang dapat mencapai 40 m pada
air yang amat keruh dan berkisar antara beberapa cm pada air yang amat jernih,
tidak produktif didanau yang tinggi letaknya seperti Danau Crater di Taman
Nasional Crater Lake, Oregon. Danau-danau di Wiesconsin yang telah dipelajari
dengan intensif menggunakan cakram secchi sampai kedalaman dimana penetrasi
cahaya kira-kira 5% dari radiasi yang mencapai permukaan. Sementara fotosintesa
masih terjadi pada intensitas rendah, tingkatan 5% menandai batas bawah
kebanyakan zona fotosintesa. Walaupun elas bahwa alat-alat sintesa modern akan
memberikan data yang akurat tentang penetrasi cahaya, cakram secchi masih
dianggap alat yang berguna oleh ahli limnologi yangseringkali mengunakan teknik
ini untuk mengatur tingkat fertilisasi untuk menghasilkan pertumbuhan
fitoplankton yang baik tapi tidak terlalu tinggi.
· Arus
Air cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai
faktor pembatas, terutama pada aliran air. Disamping itu, arus air sering kali
amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil.
· Konsentrasi gas pernapasan
Berbeda dengan lingkungan laut konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida sering kali terbatas pada lingkungan air tawar. Pada ”zaman
polusi” ini konsentrasi oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologis sering
kali diukur dan merupakan faktor fisik yang paling intensif dipelajari. Sebagai
suatu gambaran dari ”kantong oksigen” yang disebabkan polusi dan konsekuensinya
dalam hal biota biasanya berlaku berlawanan, ahli ekologi tentang populasi
makin lama makin memperhatikan penyuburan dibandingkan dengan pengaruh yang
membatasi dari karbon dioksida dalam air tawar.
· Konsentrasi garam biogenik
Nitrat dan pospat sampai batas tertentu tampaknya
terbatas jumlahnya hampir pada semua ekosistem air awar. Dalam air danau dan
aliran air dengan kesadahan rendah, kalsium dan garam-garam lain uga tampaknya
terbatas. Kecuali pada beberapa mata air mineral, bahkan pada air dengan kesadahan
tertinggi hanya mempunyai kadar garam atau salinitas kurang dari 0,5%,
dibandingkan dengan 30-37% dalam air laut.
Dua
ciri lain dari air tawar dapat mempengaruhi umlah dan distribusi dari jenis yan
ada (atau kekayaan kualitas biota). Karena habitat air tawar seringkali
terisolasi satu dari yang lain oleh daratan dan lautan, organisme dengan
penyebaran rendah melewati halangan ini mungkin telah gagal untuk mapan
ditempat-tempatyang tidak sesuai. Ikan terutama menadi subek dari pembatasan
ini ; aliran air, misalnya walaupun hanya beberapa kilometer jaraknya didaratan
tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin daerahnya (niche) ditempati oleh
jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan organisme kecil seperti panggang,
udang, protozoa dan bakteri mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi. Maka
seseorang mungkin akan menemukan Daphnia dalam kolam di Amerika Serikat dan di
Inggris. Buku pegangan untuk invertebrata air tawar yang ditulis untuk
pulau-pulau di Inggris, misalnya dapat digunakan di Amerika Serikat paling
tidak sampai tingkat family atau genus, tanaman rendah dan invertebrata air
tawar menunjukkan tingkat kosmopolitan yang tinggi. Oranisme air tawar
mempunyai persoalan tertentu untuk dipecahkan dalam hubungan dengan pengaturan
tekanan osmose ( osmoregulasi ). Karena konsentrasi garam dalam cairan tubuh
atau sel lebih besar daripada lingkungan air tawar ( yaitu disebut cairan
hipertonik ), maka air cenderung masuk ke dalam tubuh secara osmosis bila
selaputnya ( membran ) dapat ditembus air ( permeabel ), atau kadar aram akan
menjadi tinggi bila membran relatif tidak permeabel. Binatang air tawar,
seperti protozoa dengan selaput sel yang tipis dan ikan dengan insangnya harus
mempunyai cara efisien untuk mengeluarkan air ( terlaksana dengan vakuola
kontraktil pada protozoa dan ginjal pada ikan) atau badannya akan membesar dan
meletus. Kesukaran dalam osmoregulasi dapat diterangkan ,paling tidak sebagian,
mengapa sejumlah besar hewan laut dari seluruh Phyllum, kenyataanya belum
pernah berhasil memasuki lingkungan air tawar. Sebaliknya ikan bertulang ( juga
burung laut dan mamalia ) yang cairan tubuhnya berkadar garam lebih rendah dari
air laut ( yaitu hipotonik ) berhasil masuk kembali ke laut dengan merubah
osmoregulasi metabolis secara perlahan-lahan yang meliputi pembuangan garam dan
penanganan air.
D. Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses evolusi yang menyebabkan organisme
mampu hidup lebih baik di bawah kondisi lingkungan tertentu dan sifat genetik
yang membuat organisme menjadi lebih mampu untuk bertahan hidup
(McNaughton-Wolf, 1990: 84). Apabila bicara tentang adaptasi suatu organisme
maka tidak lepas dari evolusi, yaitu perubahan pada frekuensi gen dalam suatu
populasi yang berkaitan dengan waktu. Beberapa bentuk adaptasi yang dilakukan
oleh suatu organisme, antara lain:
· Mutasi : peristiwa perubahan genetis yang
dipengaruhi oleh seleksi alam.
· Aliran gen : adaptasi ini dapat terjadi jika
organisme mengalami migrasi masuk atau keluar dari populasi setempat. Dari
migrasi itu, kemungkinan telah terjadi perubahan frekuensi gen baik pada donor
maupun resipien populasi dengan catatan jika mereka membawa gen yang mempunyai
perbedaan frekuensi dari salah satu populasinya.
· Seleksi alam : suatu proses interaksi antara
fenotip (sifat-sifat organisme yang dapat diamati dari luar) dengan
lingkungannya yang menentukan kemampuan mempertahankan kehidupan dan hasil
reproduktif dari genotip individu.
E. Klasifikasi
ekologis air tawar
· Danau
· Danau merupakan genangan air yang terdapat
pada suatu cekungan besar baik oleh bentukan geologi maupun buatan manusia.
Dalam ekosistem danau terdapat beberapa zona, antara lain :
a. Zona litoral: merupakan bagian danau yang
merupakan pertemuan antara bagian daratan yang tidak tergenang air dan bagian
daratan yang yang tergenang air. Dalam zona ini terdapat dua produsen yaitu
tanaman berakar dan fitoplankton. Pada zona ini merupakan daerah yang paling
banyak dihuni oleh jenis binatang dari zona yang lain.
b. Zona limnetik : zona ini merupakan daerah
dimana genangan air sudah tidak terikat lagi dengan daratan yang tidak
tergenang air. Pada zona ini sinar matahari masih dapat menembus genangan air,
hal ini memungkinkan fitoplankton untuk hidup pada zona ini. Pada ekosistem
danau fitoplankton merupakan produsen utama yang kemudian diikuti oleh konsumen
I berupa serangga air, konsumen II berupa amphibi dan crustacea, konsumen III
berupa ikan-ikan predator, konsumen puncak berupa ikan-ikan predator yang lebih
besar, dan dekomposer berupa bakteri pengurai sehingga terbentuk suatu rantai
makanan pada ekosiste danau.
c. Zona profundal : bagian dasar dan daerah air
yang dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya efektif. Karena tidak ada
cahaya dalam memperoleh makanan penghuni zona ini bergantung organisme pada
zona limnetik dan litoral.
Di dunia terdapat tiga kategori danau, yaitu seri
oligotrofik-eutrofik, tipe danau yang khusus, dan penggenangan.
1. Seri oligotrofik-eutrofik
Danau oligotrofik ditandai pada zona litoral jumlah tanaman sangat sedikit serta kerapatan
plankton rendah. Karena tanaman sangat sedikit serta kerapatan plankton yang
rendah kemungkinan untuk kekurangan oksigen yang berat sangat kecil. Danau
eutrofik merupakan kebalikan dari danau oligotrofik dimana pada zona litoral
danau ini vegetasinya lebih lebat dan kerapatan plankton lebih tinggi, dengan
banyaknya bahan organik ini kemungkinan pada stagnasi panas dapat menghilangkan
beberapa organisme.
2. Danau khusus
a) Danau dystrophic : danau ini mengandung humic
acid yang tinggi dalam airnya dan pada bagian tepi danau terdiri dari gambut
yang berkembang menjadi pasir terapung gambut.
b) Danau tua yang dalam dan mempunyai binatang
endemik : pada kasus ini, contohnya adalah Danau Baikal di Rusia yang terbentuk
karena pergerakan bumi sewaktu zaman Mesozoik. Pada danau ini delapan persen
dari 384 jenis artropoda merupakan binatang endemik yang tidak bisa ditemukan
ditempat lain.
c) Danau asin di gurun pasir: danau ini terbentuk
karena pengairan sedimenter di daerah dengan iklim kering dimana evaporasi
lebih besar dari presipitrasi sehingga menghasilkan konsentrasi garam yang
tinggi. Pada danau ini terdapat beberapa komunitas yang dapat bertahan pada
kondisi salinitas yang tinggi salah satunya Artemia. Contoh danau ini adalah
Great Salt Lake, Utah.
d) Danau alkali di gurun pasir : terjadi pada pengairan igneous di daerah
dengan iklim kering serta pH dan konsentrasi karbonat tinggi. Contoh danau ini
Pyramid Lake, Nevada.
e) Danau vulkanik : danau ini dicirikan dengan
daerah vulkanik yang masih aktif dengan kondisi kimiawi yang ekstrem dan biota
yang sangat terbatas. Danau ini umumnya terdapat di Jepang dan Filipina.
f) Danau dengan stratifikasi kimiawi : danau ini
berbeda dengan danau-danau yang ada di dunia pada umumnya dimana air permukaan
dan dasar bercampur secara berkala sehingga terstratifikasi secara permanen
karena adanya rembesan air asin atau pelepasan garam dari endapan, hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan kerapatan yang tetap antara air permukaan dan
air dasar danau. Contoh Danau Big Soda Lake, Nevada yang merupakan danau dengan
stratifikasi kimiawi.
g) Danau kutub : danau ini memiliki suhu
permukaan tetap dibawah 4º C atau naik di atas itu hanya untuk periode yang
sangat pendek selama musim panas, hal ini menyebabkan es mencair sehingga
sirkulasi dapat terjadi.
3. Penggenangan : danau ini merupakan buatan
manusia yang di bangun tergantung pada daerahnya dan pengairan alaminya. Danau
ini memiliki fluktuasi permukaan air dan turbiditas yang tinggi.
· Kolam
Kolam
adalah daerah perairan yang kecil dimana zona litoralnya relatif besar dan
daerah limnetik serta profundal kecil atau tidak ada. Ekosistem ini dapat
ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan yang cukup. Terdapat beberapa
jenis kolam, antara lain:
a. Kolam alami : kolam ini banyak ditemukan pada
daerah kapur. Kolam ini terbetuk akibat depresi atau penurunan cairan dari
strata di bawahnya.
b. Kolam sementara : kolam yang kering untuk
beberapa waktu dalam kurun waktu setahun. Organisme pada kolam ini mampu
bertahan pada stadium dorman selama periode kering dengan bertahan hidup dalam
tanah yang kering untuk beberapa bulan atau bergerak ke dalam dan keluar kolam.
c. Kolam galian : kolam yang di bentuk oelh
manusia atau hewan dengan cara membendung air atau melakukan penggalian.
· Komunitas Lotik (Air Mengalir)
Yang membedakan
ekosistem ini dengan kolam adalah aliran air atau arus. Aliran air ini
terbentuk karena adanya sumber air baik itu dari hujan, mencairnya es,
munculnya mata air, dan adanya relief dari permukaan bumi. Air hujan setelah
jatuh di permukaan bumi mengalami evaporasi kemudian merembes ke dalam tanah
kemudian diserap oleh tumbuhan sehingga terjadi transpirasi dan sisanya
mengalir di permukaan sebagai “surface run off” (Endarto, 2007: 99). Pada
ekosistem ini beberapa organisme melakukan adaptasi untuk bertahan hidup.
Bentuk adaptasi pada air mengalir, meliputi:
a. Melekat permanen pada substrat yang kokoh.
Bentuk adaptasi ini dilakukan oleh tanaman produsen utama seperti
Cladophora dan diatomae serta oleh hewan seperti spons air tawar dan larva lakat.
b. Kaitan dan penghisap
Sejumlah besar hewan yang hidup di aliran air memiliki kaitan atau
penghisap yang digunakan berpegangan pada dasar sungai untuk mempertahankan
posisi tubuhnya dari aliran air yang deras. Hewan-hewan yang memiliki kaitan
dan penghisap antara lain larva Diptera, Simulium, dan Blepharocera.
c. Permukaan bawah yang lengket
Banyak binatang yang dapat menempelkan diri pada permukaan dengan
bagian bawahnya yang lengket seperti siput dan cacing pipih.
d. Badan yang “stream line”
Hampir semua jenis hewan aliran air memiliki bentuk tubuh yang stream
line, hal ini bertujuan mengurangi gaya dorong dari aliran air. bentuk tubuh
yang stream line dengan bentuk hampir seperti telur dan meruncing dibagian
belakang menyebabkan tanahan air minimum yang mengalir melewatinya.
e. Badan yang pipih
Badan yang pipih memungkinkan hewan-hewan aliran air menemukan tempat
perlindungan di bawah batu dan celah-celah batu.
f. Rheotaxis positif
Binatang aliran air hampir tidak bervariasi berorientasi ke arah hulu
dan bila dapat berenang terus-menerus bergerak melawan arus. Kebalikannya
banyak hewan yang hidup di air tenang ditempatkan pada air mengalir, kebanyakan
dari mereka terhanyut oleh aliran air atau tidak berusaha melawan arus.
g. Thigmotaxis positif
Banyak binatang air mengalir mempunyai pola tingkah laku yang
diturunkan untuk melekat dekat dengan permukaan atau menjaga badannya agar
dekat dengan permukaan. Sebagai contoh sekelompok nimfa ditempatkan pada suatu
cekungan, mereka berusaha untuk berhubungan dengan bagian bawah dar cabang
kayu, reruntuhan, atau apa sajayang ada bahakan saling melekatkan diribila
tidak ada permukaan yang dapat ditempati.
Ekosistem dapat
diartikan sebagai hubungan timbal balik atau interaksi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Selain itu ekosistem merupakan tingkatan organisasi
kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua
komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi. Komponen penyusun
ekosistem terdiri atas dua macam, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotik adalah komponen yang terdiri atas makhluk hidup, sedangkan komponen
abiotik adalah komponen yang terdiri atas benda mati. Seluruh komponen biotik
dalam suatu ekosistem membentuk komunitas. Dengan demikian, ekosistem dapat
diartikan sebagai kesatuan antara komunitas dengan lingkungan abiotiknya.
1.
Komponen Biotik
Berdasarkan caranya
memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponen biotik dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·
Produsen, yang berarti penghasil.
Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri
(autotrof) melalui fotosintesis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
tumbuhan hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen ini kemudian dimanfaatkan
oleh organisme-organisme yang tidak bisa menghasilkan makanan (heterotrof) yang
berperan sebagai konsumen.
·
Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu
organisme yang tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan
zat makanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung
mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora. Oleh karena itu,
herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkann
makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora
yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat ketiga dan
seterusnya. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai
makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun berwarna hijau
(Produsen) –> ulat (Konsumen I) –> ayam (Konsumen II) –> musang
(Konsumen III) –> macan (Konsumen IV/Puncak). Dalam ekosistem, banyak
proses rantai makanan yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring makanan
(food web) yang merupakan kumpulan dari beberapa rantai makanan.
·
Dekomposer atau pengurai. Dekomposer
adalah jasad renik yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan
adanya organisme pengurai, organisme akan terurai dan meresap ke dalam tanah
menjadi unsur hara yang kemudian diserap oleh tumbuhan (produsen). Selain itu
aktivitas pengurai juga akan menghasilkan gas karbon dioksida yang akan dipakai
dalam proses fotositesis.
2.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik
merupakan komponen tak hidup dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat
menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik
banyak ragamnya, antara lain: tanah, air, udara, suhu, dan lain-lain.
·
Suhu
Suhu berpengaruh
terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk
hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu
tertentu.
·
Sinar matahari
Sinar matahari
mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
·
Air
Air berpengaruh
terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran
biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup
lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi
unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut
dan pelapuk.
·
Tanah
Tanah merupakan tempat
hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup
didalamnya juga berbeda. . Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi
pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
·
Angin
Angin selain berperan
dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan
tertentu.
·
Garis lintang
Garis lintang yang
berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara
tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada
organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Sementara itu komponen
biotik mencakup beberapa hal yang dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya.
Berdasarkan fungsi komponen tersebut, maka ia akan dibagi menjadi dua komponen
dasar yakni autotrof dan juga komponen heterotrof. Pengertian keduanya adalah
sebagai berikut :
·
Autotrof tak lain adalah istilah yang menunjuk pada mahluk hidup yang bisa
membentuk sendiri makanannya sendiri.
·
Heterotrof sendiri adalah organisme konsumen yang tak bisa membentuk
makanannya sendiri sehingga ia mengambil kebutuhan tersebut dari luar dirinya.
Sementara itu jika
dilihat dari susunan trofiknya, maka komponen ekosistem biotik dibagi ke dalam
3 kelompok yakni:
·
Produsen. Secara sederhana diartikan
sebagai penghasil makanan. Ia adalah mahluk hidup atau organisme yang
menghasilkan makanannya sendiri. Organisme yang tercakup dalam kelompok ini
adalah tumbuhan yang memiliki klorofil. Dalam ekosistem darat, tumbuhan sangat
diperlukan sebagai sumber makanan mahluk hidup lainnya. Sementara itu dalam
ekosistem perairan, organisme dengan klorofil adalah berbagai jenis alga juga
fitoplankton.
·
Komponen ekosistem biotik selanjutnya
adalah konsumen. Ia secarasederhana diartikan sebagai pemakai. Kelompok ini
mencakup semua organisme yang tak bisa menghasilkan makanan bagi dirinya
sendiri sehingga ia harus mendapatkan makanan dari organisme lainnya untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Konsumen ini dibagi ke dalam 3 bagian
yakni: konsumen tingkat pertama meliputi semua organisme yang mengkonsumsi zat
langsung dari tumbuhan atau disebut herbivora. Konsumen tingkat kedia yakni
semua mahluk hidpu yang memperoleh makanan dengan memangsa herbivora tadi atau
disebut karnivora. Terakhir adalah konsumen tingkat ketiga yakni mahluk hidup
yang memangsa konsumen tingkat kedua.
·
Pengurai atau decomposer. Merupakan komponen
ekosistem biotik yang sangat berperan dalam hal menguraikan
bahan-bahan organis yang muasalnya dari mahluk hidup yang telah mati atau juga
hasil pembuangan sistem pencernaan mahluk hidpu. Organisme pengurai ini cukup
penting sebab ia menjaga stabilitas ekosistem dengan mengurai zat-zat buangan
tersebut sehingga diserap oleh tanah dan menjadi unsur hara bagi perkembangan
tumbuhan.
G. Jenis Ekosistem
Air Tawar
Secara
umum ekosistem air tawar dibagi menjadi dua jenis yaitu ekosistem lentik atau
air tenang dan ekosistem air yang mengalir atau lotik.
1. Ekosistem
Lentik atau Ekosistem Air Tenang
Perairan menggenang (lentik) adalah suatu bentuk ekosistem
perairan yang di dalamnya aliran atau arus air tidak memegang peranan penting.
Hal ini karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi kehidupan
organisme yang ada di dalamnya. Pada perairan ini faktor yang amat penting
diperhatikan adalah pembagian wilayah air secara vertikal yang memiliki
perbedaan sifat untuk tiap lapisannya. Perairan menggenang di bagi dalam tiga
lapisan utama yang didasari oleh ada tidaknya penetrasi cahaya matahari dan
tumbuhan air, yaitu: Littoral, limnetik dan profundal, sedangkan atas dasar
perbedaan temperatur perairannya, perairan menggenang dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu: metalimnion, epilimnion, dan hipolimnion. Kelompok organisme di perairan
menggenang berdasarkan niche utama dalam kedudukan rantai makanan meliputi
produser (autotrof), makro konsumer (heterotrof) dan mikrokonsumer
(dekomposer). Kelompok organisme yang ada di perairan menggenang berdasarkan
cara hidupnya meliputi: benthos, plankton, perifiton, nekton dan neuston.
Contoh kosistem air tenang yaitu danau, rawa air tawar,
kolam, rawa gambut dan lain sebagainya:
a. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya
mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau
terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang
dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah
fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di
danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin.
Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi empat daerah
sebagai berikut.
· Daerah litoral,
Merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan
optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan
air yang berakar dengan daun ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas
organisme sangat beragam termasuk jenisjenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, Crustacea, ikan, amfibi, reptil
air dan semiair seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa
mamalia
· Daerah limnetik,
Merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton,
termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi
dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang
sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton.
Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang
lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan
ikan.
· Daerah profundal,
Merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik. Organisme
yang ada hidup dengan mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik.
Organisme yang menghuni adalah cacing dan mikroba.
· Daerah bentik,
Merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan
sisa-sisa organisme mati. Berdasarkan produksi materi organiknya, terdapat dua
macam danau yaitu danau oligotropik dan danau eutropik. Danau oligotropik
merupakan danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di
daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni
oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang
tahun. Danau eutropik merupakan danau
yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat
produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme,
dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang
menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan
endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya
dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya
danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi ledakan
populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang
berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut eutrofikasi. Eutrofikasi menyebabkan air
tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
b. Kolam
Kolam umumnya di definisikan sebagai kumpulan air yang
dangkal dan sifat umumnya relatif merupakan air tenang dan kaya akan vegetasi.
Kolam dapat dibagi atas :
ü Kolam
berasal dari danau yang luas.
ü Kolam
yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
ü Kolam
buatan manusia
Berdasarkan musim, kolam dapat di bedakan atas :
ü Kolam
sementara (Kolam sementara hanya ada pada waktu ada tertentu.)
ü Kolam
permanen (Kolam permanen berisi air sepanjang tahun.)
Kolam merupakan tempat tinggal yang baik bagi hewan-hewan
invertebrate misalnya:
§ Flagellata
terdiri dari Euglena, Pandoria, Rudorina
dan volvox.
§ Diantara
Coelenterata, hydra sering terlihat menempel pada tanaman dibawah air
§ Filum
Platyhelminthes seperti turbellaria tedapat di bawah batu dan di antara
vegetasi.
§ Annalida
diwakili oleh cacing tanah air tawar seperti Limicoloa,
§ Arthropoda
merupakan bentuk yang dominan terdapat dalam perairan kolam.
c. Rawa air tawar
Rawa merupakan bentuk peralihan antara air terbuka dan
dataran. Rawa biasanya dikelilingi vegetasi, umunya dangkal dan tanaman
mengapung. Vegetasi rawa terdiri dari tumbuh-tumbuhan menahun yang selalu hijau
yang diselingiu oleh tamnaman merambat. Variasi atau keanekargaman hewan sangat
kecil. Terdapat protozoa, rotifer, nematode, larva capung, Amphisoda, Isopoda,
ikan, dan kura-kura. Pada lapisan dasar terdapat insekta, keong, dan ikan-ikan.
Dalam keadaan yang tidak menyenangkan penghuni rawa membentuk kista. Sebagai
contoh ikan (lepidosiner dan ceratodus) mem bungkus diri dengan lumpur selama
beberapa bulan.
2. Ekosistem Lotik
atau Ekosistem Air Mengalir
Perairan mengalir (lotik) adalah suatu bentuk ekosistem
perairan yang di dalamnya aliran atau arus air memegang peranan penting. Hal
ini karena aliran air cukup begitu besar contohnya yaitu sungai. Sungai adalah
suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air
sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton,
karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang
yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena
mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat
melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir
menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
H.
Klasifikasi Ekologis
Klasifikasi
Ekologis Organisme Air Tawar : Habitat air tawar merupakan perantara habitat
laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan
aliran energi dan kebiasaan hidup.
1.
Berdasarkan aliran energi
Organisme dibagi menjadi 3 yaitu :
* Autotroph (produsen), tanaman hijau dan
mikroorganisme kemosintetik.
* Phagotroph (konsumen makro), herbivora,
predator, parasit.
* Saprotroph (konsumen mikro atau
pengurai), diklasifikasikan sesuai dengan bahan organik yang diuraikan .
2.
Berdasarkan kebiasaan hidup
Organisme
dibedakan sebagai berikut yaitu :
a.
Plankton
Terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, organisme
mengapung yang arah pergerakannya kira-kira tergantung arus. Walaupun beberapa
zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang membantu
mempertahankan posisi vertical, plankton secara keseluruhan tidak dapat
bergerak melawan arus.
b. Nekton
Organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan
sendiri, misalnya ikan, amfibi, serangga air besar.
·
Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
·
Perifiton
Merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada
tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
·
Bentos
Hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan
remis.
I.
Manfaat Ekosistem Air Tawar
Beberapa fungsi atau manfaat ekosistem air tawar adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai sumber
plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik
2. Sebagai tempat
berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting
3. Sebagai sumber
air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga,
industri dan pertanian)
4. Sebagai tempat
penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan,
sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah
5. Memelihara
iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaman
dan tingkat curah hujan setempat
6. Sebagai sarana
tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat
lainnya
7. Sebagai
penghasil energi melalui plta
8. Sebagai sarana
rekreasi dan objek pariwisata.
BAB 3
CONTOH KASUS
A. STUDI KASUS
PERAIRAN AIR TAWAR
Perairan
air tawar di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, yaitu untuk memenuhi mulai dari
keperluan rumah tangga, keperluan hewan, transportasi pengairan, dan
sebagainya. Kebanyakan sungai di
Indonesia telah mengalami
penurunan fungsi akibat berbagai aktivitas manusia ini masih merupakan
sumberdaya perairan yang kaya akan
organisme air . Kehidupan di air
dijumpai tidak hanya pada badan air tapi juga pada dasar air yang padat. Di
dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan nutrient yang
terbatas. Oleh karena itu, hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup
dengan jumlah dan
jenis nutrient terbatas. Berikut kami mencoba untuk
menyajikan kasus yang merupakan gambaran dari hasil penelitian yang dilakukan pada perairan air tawar Sungai
Tambak Bayan, Yogjakarta dan perairan air tawar Telaga Jongge, Gunung Kidul
Yogjakarta. Dimana keduanya memiliki kualitas yang berbeda.
B. Perairan
Air Tawar dengan Kualitas baik
Bersumber dari jurnal ekologi
perairan yang dikeluarkan oleh Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
Yogjakarta pada tahun 2011 menyatakan bahwa Sungai Tambak Bayan yang berada di
daerah Yogjakarta memiliki kualitas yang baik, hal ini berarti tingkat pencemarannya
masih tergolong rendah. Kondisi tersebut dapat dilihat dari adanya
kelompok bentos yang
hidup menetap (sesile)
dan daya adaptasi yang bervariasi. Sebuah perairan
yang tercemar ditandai dengan kandungan CO yang lebih besar bila dibandingkan
dengan kangdungan oksigennya (O2). Terdapat korelasi antara tingkat
pencemaran air dengan organisme yang hidup dalam sebuah perairan air tawar.
Semakin tinggi kadar CO , maka kepadatan populasi semakin rendah. Semakin
tinggi kadar O2 dan kecerahan air
maka kepadatan populasi semakin tinggi. Dalam penelitian terdapat tiga
stasiun pengamatan pada penggal sungai yang sama. Dari ketiga stasiun pengamatan,stasiun I menunjukkan nilai densitas terendah. Rendahnya kerapatan
ini menunjukkan bahwa lingkungan
perairan pada stasiun I tidak kondusif untuk kehidupan gastropoda yang ada di
dalamnya. Hal ini disebabkan karena pada
stasiun I didapatkan kondisi sungai
yang telah dimanfaatkan untuk
banyak kebutuhan manusia sehingga terjadi degradasi kualitas ekosistem dan
terjadi pencemaran bahan-bahan yang tidak disukai gastropoda atau organisme
lainnya. Buruknya kualitas air jika
dibandingkan dengan stasiun
lain ini dibuktikan dengan tidak
adanya keragaman spesies pada stasiun ini. Pada stasiun ini hanya ditemukan
satu jenis gastropoda yaitu keong.
Stasiun II indeks densitas
gastropodanya merupakan yang
paling tinggi. Kerapatan populasi
pada stasiun II lebih tinggi karena jenis substrat berupa batuan, lumpur, dan
pasir. Selain itu kandungan oksigen
terlarut (5,53 ppm) lebih tinggi dari kandungan CO2 bebas (4,3 ppm). Oksigen
dibutuhkan organisme dalam
melakukan proses respirasi. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah jenis subsrat dasar, kandungan oksigen terlarut, kandungan
karbondioksida, serta kedalaman dan kecerahan air. Sedang faktor yang kurang berpengaruh adalah
pH substrat, suhu air dan suhu udara. Meskipun masih tergolong baik namun
meningkatnya aktivitas manusia di bantaran sungai dalam pemenuhan kebutuhannya
mengancam terjadinya degradasi kualitas
lingkungan perairan sehingga perlu dilakukan pengelolaan terpadu
untuk menjaganya agar tetap
terpelihara dengan baik
dan terkontrol.
C. Perairan Air
Tawar Dengan Kualitas Kurang Baik
Kabupaten
Gunung kidul sebagian besar wilayahnya merupakan bentangan karst gunung sewu
yang sangat unik. Wilayah karst ini secara alami merupakan daerah yang tandus
dan kering karena minimnya sumber air tanah dan air permukaan, sehingga
bentukan cekungan yang secara alami terbentuk di wilayah ini menjadi sangat
berarti bagi kehidupan disekitarnya. Cekungan
pada daerah karst pada
saat musim penghujan akan terisi air
dan kemudian dikenal sebagai
telaga. Salah satu telaga di kabupaten Gunungkidul adalah Telaga Jongge. Telaga
Jongge oleh masyarakat Gunungkidul difungsikan
sebagai sarana MCK, untuk
aktivitas pertanian, perikanan,
peternakan, wisata dan
ritual budaya. Kegiatan ini dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem
telaga dan perubahan keberadaan organisme air di telaga. Perubahan kondisi
periaran tersebut dapat
digambarkan melalui keberadaan organisme di perairan tersebut salah satunya zooplankton. Zooplankton adalah
plankton hewani yang hidupnya
melayang-layang dalam air dan
dia mempunyai kemampuan untuk berenang. Zooplankton dalam ekosistem perairan memiliki peran yang
penting karena zooplankton merupakan konsumen pertama fitoplankton yang
mempunyai peran untuk memindahkan
energi dari produsen primer yaitu fitoplankton ke tingkat konsumen yang lebih
tinggi lagi seperti larva ikan, dan ikan-ikan kecil. Zooplankton merupakan salah satu organisme yang rentan
terhadap kondisi perubahan lingkungan. Ketika jumlah zooplankton minim,
kelimpahan konsumennya seperti larva
ikan, dan ikan-ikan kecil akan mengalami
penurunan. Kondisi inilah yang terjadi pada ekosistem air tawar Telaga Jongge.
BAB 4
SIMPULAN
Kesimpulan
Ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting
karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Sebuah
perairan yang tercemar ditandai dengan kandungan CO yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kangdungan oksigennya (O2). Terdapat korelasi
antara tingkat pencemaran air dengan organisme yang hidup dalam sebuah perairan
air tawar. Semakin tinggi kadar CO , maka kepadatan populasi semakin rendah.
Semakin tinggi kadar O2
dan kecerahan air maka kepadatan populasi semakin tinggi.
Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan dilakukannya
pemeliharaan untuk menjaga kualitas lingkungan perairan air tawar. Meningkatnya
aktivitas manusia di bantaran sungai dalam pemenuhan kebutuhannya mengancam
terjadinya degradasi kualitas lingkungan perairan air tawar sehingga perlu
dilakukan pengelolaan terpadu untuk menjaganya agar tetap
terpelihara dengan baik dan terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto,
Danang. 2007. Geomorfologi Umum.
Surakarta: Surakarta Maret University Press
McNaughton,
S.J. dan Wolf, Larry L. 1990. Ekologi
Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Odum,
Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar