Susu sapi merupakan salah satu produk peternakan yang telah
dikenal memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Berbagai jenis minuman
berbahan dasar susu sapi beredar dipasaran. Mulai dari jenis susu yang
dikonsumsi bayi hingga manula dengan bahan dasar dari susu sapi dapat dengan
mudah dijumpai di pasaran. Banyaknya permintaan terhadap kebutuhan susu sapi
membuat seorang Hadi Prayitno tergerak untuk menggeluti dunia persusuan.
Berawal dari sekitar tahun 70 an Hadi Prayitno yang kini lebih dikenal dengan
sebutan Mbah Hadi, memulai usaha berdagang susu sapi segar.
Waktu itu mertua Mbah Hadi memiliki seekor sapi perah, namun hasil
susu dari sapi tersebut belum dipasarkan dengan baik, maka Hadi Prayitno muda
mencoba menjual susu sapi kepada tetangga dan masyarakat sekitarnya, bahkan
sampai ke Kota Salatiga.
Ternyata dari penjualan susu sapi tersebut mendapatkan respon yang
baik dari masyarakat, setiap hari susu yang dibawa habis terjual. Mulai saat
itulah Mbah Hadi meyakini bahwa menjual susu sapi dapat sebagai jalan untuk
memenuhi kebutuhan hidup selain bertani. Memang di tempat Mbah Hadi tinggal
yaitu wilayah Ngemplak, Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo mayoritas
warganya adalah petani. yang mengandalkan hasil bertani untuk mencukupi
kehidupannya.
Mbah Hadi menjelaskan, dari hasil bertani masyarakat baru dapat
memetik hasilnya kurang lebih 3 bulan sekali untuk tanaman jagung, padahal
setiap hari harus makan, dan kegiatan bermasyarakat(pirukunan) yang juga
memerlukan biaya,lebih seringnya warga mengalami kesulitan untuk memnuhi
kebutuhan sehari – hari. Sedangkan apabila memiliki sapi perah setiap hari
peternak dapat memperoleh susu segar kurang lebih 8 liter tiap satu ekor sapi.
Jika satu liternya Rp. 2.600,- maka paling tidak uang sejumlah Rp. 20.800,-
dapat diperoleh setiap hari, sehingga dapat dijadikan sumber pemasukan yang
menjanjikan.
Bahkan sebagai tambahan Mbah Hadi menerangkan kalau sapi perah
dapat digunakan sebagai agunan/jaminan kredit, warga yang memiliki sapi perah
walaupun baru memeras susu satu kali saja sudah boleh mengambil kredit/hutang
dikoperasi atau dari warga yang lain. Maka tidak heran jika sebagian besar
warga desa Kumpulrejo memiliki sapi perah .
Mbah Hadi yang hanya lulusan sekolah setara SMP ini mengaku tidak
pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus dalam beternak sapi, jadi
kemampuannya dalam memelihara sapi dan menjual hasil susu sapi diperoleh dari
pengalaman selama kurang lebih 40 tahun. Saat ini Mbah Hadi telah memiliki
tidak kurang dari 100 peternak sapi perah yang menyetorkan hasil susu sapinya
kepada Mbah Hadi, dengan produksi rata- rata 1000 liter per harinya.
Harga dari para peternak dapat bervariasi antara Rp. 2.600,-
hingga Rp. 2.700,- perliter, hal tersebut tergantung dari kualitas dari susu
yang dihasilkan. Kualitas susu dapat diketahui dari rasa dan penggunaan
pendeteksi kualitas susu dengan alat yang umum disebut Lato. Sehingga setiap
pergi mengambil susu dari peternak, tidak lupa Mbah Hadi yang didampingi
putranya menggunakan alat Lato ini untuk mendeteksi kualitas susu sapi dari
para peternak. Susu dikategorikan baik jika hasil pengukuran menunjukkan angka
berkisar 1,022 hingga 1,028 g/ml. Susu sapi yang diukur dengan hasil dibawah
1,022g/ml tidak akan diambil oleh Mbah Hadi.
Hal ini karena Mbah Hadi berprinsip lebih baik menjual sedikit
namun memiliki kualitas yang bagus dari pada membawa banyak susu namun nantinya
ditolak perusahaan penerima susu sapi karena kualitasnya jelek. Prinsip
kepercayaan pun dipegang teguh oleh pria yang telah berusia 74 tahun ini dalam
menggeluti usaha persusuan. Karena sekali menjual susu dengan kualitas jelek
maka akan kesulitan sendiri dalam menjual susu berikutnya walaupun memiliki
kualitas yang mungkin lebih baik.
Mbah Hadi menjelaskan dari pengalaman bertahun-tahun telah
membuktikan bahwa kepercayaan itu sangat penting dalam berbisnis, sudah banyak
pedagang pengelola susu yang gulung tikar karena kurang bisa menjaga
kepercayaan, baik dari peternak maupun dari perusahaan penerima susu.
Karena ingin memperoleh keuntungan yang besar maka berani menjual
susu yang jelek kepada perusahaan penerima susu, sehingga pada akhirnya
perusahaan tidak mau menerima susu dari pedagang tersebut. Lebih baik sedikit
tapi terus berkelanjutan, syukur-syukur bisa banyak dan berkelanjutan, kondisi
seperti itu yang diharapkan lanjut Mbah Hadi.
Dari hasil susu sapi perah yang dikumpulkan dari para peternak
selanjutnya Mbah Hadi menjual susu tersebut ke sebuah perusahaan di Mojosongo
Klaten. Dipilihnya Mojosongo karena dinilai dapat memberikan harga yang cukup
tinggi yaitu Rp. 2.850,- perliternya.
Dari hasil berjualan susu sapi inilah Mbah Hadi telah mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan bahkan mampu menyekolahkan anaknya
hingga tingkat perguruan tinggi. Mbah Hadi menjelaskan kunci keberhasilannya
selama kurang lebih 40 tahun menggeluti perdagangan susu sapi yaitu kepercayaan
atau amanah yang harus dijaga dengan baik. Menjaga kualitas susu sapi agar
terus baik dan hanya menjual susu sapi dengan kualitas terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar