Ada beberapa hal yang
kedapatan menutup pikiran seseorang, diantaranya:
1. Berfikir absolut dalam hal-hal yang tidak
semestinya.
Seseorang yang terlalu
terbiasa menggunakan brand atau merk tertentu kadangkala kebingungan sewaktu
berbelanja di toko dan kebetulan stok barang yang dibutuhkannya habis. Banyak
juga salesman yang menawarkan dan menjual barang atau jasa dengan cara yang
begitu-begitu saja dari tahun ke tahun. Seakan-akan hanya cara itulah yang
paling manjur yang ada di dunia ini.
2. Merasa cukup dengan satu kategori, sebuah
asumsi atau satu pendapat
Suatu ketika seorang
nenek memberitahu dokter bahwa di batok kepalanya kadang-kadang ada ular yang
merayap dan menyebabkan rasa nyeri yang tiada henti. Sang dokter mengatakan
bahwa itu cuma omong kosong dan mendiagnosa sebagai tanda-tanda kepikunan.
Keluarga si nenek mempercayai begitu saja keterangan itu yang mereka pandang
sebagai pendapat ahli. Hanya setelah diotopsi barulah ketahuan bahwa orang yang
dicap sudah pikun itu menderita kanker otak. Sayangnya semua sudah terlambat.
Si nenek tinggal kenangan yang membekaskan kepiluan dan rasa sesal pada anggota
keluarganya itu selama bertahun-tahun. Sesal kemudian tiada berguna.
3. Menghafal dan
terkungkung pada skrip atau teks di luar kepala
98 orang tewas dalam
peristiwa jatuhnya pesawat Air Florida di Washington D.C pada bulan Januari
1982. Pesawat ini ditangani oleh awak yang berpengalam dan rutin terbang dari
Washington ke Florida. Penyelidikan lebih lanjut menyimpulkan bahwa sang pilot dan
co-pilot terbukti tetap berdisiplin seperti biasa; memeriksa keadaan pesawat
dan memastikan keamanannya menjelang tinggal-landas. Hanya saja mereka tidak
menghidupkan sistem anti-salju mesin pesawat karena tidak menyadari sedang
berada di musim dingin bersalju. Checklist prosedurnya belum diganti, masih
prosedur pemeriksaan untuk musim panas, bukan untuk musim salju.
4. Menganut pola pikir
sama rata-sama rasa semacam ’sweeping generalisation’ atau ’over
generalisation’
Orang sering berlebihan
menyukai atau tidak menyukai sesuatu atau seseorang hanya karena satu dua hal
yang dianggapnya tidak menyenangkan, sementara yang hal-hal lain tidak
dipertimbangkannya. Dengan memaksa diri mencari tahu penyebab khusus sumber
ketidaksukaan atau kesukaannya, seseorang dapat meningkatkan kemampuannya dalam
memecahkan beragam masalah hidup dan pekerjaannya.
”Saya tidak suka
berkerja di kantor ini. AC-nya terlalu dingin, jadi masuk angin terus.’ Hanya
karena sebuah AC yang dingin? Tentu dia bisa mengenakan jaket atau jas di
tempat kerja. ”Pemirsa ingin mengetahui pendapat Anda”. ”Sinetron ini favorit
dan pilihan pemirsa”. Pemirsa yang mana? Siapa pemirsanya? ”Si Anu adalah Bapak
Bangsa”. ”Bapak masih dipercayai oleh bangsa Indonesia untuk menjadi presiden”.
Bangsa Indonesia yang mana? Karenanya, sang presiden terdahulu dijatuhkan.
5. Keterpakuan pada satu
konteks
Ketidak mampuan
melakukan sesuatu sering menggiring orang untuk menghakimi dirinya sebagai
orang yang tidak mampu atau tidak trampil. Dia tidak menyadari bahwa ada
bidang-bidang lain yang bisa dikerjakannya dengan baik. Dengan ’mereframe’
(merubah sudut pandang) permasalahan sering terlihat lain. Umpamanya ketika
diomongin orang kita tidak perlu merasa sakit hati. Bukankah dosa-dosa kita
menjadi berkurang? Atau paling tidak kita dapat belajar untuk berhati-hati
kedepannya. Terutama ketika berhadapan dengan orang yang suka ngomongin
keburukan orang lain itu.
Kita harus berprilaku
sewaspada, sekreatif dan seinovatif mungkin dan terus-menerus menyerap
informasi dan perspektif baru agar lebih mudah dan lebih cepat mencapai tujuan
dan mewujudkan impian yang dicita-citakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar