BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut Suharsimi Arikunto (1995 :
120), sampling didefinisikan sebagai sejumlah subjek penelitian sebagai
wakil dari populasi sehingga dihasilkan sample yang mewakili populasi dimaksud.
Semakin banyak ciridan karakteristik yang ada pada populasi, maka akan semakin
sedikit subjek yang tercakup dalam populasi, dan sebaliknya.
Secara
umum terdapat dua teknik sampling, yaitu: (1) teknik probaility, dan (2) teknik
non-probability. Teknik sampling probability adalah teknik yang memberi peluang
yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pengambilan sampel secara acak/random dapat dilakukan engan bilangan random,
komputer, maupun dengan undian. Apabila pengambilan sampel dilakukan dengan
undian maka setiap anggota populasi diberi nomor sesuai dengan jumlah populasi.
Penarikan sampel dengan cara mencabut satu demi satu nomor yang ada pada kotak
undian sampai mencapai jumlah sampel yang telah ditetapkan dengan rumus cohran
atau dengan persentase.
B.
Rumusan masalah
a.
Apa yang dimaksud populasi.?
b.
Bagaiman menentukan ukuran sampel.?
c.
Bagaimana tehnik pengambilan sampling (probaliti sampling) cluster sampling dan non
probaliti sampling (sampling aksidental)
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui apa itu populasi.
b.
Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.
c.
Untuk mengetahui bagaimana tehnik pengambilan sampling propability
sampling (cluster sampling) dan non propability sampling (sampling aksidental).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Populasi adalah merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian
kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga
dapat mewakili populasinya.
B.
Ukuran Sampel
Beberapa pendapat ahli mengenai
ukuran sampel adalah sebagai berikut :
Gay
dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat
Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil
maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran
sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
- Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi
- Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
- Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
- Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group
Tidak
jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan beberapa
panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :
- Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
- Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
- Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
- Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Slovin
(1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N
= n/N(d)2 + 1
n
= sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya,
jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N
= 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
Frankel
dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
- Penelitian deskriptif sebanyak 100
- Penelitian korelasional sebanyak 50
- Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
- Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
Malhotra
(1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan
cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian
jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5
x 20 = 100
Arikunto
Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika peneliti
memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan
kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam
populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya
peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil
seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan,
jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan
kemampuan peneliti.
C.
Tekhnik Pengambilan Sampel
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya
penelitian untuk
mendapat
sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya.
Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,
yaitu
:
1. Probability Sampling (Random
Sample)
2. Non Probability Sampling (Non
Random Sample)
1.
Probability
Sampling
Non-probability sampling merupakan
teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel
a.
Cluster
Sampling
Cluster
Sampling (sampling daerah). Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan
untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.
Sebagai
contoh Indonesia terdiri dari 30 propinsi, sampel yang akan diambil sebanyak 5
propinsi, maka pengambilan 5 propisnsi dari 30 propinsi dilakukan secara
random. Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa karena propinsi yang ada di
Indonesia juga berstrata, maka pengambilan sampel untuk 5 propinsi juga
dilakuykan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik cluster
sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1) menentukan sampel daerah, dan (2)
menentukan orang-orang yang ada pada daerah dengan cara sampling juga..
2.
Non-probability
Sampling
Non-probability sampling merupakan
teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.
a.
Sampling aksidental adalah teknik
penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang
ditemukan pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai
sumber data.
Contoh: Jika
kita ingin meneliti orang2 yang telah berambut putih diseluruh kota, sampelnya
kita cari disekeliling kota dan dimana dan kapan saja kita menemui orang2 yang
berambut putih, kita ambil sebagai sampelnya, jadi semua sampel tersebut hanya
secara kebetulan saja dan tak direncanakan.
Dalam suatu penelitian ilmiah biasanya cara sampel aksidental ini jarang digunakan, kecuali dalam penelitian2 tertentu yang mungkin dapat menggunakap sampel ini, hal itu tentu sesuai dengan tujuan penelitiannya. Dan bukan penelitian ilmiah.
Dalam suatu penelitian ilmiah biasanya cara sampel aksidental ini jarang digunakan, kecuali dalam penelitian2 tertentu yang mungkin dapat menggunakap sampel ini, hal itu tentu sesuai dengan tujuan penelitiannya. Dan bukan penelitian ilmiah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
2. Ukuran Sampel
§ Ukuran sampel lebih dari 30 dan
kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
§ Jika sampel dipecah ke dalam
subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum
30 untuk tiap kategori adalah tepat
§ Dalam penelitian mutivariate
(termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar
dari jumlah variabel dalam penelitian
3. Cluster Sampling (sampling daerah).
Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari
populasi yang telah ditetapkan.
4.
Aksidental
Sampling adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila orang yang ditemukan pada waktu menentukan sampel cocok
dengan yang diperlukan sebagai sumber data.
B. Saran
Untuk
kesempurnaan makalah kami kedepannya kami sangat mengaharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang sifatnya membangun.
Kata Pengantar
Alhamdulilah,
DAFTAR
PUSTAKA
http://sepercik-supriatna73.blogspot.com/2008/12/teknik-pengambilan-sampel.html Diakses Tanggal 23 Maret 2014,Pukul
16.54 pm.
http://doubleheadsnake.blogspot.com/2012/07/nonprobability-sampling-menurut.html. Diakses Tanggal 23 Maret
2014,Pukul 17.14 pm.
Arikunto Suharsimi. (2005).
Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Fraenkel, J. & Wallen, N.
(1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York:
McGraw-Hill Inc.
Gay, L.R. dan Diehl,
P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan
Publishing Company, New York
Slovin dikutip dari Riduwan.
(2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung
: Alfabeta. p :65
Malhotra K. Naresh. 1993.
Marketing Research An Applied Orientation, second edition, Prentice Hall
International Inc, New Jersey
Roscoe
dikutip dari Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba
Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar