Legenda Cerita Rakyat Daerah Riau : Dongeng Pendek Si
Lancang
D
|
ahulu
kala di sebuah gubuk yang reot di negeri Kampar, Kepulauan Riau tinggalah
seorang janda miskin dan seorang anak laki-lakinya yang bernama Si Lancang.
Hidup mereka sangat miskin. Emak Si Lancang bekerja menggarap ladang orang lain
sedangkan Si Lancang menggembalakan ternak tetangganya.
Kemiskinan
yang mereka alami terus berlanjut hingga bertahun-tahun lamanya, hingga pada
suatu ketika Si Lancang merasa jenuh dan bosan hidup miskin, ia memutuskan
untuk pergi merantau ke negeri orang, lalu Si Lancang meminta izin kepada
Emaknya, "Mak, sudah bertahun-tahun kita hidup miskin. Aku ingin bekerja
dan mengumpulkan uang," ucap Si Lancang pada Emaknya, "Izinkan aku
merantau ke negeri orang, Mak."
Dongeng
Pendek Si Lancang Cerita Rakyat Daerah Riau
Emaknya
Si Lancang terkejut mendengar permintaan anaknya, "Nak, kalau kau pergi.
Emak tinggal dengan siapa? Tetaplah di sini" ujar Emaknya keberatan.
Si
Lancang menghela napas,"Percayalah Mak, ini demi kebaikan kita, agar kita
jadi orang kaya, aku mohon Mak, izinkanlah," Si Lancang terus memohon.
Akhirnya
dengan berat hati Emaknya mengizinkan, "Baiklah, Emak izinkan, tapi jika
kau sudah jadi orang kaya segeralah pulang ke sini. Jangan lupakan Emakmu"
pesan Emaknya.
"Benarkah
Mak?" tanya Si Lancang meyakinkan, lalu Emaknya mengangguk.
Si
Lancang sangat gembira, ia meloncat-loncat dengan riang. Emak Si Lancang tampak
sedih melihat anaknya akan pergi. Berjatuhan air matanya. Melihat hal itu, Si
Lancang langsung mendekati dan memeluk Emaknya, "Emak, percayalah. Jika
nanti aku sudah kaya, aku tidak akan melupakan Emak, jangan sedih Mak,"
ucap Si Lancang sambil menghapus airmata Emaknya.
Emaknya
mengangguk-angguk berusaha tersenyum, "Nanti malam Emak akan membuatkan
lumping dodok untuk bekalmu di jalan nanti, esok pagi kau boleh
berangkat," kata Emaknya seraya tersenyum.
Keesokan
harinya Si Lancang pun berangkat ke kota. Hari cepat berlalu, akhirnya selama
bertahu-tahun Si Lancang merantau, ia menjadi seorang pedagang kaya raya,
berpuluh-puluh kapal dan ribuan anak buahnya telah ia miliki, juga istri-istri
yang cantik.
Si
Lancang lupa, sang Emak jauh di kampung halamannya selalu menunggunya. Emaknya
semakin miskin. Sedangkan Si Lancang hidup bersenang-senang bersama istri-istri
dan kekayaannya yang melimpah ruah.
Pada
suatu hari ia berencana mengajak istri-istrinya berlayar ke Andalas. Akhirnya
pemberangkatan pun tiba, ia bersama istri-istrinya juga pengawal dan awak kapal
telah bersiap. Sejak berangkat dari pelabuhan kota, seluruh penumpang kapal Si
Lancang berpesta-pora, mereka menggelar kain sutra dan aneka perhiasan emas dan
perak di atas kapal agar semakin tampak kemewahan dan kekayaan Si Lancang.
Setelah
beberapa hari berlayar, akhirnya kapal Si Lancang yang megah itu merapat di
Sungai Kampar, yaitu kampung halamannya. Penduduk di sekitar Sungai Kampar yang
melihat kemegahan kapal Si Lancang perlahan semakin berdatangan, mereka masih
mengenali wajah Si Lancang yang beberapa tahun silam pergi merantau dari kampung
ini, "Itu Si Lancang rupanya! Wah dia sudah menjadi orang kaya," seru
guru mengaji Si Lancang turut bahagia.
Dongeng
Pendek Si Lancang
"Kapalnya
sangat megah, ternyata ia masih ingat jalan pulang ke kampungnya!"seru
yang lain yang tak lain adalah teman masa kecil Si Lancang. Lalu ia segera
berlari menuju gubuk reot Emak Si Lancang untuk memberitahu kedatangan Si
Lancang. "Mak... Mak, anak Emak Si Lancang sudah kembali," teriaknya
ketika sampai di gubuk Emak Si Lancang.
Kala
itu, Emak Si Lancang tengah terbaring karena sakit, ia langsung terbangun
mendengar anaknya sudah kembali. Dia bergegas bangkit dan dengan pakaian yang
sudah compang-camping, ia tertatih-tatih menuju pelabuhan Sungai Kampar.
Ketika
sampai di pelabuhan, ia terkejut melihat puluhan orang mengerubuti kapal megah
Si Lancang. Emak Si Lancang berusaha sekuat tenaga mencoba naik ke geladak
kapal, tapi tiba-tiba anak buah Si Lancang membentak, "Hei! Kaa wanita
gila, jangan naik ke kapal ini. Pergi" usirnya.
Emak
Si Lancang terkejut lalu ia berkata, "Aku..aku adalah Emak Si Lancang, Aku
ingin bertemu dengan anakku," ucap Emak Si Lancang. Namun anak buah- anak
buah Si Lancang tetap mengusirnya, terjadilah kegaduhan.
Si
Lancang didampingi oleh istri-istrinya menghampiri ke geladak kapal itu,
"Ada
apa ini?” Tanya Si Lancang yang merasa terganggu.
Emak
Si Lancang yang melihat anaknya Iangsun g berkata, “Lancang, ini Emakmu. Kau
masih ingat kan?" seru Emaknya gembira.
Si
Lancang terkejut melihat Emaknya masih hidup, namun bukannya ia memeluk
Emaknya, ia malah membentak kasar, ia malu pada istri-istrinya memiliki Emak
yang miskin dan kucel, "Bohong! Kau bukan Emakku. Kau kotor dan jelek!
Usir dia dari kapalku!" teriak Si Lancang pada anak-anak buahnya.
Dongeng
Pendek Si Lancang Dari Riau
Emaknya
terkejut mendengar kata-kata anaknya, belum sempat ia berkata, ia sudah
didorong oleh anak buah Si Lancang sampai terjatuh, "Pergi!!!" teriak
anak buah Si Lancang kasar.
Hati
Emak Si Lancang sangat hancur dan sakit, ia tak menyangka akan di perlakukan
demikian oleh anaknya yang selama ini dinanti-nantikannya. Dengan perasaan
terluka, Emaknya kembali pulang ke gubuknya sambil menangis.
Sesampainya
di gubuk, Emak Si Lancang langsung mengambil lesung dan nyiru pusaka, ia
memutar-mutar lesung itu dan mengipasinya dengan nyiur sambil berdoa dengan
khusyuknya, "Ya Tuhan, Si Lancang telah kulahirkan selama sembilan bulan
lamanya, telah kubesarkan ia dengan ikhlas, kini ia telah berubah. Tunjukanlah
kekuasaan-Mu Tuhan," Iepas Emaknya berkata demikian, tiba-tiba datang
angin topan berhembus amat kencang, sementara itu petir menggelegar menyambar
kapal Si Lancang, lalu gelombang Sungai Kampar naik dan menghantam kapal Si
Lancang sampai hancur berantakan, semua penumpang di atas kapal itu berteriak
ketakutan dan semua penduduk berlarian menjauhi sungai.
Terdengar
sayup-sayup suara Si Lancang yang berteriak di tengah badai, "Emaaak...!
Aku anakmu, Si Lancang telah pulang.. maafkan aku...!" Namun tetap saja Si
Lancang dan istri-istrinya juga para penumpang kapal itu tenggelam. Barang-barang
yang ada di kapal Si Lancang berhamburan, kain sutra yang dibawa si Lancang
dalam kapalnya melayang-Iayang.
Lalu
kain itu berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di
Kampar Kiri, sebuah buah gong terlempar dan jatuh di dekat gubuk Emak Si
Lancang di Rumbio, menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan. Lalu sebuah tembikar
pecah dan melayang menjadi Pasubilah yang letaknya berdekatan dengan Danau Si
Lancang.
Kemudian
di danau itulah tiang bendera kapal si Lancang tegak, bila tiang bendera kapal
Si Lancang itu tiba-tiba muncul ke permukaan danau, maka pertanda akan terjadi
banjir di Sungai Kampar. Konon, banjir itulah air mata si Lancang yang
menyesali perbuatannya karena durhaka kepada Emaknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar