Setiap kata yang
terambil dari akar kata shod, ba'', dan ra'' maknanya berkisar dalam tiga hal. Yaitu
"menahan", "ketinggian sesuatu" dan "sejenis
batu". Kita coba ambil salah satunya, yaitu menahan. Maka orang sabar
adalah orang yang paling bisa menahan. Termasuk menahan diri ketika dalam
keadaan lapang. Sebab, "tidak jarang orang dalam kesempitan bisa bersikap
sabar tetapi dalam kelapangan susah untuk sabar". Saudaraku,
berhati-hatilah ketika kita dianugerahi kekayaan, jabatan, popularitas atau
rupa yang tampan. Ujian kemudahan ini lebih kritis dibandingkan mereka yang
diuji dengan kesulitan. Salah satu contoh ketidaksabaran kita adalah "cara
kita dalam menilai orang lain". Misalnya kita ditakdirkan Allah memiliki
anak yang baik semuanya, tiba-tiba kita merasa paling saleh sedunia. Padahal
semua itu karunia Allah. Berhati-hati jangan sampai amal kita yang sedikit
menjadi hangus karena kebusukan hati. Sudah amal kita sedikit lalu hati
merendahkan dan menghina orang lain. Biasakanlah bersabar dengan berbaik sangka
dalam menyikapi setiap kejadian. Kenaikan pangkat juga tidak identik dengan
kesuksesan sejati. Mengapa? Sebab ujiannya akan bertambah; karir meningkat,
uang makin banyak, makin dihormati jika tidak hati-hati itulah yang akan
menjatuhkan. Yang dengki akan semakin banyak, peluang riya pun akan makin
melimpah. Maka, jangan ukur kesuksesan dengan kesuksesan duniawi. "Jika
naik pangkat makin mulia akhlak kita itulah karunia sebenarnya. Namun jika
dengan naik pangkat justru makin ujub, takabur dan makin jauh dari Allah itu
adalah fitnah atau cobaan." Apa sebenarnya tanda orang sukses? Orang
sukses itu adalah ketika diberi sesuatu dan sesuatu itu menjadi makin dekat
dengan Allah SWT. Apakah diijabahnya doa merupakan tanda kemuliaan? Belum
tentu, kalau kita menjadi ujub karena
cepat diijabahnya doa kita.
Siapa tahu ada orang
yang belum diijabah doanya terus berjuang untuk dekat kepada Allah. Mari kita
nikmati bersabar dalam kelapangan dan kemudahan. Berjuang terus agar tidak
berkomentar buruk pada setiap kejadian yang kita jalani. Termasuk tidak
menceritakan penderitaan kita kepada orang lain. Biasanya kita sangat senang
ketika orang lain ikut menderita, apalagi sampai mendramatisasi. Jangan sampai
ketika kita mendapat ujian kita tidak bersikap sabar. Malah sikap kita lebih
buruk dibandingkan ujian yang kita alami. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS Asy
Syams [91]: 9-10). Ujian kesabaran terberat adalah ketika kita mendapatkan
pujian. Ingat! Setiap pujian yang tidak dikembalikan kepada Allah itulah yang
disebut ujub. Etikanya,
setiap kenikmatan yang kita dapatkan harus senantiasa dikembalikan kepada
Allah, karena semuanya adalah pemberian dan milik Allah SWT. Minimal dengan
selalu mengucapkan hamdalah dengan
tulus. Mudah-mudahan kita semua digolongkan Allah menjadi orang yang senantiasa
berjuang untuk menjaga hati ini untuk bersabar dalam kelapangan. Yauma la yanfau maa lun wala banuun illa man atallaahi
biqalbin saliim. Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak
bermanfaat, kecuali orang yang datng kepada Allah dengan hati yang selamat (QS
Asy Syu'' ara [26]: 88-89).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar