Kata Idul Adha artinya
kembali kepada semangat berkurban. Idul Adha lebih berupa kesadaran sejarah
akan kehambaan yang dicapai nabi Ibrahim dan nabi Ismail AS. Karenanya di hari
tersebut ibadah yang paling utama adalah menyembelih kurban sebagai bantuan
terhadap orang-orang miskin.
Pada suatu malam tarwiyah, hari ke-8 bulan Dzulhijah, Nabi Ibraim
AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).” Karena
sebelumnya nabi Ibrahim pernah berkata “Seandainya aku memiliki anak lelaki,
pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” Ketika usia
Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun).
Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru,
“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.”
Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu
Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui
istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah
putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu
kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus
serta meminyaki dan menyisir rambutnya.
Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah
di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang.
Sesampainya di Mina,
Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu?” (QS. Ash-Shaffat, [37]: 102).
“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar” (QS. Ash-Shaffat, [37]: 102).
Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung
ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillah) sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada
ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak
sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah,
sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak
terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika
ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”
“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih
mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada
agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya
dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’
Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu
semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang
sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di
hati ayah,” sambung Isma'il.
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab,
“Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai
putraku tercinta!”
Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke
bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak
mampu menggoresnya.
Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan
kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya.
Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada
Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”
Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu
beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke
leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu
melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya,
beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah
menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak
mampu menembus daging?” gerutu beliau.
Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau
menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman,
‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar.” (QS. Ash-Shaffat, [37]: 106)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba
kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di
surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat
melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat
itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allahu Akbar) mengagungkan
kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan
perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan
asma Allah, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Nabi Ibrahim AS
menyahut, “La Ilaha Illallahu wallahu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allahu
Akbar wa lillahil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap
hari raya kurban (Idul Adha).
"SELAMAT IDUL ADHA"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar