1.1.
Latar
Belakang
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi
permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus
ekonomi dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas
penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih
keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan.
Kecirian perikanan
tangkap adalah ketidakpastian yang cukup tinggi, karena dalam operasi
penangkapan ikan nelayan harus mampu menentukan lokasi penangkapan ikan yang
potensil. Permasalahan utama dalam kegiatan penangkapan ikan adalah menentukan
lokasi penangkapan yang potensil, karena jenis ikan cakalang merupakan kelompok
ikan pelagis besar yang selalu melakukan migrasi dengan jarak jauh. Salah satu
indikator dalam menentukan
Aktivitas perikanan dimulai dengan usaha
melakukan penangkapan ikan ataupun mengumpulkan biota akuatik (rumput laut,
kerang-kerangan dan lain-lain). Penangkapan ikan tentu saja didukung oleh
teknologi penangkapan ikan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Operasi penangkapan ikan oleh setiap jenis
alat tangkap memiliki perbedaan. Dikarenakan
setiap jenis alat tangkap memiliki kontruksi dan cara pengoprasian yang benar
sehingga perairan pada daerah penangkapan disesuaikan dengan target tangkapan
dan kondisi perairan pada daerah penangkapan ikan, contohnya alat tangkap purse
seine. Alat tangkap purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan.
Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dari laporan praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1.
Mengetahui diskripsi alat tangkap sarana
penangkapan purse seine
2.
Mengetahui cara penggunaan alat
tangkap
3.
Mengetahui jenis ikan apa yang di
tangkap
4.
Menjelaskan secara lengkap cara menggunakan alat tangkap purse
seine.
2.1.Kegunaan
Praktek Lapang
Agar
mengetahui
kondisi secara langsung dan juga dapat bertukakar fikiran secara langsung
dengan nelayan sekitar sehingga banyak ilmu yang dapat dipelajari dalam bidang
penangkapan ikan.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Alat Tangkap
Diniah (2008) menyatakan bahwa pukat
cincin adalah alat penangkap ikan
dari jaring yang dioperasikan dengan
cara melingkari gerombolan ikan hingga alat
berbentuk seperti mangkuk pada akhir
proses penangkapan ikan. Alat tangkap
ini
digunakan untuk menangkap ikan pelagis
yang bergerombol. Cara pengoperasian
pukat cincin adalah dengan melingkari
gerombolan ikan, kemudian tali kolor
purse line) ditarik ke dan dari
kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.
Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan
ke kapal dengan menggunakan serok
atau scoop.
Menurut Sadhori (1985), purse seine
disebut juga pukat atau jaring
kantong, karena bentuk jaring pada saat
dioperasikan menyerupai kantong. Alat
tangkap ini disebut juga jaring kolor,
karena pada bagian bawah jaring dilengkapi
dengan tali kolor yang berfungsi untuk
menyatukan bagian bawah jaring sewaktu
operasi dengan cara menarik tali kolor
tersebut.
Von Brandt (2005) menyatakan bahwa
karakteristik
purse seine terletak
pada cincin dan purse line atau
tali kolor. Alat tangkap ini memiliki
ciri tali ris
atas yang lebih pendek dari tali ris
bawahnya, sedangkan alat tangkap yang
termasuk kelompok ini seperti lampara
memiliki tali ris atas yang lebih panjang
dari tali ris bawah. Purse seine dikelompokkan ke dalam
kelompok surrounding
nets.
Ada dua tipe purse seine yaitu purseseine tipe Amerika dan
Purse seine tipe Amerika
berbentuk empat persegi panjang dengan
bagian pembentuk kantong terletak di
bagian tepi jaring. Purse seine
tipe Jepang
berbentuk empat persegi panjang dengan
bagian bawah jaring berbentuk busur
lingkaran dan bagian pembentuk kantong
terletak di tengah jaring.
Menurut Sadhori (1985), purse seine
dibedakan atas empat bagian besar,
yaitu:
1) Berdasarkan bentuk jaring utama,
yaitu:
Persegi atau segi empat;
(2) Trapesium atau potongan; dan
_(3) Lekuk.
Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan pada
saat operasi, yaitu:
Tipe satu kapal (one boat system); dan
Tipe dua kapal (two boat system).
Berdasarkan spesies ikan yang menjadi tujuan
hasil tangkapan (contohnya):
(1) Purse seine tuna;
(2) Purse seine layang; dan
(3) Purse seine kembung.
4) Berdasarkan waktu operasi
(1) Purse seine siang hari; dan
(2) Purse seine malam hari.
Menurut BPPI Semarang (1985) jika
dilihat dari besarnya skala usaha atau
besarnya kapal, purse seine
dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
1) Purse seine ukuran besar;
2) Purse seine ukuran sedang; dan
3) Purse seine ukuran kecil atau mini
purse seine.
2.2.Daerah
penankapan ikan dan musim penangkapan ikan
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah
penangkapan atau lazim disebut “ fishing ground” adalah suatu daerah dimana
ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan. Adapun
syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu :
a. bukan
daerah yang dilarang menangkap ikan
b. terdapat
ikan pelagis yang bergerombol
c. perairannya relatif lebih dalam
dibandingkan dengan dalamnya jaring
Penggunaan
Sinar untuk mencari gerombolan ikan pada
kapal penangkap sanggat diperlukan
tetapi cara mencari gerombolan ikan
dapat dilihat dengan memperhatikan tanda-tanda adanya ikan, yaitu :
a. burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut
b. ikan-ikan yang melompat-lompat
c. di permukaan laut terliahat ada
buih-buih atau percikan air laut
d. adanya riak-riak di permukaan
e. warna air laut yang lebih gelap dari
warna laut sekitarnya
4.
Penurunan Alat (Setting)
Operasi
penangkapan dengan purse seine perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Arah
angin, yaitu jaring harus di atas, maksudnya jaring berada dimana arah angin datang sedangkan kapal penangkap berada setelah alat
tangkap. Sehingga kapal tidak akan masuk ke dalam lingkaran purse seine, sebab
kapal lebih cepat terbawa angin dibandingkan dengan alat tangkap.
b.
Arah arus, kebalikan dari arah
angin, yaitu kapal harus berada di atas arus sehingga alat tangkap tidak hanyut
di bawah kapal, sehingga menyulitkan penarikan alat tangkap ke atas dek kapal.
c. Arah pergerakan gerombolan ikan.
Jaring
harus menghadang arah
pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang telah dilingkari tidak dapat meloloskan diri.
Jaring diturunkan di depan gerombolan
ikan sehingga setelah selesai
setting kapal berada di belakang
gerombolan ikan.
d.
Arah datangnya sinar matahari
Operasi penangkapan pada siang hari
harus memperhatikan arah datangnya sinar
matahari, sebab bila penempatannya tidak sesuai maka gerombolan
ikan akan memencar sehingga
operasi penangkapan tidak berhasil.
2.1.1.
Metode
penangkapan ikan
Pada
umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada
juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Pertama-tama haruslah diketemukan
gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan
pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena
gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di
permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat
permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan
ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan
sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana
gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut.
b.
Pada
operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan
dengan menggunakan cahaya.
c. Setelah fishing shoal diketemukan
perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini
perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin,
dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang.
2.2.Hasil Tangkapan
hasil penangkapan Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan
dari purse seine adalah Jenis ikan Pelagis “Pelagic Shoaling
Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal
(gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah
diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan
dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga
dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin.
Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring
(panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat purse
seine terutama di daerah tampo dan malogano adalah ikan ikan sebagai berikut :
No.
|
Nama Indonesia
|
Nama
latin
|
Nama lokal
|
1
|
Ikan
tembang
|
Sardinella gibbosa
|
Ikan tembang
|
2
|
Boto-boto
|
||
3
|
Kaniwa
|
||
4
|
Layang
|
Detapterus pusailus
|
Layang
|
5
|
Cakalang
|
||
6
|
Baronang
|
Siganus sp
|
Baronang
|
III. METODE PRAKTEK LAPANG
3.1. Tempat dan waktu praktek lapang
Tempat pelaksanaan praktikum ini bertempat di desa lagasa bahari .1.
kecamatan duruka Dan waktu pelaksanaan praktikum pada tanggal 31 januari 2016.
Serta pelaksanaan praktikum ini satu hari satu kali yaitu mulai pada pukul
10:00 – sampai selesai
3.2. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai
sebagaimana di sajikan pada table berikut :
Table 1. Alat dan bahan praktikum :
No
|
Nama Bagian
|
Bahan
|
Jumlah
|
Ukuran
|
1
|
Tali Pelampung
|
Nilon
|
1
|
400 m
|
2
|
Pelampung
|
Plastik
|
400 biji
|
|
3
|
Tali Ris Atas
|
Nilon
|
20 kg
|
400 m
|
4
|
Badan Jaring
|
Benang Nilon
|
120 bis
|
|
5
|
Pemberat
|
Saran Tima
|
30 biji
|
100 cm
|
6
|
Pemberat
|
Ring/Tima
|
|
|
7
|
Jangkar
|
Besi
|
1 buah
|
6 kg
|
8
|
Tali Jangkar
|
Nilon
|
3 kg
|
8 mil
|
A. Bagian jaring
Bagian
jaring ini ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun
yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2.
jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.
jaring kantong, #3/4”
srampatan
(selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang
sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
- ® Tali temali
- ® tali pelampung.
- ® Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
- ® tali ris atas.
- ® Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
- ® tali ris bawah.
- ® Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
- ® tali pemberat.
- ® Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
- ® tali kolor bahan.
- ® Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
- ® tali slambar
- ® bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
Pelampung
Ada
2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50
dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di
tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat
dibanding dengan bagian pinggir.
Pemberat
pemberat
ini Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
Cincin
Terbuat
dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan
seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin
ini dilakukan tali kolor (purse line).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Diskripsi ala tangkap
Satu unit purse seine terdiri dari jaring,
kapal, dan alat bantu (roller, lampu, echosounder, dsb). Bagian-bagian purse seine:
1. Kantong (bag, bunt)
2. Badan jaring
3. Tepi jaring
4. Pelampung (float)
5. Tali
pelampung (float
line)
6. Sayap (wing)
7. Pemberat (sinker, lead)
8. Tali penarik (purse
line)
9. Tali cincin (purs ring)
10. Selvage (srampatan) (Fiqrin,
2010).
4.2.Daerah
penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah
penangkapan atau lazim disebut “ fishing ground” adalah suatu daerah dimana
ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan. Adapun
syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu :
a. bukan
daerah yang dilarang menangkap ikan
b. terdapat
ikan pelagis yang bergerombol
c. perairannya relatif lebih dalam
dibandingkan dengan dalamnya jaring
Penggunaan
Sinar untuk mencari gerombolan ikan pada
kapal penangkap sanggat diperlukan
tetapi cara mencari gerombolan ikan
dapat dilihat dengan memperhatikan tanda-tanda adanya ikan, yaitu :
a. burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut
b. ikan-ikan yang melompat-lompat
c. di permukaan laut terliahat ada
buih-buih atau percikan air laut
d. adanya riak-riak di permukaan
e. warna air laut yang lebih gelap dari
warna laut sekitarnya
Operasi
penangkapan dengan purse seine perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Arah
angin, yaitu jaring harus di atas, maksudnya jaring berada dimana arah angin datang sedangkan kapal penangkap berada setelah alat
tangkapan.
b.
Arah arus, kebalikan dari arah
angin, yaitu kapal harus berada di atas arus sehingga alat tangkap tidak hanyut
di bawah kapal, sehingga menyulitkan penarikan alat tangkap ke atas dek kapal.
c. Arah pergerakan gerombolan ikan.
Jaring
harus menghadang arah
pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang telah dilingkari tidak dapat meloloskan diri. Jaring diturunkan di depan gerombolan ikan sehingga setelah selesai setting kapal berada di belakang gerombolan ikan.
d.
Arah datangnya sinar matahari
Operasi penangkapan pada siang hari
harus memperhatikan arah datangnya sinar
matahari, sebab bila penempatannya tidak sesuai maka gerombolan
ikan akan memencar sehingga
operasi penangkapan tidak berhasil.
2.2.Metode penangkapan ikan
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) tetapi ada
juga yang menggunakan samping kapal. Tahapan operasi penangkapan dengan alat
purse seine sama seperti proses penangkapan dengan alat lainnya yaitu
persiapan, setting, hauling dan memindahkan hasil tangkapan. Urutan operasi
dapat digambarkan sebagai berikut :
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Tetapi dengan adanya berbagai alat bantu seperti fish finder waktu operasi pun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang hari pun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototakxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.
Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup.Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Lama pengoperasian alat ini tidak lebih dari 30 menit hal ini dilakukan karena ikan yang bergerombol harus segera dilingkari jaring lalu ditangkap. Jika terlalu lama maka peluang keberhasilan mendapatkan ikan yang banyak sangat kecil.
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Tetapi dengan adanya berbagai alat bantu seperti fish finder waktu operasi pun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang hari pun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototakxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.
Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup.Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Lama pengoperasian alat ini tidak lebih dari 30 menit hal ini dilakukan karena ikan yang bergerombol harus segera dilingkari jaring lalu ditangkap. Jika terlalu lama maka peluang keberhasilan mendapatkan ikan yang banyak sangat kecil.
4.3.Hasil tangkapan
Jenis
ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat purse seine terutama di daerah
tampo dan malogano adalah ikan ikan sebagai berikut :
No.
|
Nama Indonesia
|
Nama latin
|
Nama local
|
1
|
Ikan
tembang
|
Sardinella gibbosa
|
Ikan tembang
|
2
|
Kembung
|
Rastrelinger
|
Boto-boto
|
3
|
Detapterus pusailus
|
Layang
|
|
4
|
Cakalang
|
||
5
|
Baronang
|
Siganus sp
|
Baronang
|
6
|
Ikan
kembuung
|
Rastrellinger
kanagurta
|
Ikan
Banjar-banjar
|
7
|
|
|
Banjar-banjar
|
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kegiatan
penangkapan ikan merupakan salah satu dari bidang ilmu perikanan, yaitu
perikanan tangkap. Kegiatan tersebut tidak lepas dari alat tangkap ikan serta
kapal penangkapan ikan.
2. Metode yang digunakan dalam praktikum Metode Penangkapan ikan adalah metode observasi dan wawancara.
3. Ukuran setiap komponen pada setiap alat tangkap sangat menentukan hasil tangkapan yang akan diperoleh baik dari segi ukuran, jenis dan kandungan dari ikan.
4. Dari ketiga alat yang sering digunakan di Prigi tersebut, alat yang paling banyah mendapatkan hasil adalah purse seine.
5. Konstruksi purse seine adalah: bagian jaring(utama, kantong, sayap), selvedge, tali temali, pelampung, pemberat, cincin.
2. Metode yang digunakan dalam praktikum Metode Penangkapan ikan adalah metode observasi dan wawancara.
3. Ukuran setiap komponen pada setiap alat tangkap sangat menentukan hasil tangkapan yang akan diperoleh baik dari segi ukuran, jenis dan kandungan dari ikan.
4. Dari ketiga alat yang sering digunakan di Prigi tersebut, alat yang paling banyah mendapatkan hasil adalah purse seine.
5. Konstruksi purse seine adalah: bagian jaring(utama, kantong, sayap), selvedge, tali temali, pelampung, pemberat, cincin.
B. SARAN
1.Sebaiknya
untuk pengambilan sampel dilakukan dari narasumber yang berbeda agar data yang
didapatkan lebih beragam serta dapat dilihat secara menyeluh. Serta hendaknya
perlu dihadirkan narasumber seorang nelayan agar stratifikasi dalam pengambilan
data lebih merata.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Waluyo subani dan h.r barus.1989.alat
penangkapan ikan dan udang laut di indonesia.
Balai penelitian perikanan laut. Jakarta.
Ø
Diniah (2008) Cara pengoperasian pukat cinci
Ø
Menurut Sadhori (1985), Pukat atau jarring kantong
Ø
Von Brandt (2005), Karakteristik purse seine terletak pada cincin dan purse line atau tali kolor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar