LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS IMMINEN
A. PENGERTIAN
·
Abortus adalah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. (Wiknjosastro, 2005:305)
·
Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan. (Saifuddin, .2007:145)
·
Abortus adalah berakhirnya
ssuatu kehamilan, bisa terdapat gejala kehamilan dini. Kram ringan dengan
perdarahan. Serviks panjang dan tertutup. Uterus sesuai dengan usia kehamilan,
secara kasar 50% memburuk menjadi abortus insipiens. (Graber, 2006:368)
·
Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buih kehamilan belum mampu hidup di
luar kandungan. (Kusmiyati, 2009:149)
·
Abortus adalah
usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa
sebelum janin mampu bertahan hidup , jika dilahirkan. (Varney. 2007:604)
B. ETIOLOGI
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan
yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi.
(Graber, 2006:368)
Penyebab abortus merupakan gabungan
dari beberapa faktor .Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya
abortus adalah:
1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan
perkembangan zigot , embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur,telur kosong (blighted
ovum),kerusakan embrio,atau kerusakan kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta
(hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan.
Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan
sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297)
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi
janin yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah
janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:
b. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo
virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron
tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
g. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human
Leukocyte Antigen)
h. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera
setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
· Pengangkatan Ovarium yang mengandung
korpus luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
· Pembedahan intraabdominal dan operasi
pada uterus pada saat hamil.
i. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus , mioma(terutama mioma
submukosa),serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
(Benson, 2008:298)
3. Faktor Eksternal
a.
Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9
minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan keguguran.
b.
Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan
lain-lain.Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu,
kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau
untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Terjadinya
a. Abortus spontan
Keluarnya hasil
konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis
b. Abortus buatan
Sengaja dilakukan
sehingga kehamilan dapat di akhiri
(Wiknjosastro,
2008)
2. Berdasarkan pelaksanaanya:
a. Abortus provokatus artificialis atau Abortus therapeuticus
Indikasi abortus
untuk kepentingan ibu, misalnya :penyakit jantung,hipertensi esensial, dan karsinoma
serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli
kebidanan , penyakit dalam psikistri atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal
Pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan
dilarang oleh hukum atau di lakukan oleh yang tidak berwenang.
c. Unsafe Abortion
Upaya untuk
terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.
(Wiknjosastro, 2008)
3. Berdasarkan gambaran klinisnya:
a. Abortus Imminens
Terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus insipiens
Abortus yang
sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
c. Abortus completus
Seluruh hasil
konsepsi di keluarkan (desidua dan uterus), sehingga rongga rahim kosong.
d. Abortus Incompletus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang di
keluarkan , yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
e. Abortus servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium eksternum yang tak terbuka sehingga semuanya berkumpul dalam kanalis
servikalis.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
g. Abortus Infeksiasus, abortus septik
Abortus infeksiasus adalah abortus yang disertai infeksi
pada genetalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiasus berat
disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
h. Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu , tetapi janin
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
(Wiknjosastro,
2007:305-308)
D. FAKTOR PRESDIPOSISI
Alasan utama terjadinya keguguran pada
awal kehamilan ialah kelainan genetik,yang mencapai 75 hingga 90% total
keguguran.Alasan lain terjadinya adalah kadar progesteron yang tidak normal,
kelainan pada kelenjar tiroid , diabetes yang tidak terkontrol, kelainan pada
rahim ,infeksi dan penyakit autonium.
(Varney, 2007:604)
E. TANDA DAN GEJALA
1. Abortus Imminens
a. Kram perut bagian bawah
b. Perdarahan sedikit dari jalan lahir
c. Fleksus ada(sedikit)
d. Ostium uteri tertutup
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan
f. Uterus Lunak
2. Abortus Insipiens
a. Disertai nyeri/kontraksi rahim
b. Pendarahan dari jalan lahir
c. Perdarahan sedang hingga banyak
d. Ostium Uteri terbuka
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan
f. Buah kehamilan masih dalam rahim, belum
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
g. Ketuban utuh(menonjol)
3. Abortus Incomplitus
a. Kram perut bagian bawah
b. Pendarahan banyak dari jalan lahir
c. Pendarahan sedang hingga banyak
d. Ostium uteri terbuka
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan
4. Abortus Komplitus
a. Nyeri perut bagian bawah sedikit atau
tidak ada
b. Perdarahan dari jalan lahir sedikit
c. Perdarahan bercak sedikit hingga sedang
d. Teraba sisa jaringan buah kehamilan
e. Ostium uteri tertutup , bila ostium
terbuka teraba rongga uterus kosong
f. Ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan
5. Missed Abortion
a. Buah dada mengecil
b. Tanpa nyeri
c. Pendarahan bisa ada atau tidak
d. Hilangnya tanda kehamilan
e. Tidak ada bunyi jantung janin
f. Berat badan menurun
g. Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
(Kusmiyati, 2009:150-152)
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme diatas
juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam
kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol
(Widjanarko, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ABORTUS IMMINENS
· Hasil USG Menunjukkan:
1. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda
kehidupan janin.
2. Meragukan
3. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
(Kusmiyati,
2009:150)
4. Tes kehamilan positif jika janin masih
hidup dan negatif bila janin sudah mati
5. pemeriksaan Dopler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup
6. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada
missed abortion
·
Data
laboratorium:
1. Tes urine
2. hemoglobin dan hematokrit
3. menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
· Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva : perdarahan
pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2. Inspekulo : perdarahan dari
cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
3. Colok vagina : porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri. (Ratihrochmat, 2009)
H. PENATALAKSANAAN ABORTUS IMMINENS
· Istirahat – baring. Tidur berbaring
merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.
· Anjurkan Untuk tidak melakukan
aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
· Bila perdarahan:
ü Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
ü Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)
ü Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
Jenis hormon
|
Dosis awal
|
Dosis pemeliharaan
|
Ditrogesteron
|
40mg per oral
|
10mg setiap 8 jam
|
Alilesterenol
|
20mg per oral
|
5mg setiap 8 jam
|
Hidroksiprogesteron kaproag
|
500 mg intramuskuler
|
250mg setiap 12 jam,bila
ada perbaikan, lanjutkan dengan 250mg
perhari hingga 7 hari setelah perdarah berhenti.
|
(Saifuddin,
2007:149)
· Terapi
defesiensi hormon pada abortus iminen
· Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin
dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus,
belum dapat dikatakan memuaskan.
· Penenang penobarbital 3x30 gram valium
· Anti pendarahan: Adona ,Transami
· Vit B Komplek
· Hormon progesteron
· Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
· Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin
I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
a. perdarahan yang banyak disebut syok
nemoragik
b. infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau
endoseptik
(Wiknjosastro,
2007:311-312)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar