BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu
penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang
sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan
tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah
sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat
berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang
penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan
akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan HIV?
2.
Apa tanda dan gejala orang yang
terinfeksi HIV?
3. Sebutkan
penyebab orang dapat terinfeksi HIV!
4. Sebutkan
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terinfeksi HIV!
5. Sebutkan
penanganan yang dapat dilakukan untuk orang yang terkena infeksi HIV!
6. Sebutkan
hubungan HIV dengan kehamilan, melahirkan, dan menyusui!
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian HIV.
2.
Untuk mengetahui tanda dan gejala orang yang
terinfeksi HIV.
3.
Untuk mengetahui penyebab orang dapat terinfeksi
HIV.
4.
Untuk mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menghindari terinfeksi HIV.
5.
Untuk mengetahui penanganan yang dapat dilakukan
untuk orang yang terkena infeksi HIV.
6.
Untuk mengetahui hubungan HIV dengan kehamilan,
melahirkan, dan menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan
tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit.
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik
orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara
perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)
mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem
tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1. Sistem ini diperbarui pada
bulan Septembertahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik
yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
1. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik
dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
2. Stadium II: termasuk manifestasi
membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang.
3. Stadium III: termasuk diare kronik
yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi
bakteri parah, dan tuberkulosis.
4. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis
otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi.
Semua penyakit ini adalah indicator AIDS.
B.
Tanda & Gejala
1. Tanda Orang Yang Terinfeksi HIV
Pada tahap awal infeksi HIV, gejala yang paling umum pun
tidak ada.
Karena gejala awalnya tidak ada, orang-orang yang berisiko tersebut kadang tidak tahu tubuhnya sudah dimasuki virus HIV. Dalam 1 atau 2 bulan virus HIV memasuki tubuh. Sebesar 40 hingga 90 persen dari orang mengalami gejala seperti flu dapat dikenal sebagai sindrom retroviral akut (ARS). Tetapi kadang-kadang gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun bahkan beberapa dekade setelah infeksi.
Karena gejala awalnya tidak ada, orang-orang yang berisiko tersebut kadang tidak tahu tubuhnya sudah dimasuki virus HIV. Dalam 1 atau 2 bulan virus HIV memasuki tubuh. Sebesar 40 hingga 90 persen dari orang mengalami gejala seperti flu dapat dikenal sebagai sindrom retroviral akut (ARS). Tetapi kadang-kadang gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun bahkan beberapa dekade setelah infeksi.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda bahwa mungkin seseorang
positif terkena HIV, antara lain:
a.
Demam: Demam merupakan gejala awal terkena virus HIV, suhu tubuhnya
mencapai 38 derajat celcius. Pada gejala ini merupakan tahap virus masuk
kedalam aliran darah dan bereplikasi dalam jumlah besar. sehingga terjadinya
reaksi inflasi yang ada didalam tubuh.
b.
Kelelahan: Kelelahan yang berlebihan adalah tanda efek dari sistem
kekebalan tubuh yang aktif.
c.
Otot pegal, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar
getah bening: Pada
tanda ini merupakan tanda yang biasa terjadi jika seorang terjangkit virus.
sedangkan pembengkakan kelenjar getah bening adalah tanda bahwa sitem kekebalan
tubuh sedang aktif
d.
Nyeri tenggorokan dan sakit kepala: Nyeri tenggorokan dan sakit kepala
merupakan tanda bahwa antibodi tidak melawan virus HIV/AIDS .
e.
Ruam-ruam kulit: Ruam-ruam pada kulit yang seperti
bisul-bisul kecil dan berwarna merah muda yang terasa gatal. Gejala ini memakan
waktu yang panjang dan tak kunjung sembuh. bila ini terjadi segera hubungi
dokter. .
f.
Diare, mual dan muntah kepanjangan: Pada gejala ini merupakan tanda
bahwa bakteri dan kuman dapat masuk ke tubuh kita dengan mudah karna sistem
imun kita sudah menurun.
g.
Turunnya berat badan: Jika berat badan anda menurun hingga
10% dan terjadi diare dan demam yang panjang biasanya dalam waktu 30
hari.
h.
Batuk kering: Batuk kering bila ini terjadi dalam waktu yang lama
kira-kira satu minggu dan tak kunjung sembuh atau berkurang setelah meminum
obat.
i.
Pnuemonia dan toksoplasmosis: Pnuemonia merupakan penyakit
infeksi paru-paru, ini disebabkan oleh jamur dan biasanya terdapat pada
seseorang yang sistem imunnya menurun, sedangkan Toksoplasmosis adalah sejenis
parasit yang menyerang otak, ini diakibatkan oleh sistem imun yang menurun.
j.
Berkeringat pada malam hari: Berkeringat pada malam hari
merupakan tanda dari 50% orang yang pernah menderita penyakit AIDS, ini bukan
karna suhu atau aktifitas berlebihan.
k.
Perubahan pada kuku: Kuku melengkung dan menebal serta
terjadi perubahan warna seperti kehitaman dan kebiru-biruan. Penyebab dari
tanda ini adalah terinfeksi jamur.
l.
Bingung dan sulit berkonsentrasi: Pada tahap ini merupakan tahap akhir
yang disebabkan karna fungsi motorik tidak mampu berkordinasi dengan baik
sehingga penderita tak mampu mengerakkan tangannya dan pada tahap ini tandanya
adalah mudah lupa, marah, dan tersinggung.
m.
Herpes dimulut dan alat kelamin: Gejala ini merupakan infeksi pada
stadium akhir.
n.
Menstruasi tidak teratur: Lama datang bulan, ini terjadi
karna jumlah darah yang semakin berkurang.
o.
Infeksi jaringan kulit rambut
2.
Gejala Orang
Yang Terinfeksi HIV
Gejala infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama
adalah serokonversi. Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala yang
muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.
a.
Tahap pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan
menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV tidak menyebabkan gejala apa pun selama
beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah
terinfeksi. Ini sering disebut sebagai serokonversi. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV
mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
1) Tenggorokan sakit
2) Demam
4) Pembengkakan noda limfa
5) Penurunan berat badan
6) Diare
7) Kelelahan
8) Nyeri persendian
9) Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan hingga satu bulan. Ini
adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi gejala
tersebut bisa disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak
semata-mata karena terinfeksi HIV.
Lakukan tes HIV jika Anda merasa berisiko terinfeksi atau
ketika muncul gejala yang disebutkan di atas. Tapi perlu diingat, tidak semua
orang mengalami gejala sama seperti yang disebutkan di atas. Jika merasa telah
melakukan sesuatu yang membuat Anda berisiko terinfeksi, kunjungi klinik atau
rumah sakit terdekat untuk menjalani tes HIV.
b.
Tahap kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak
menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini
adalah tahapan ketika infeksi HIV berlangsung tanpa munculnya gejala. Virus
yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini,
Anda akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak menyadari
sudah mengidap HIV, tapi kita bisa menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama
tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun atau bahkan bisa lebih.
c.
Tahap terakhir infeksi HIV
Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh
dalam melawan infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang
penyakit serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada infeksi
HIV tahap terakhir:
2) Demam yang berlangsung lebih dari 10
hari.
3) Merasa kelelahan hampir pada tiap
saat.
4) Berkeringat di malam hari.
5) Berat badan turun tanpa diketahui
penyebabnya.
6) Bintik-bintik ungu yang tidak hilang
pada kulit.
7) Sesak napas.
8) Diare yang parah dan berkelanjutan.
9) Infeksi jamur pada mulut,
tenggorokan atau vagina.
10) Mudah memar atau berdarah tanpa
sebab.
Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada
tahap ini. Misalnya kanker, TB, dan pneumonia. Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap
bisa dilakukan. Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
C. Penyebab
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian
jarum suntik untuk penggunaan narkotika.
Entah terjadi gejala atau tidak, seseorang yang terinfeksi
HIV bisa menularkan virus kepada orang lain. Orang yang positif mengidap HIV
lebih mudah menularkan virus beberapa minggu setelah mereka tertular.
Pengobatan terhadap HIV akan menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain.
HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak
menyebar melalui udara seperti virus batuk dan flu. HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi
cairan seperti air liur, keringat, atau urin tidak bisa menularkan virus ke
orang lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup
banyak.
Cairan yang bisa menularkan HIV kedalam tubuh orang lain
adalah:
1. Darah
2. Dinding anus
3. Air Susu Ibu
4. Sperma
5. Cairan vagina, termasuk darah
menstruasi
HIV tidak tertular dari ciuman, air
ludah, gigitan, bersin, berbagi perlengkapan mandi, handuk atau peralatan
makan, memakai toilet atau kolam renang yang sama, digigit binatang atau
serangga seperti nyamuk.
Cara yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran
darah adalah:
1. Melalui luka terbuka dikulit.
2. Melalui dinding tipis pada mulut dan
mata.
3. Melalui dinding tipis didalam anus
atau alat kelamin.
4. Melalui suntikan langsung ke
pembuluh darah dengan memakai jarum atau suntikan yang terinfeksi.
5. Berganti-ganti pasangan seksual,
atau berhubungan seksual dengan orang yang positif terinfeksi virus HIV
6. Menerima transfusi darah yang
tercemar HIV.
7. Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV
akan menularkannya kepada bayi dalam kandungannya.
8. Penularan HIV juga terjadi pada ASI.
D. Pencegahan
Mencegah
penyakit HIV/AIDS
relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobatinya. Mencegah penyakit
HIV/AIDS akan semakin penting artinya berhubung penyakit ini belum ditemukan
obatnya. Berikut ini beberapa cara
pencegahan penyakit HIV/AIDS:
1. Jika ingin melakukan hubungan seks,
ketahuilah kondisi kesehatan pasangan.
2. Setialah dengan suami atau istri
anda. Lakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidup anda (safe sex).
3. Menghindari seks bebas (free sex).
Jangan melakukan hubungan badan dengan pekerja seksual (PSK) atau
berganti-ganti pasangan.
4. Gunakan kondom secara benar dalam
berhubungan seksual, kecuali untuk pasangan-pasangan yang menginginkan bayi.
Kondom bisa menurunkan resiko infeksi tetapi tidak dapat mencegahnya secara
total. Kondom yang terbuat dari selaput (membrane) binatang terlalu tipis untuk
dapat melindungi.
5. Hindari penyalah-gunaan obat
terlarang, narkoba dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
6. Bila ingin akupunctur, tattoo,
atau tindik telinga pastikan bahwa alat-alat yang dipakai telah disterilkan.
7. Bila perlu operasi, sebaiknya minta
transfuse darah autologous, yaitu donor darah untuk nantinya dipakai
sendiri.
8. Membutuhkan transfusi darah, Lihat
dan mintalah kepastian darah tersebut bebas dari HIV.
9. Periksa tes imun untuk mengetahui
tingkat sistem imun.
10. Lakukan pengecekan pada sperma,
pasangan yang ingin mempunyai anak.
E.
Penanganan
Tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada
pengobatan yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa
membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola
hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk
mengendalikan virus HIV.
1. Obat-Obatan Darurat Awal HIV
Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam
rentan waktu 3×24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini
bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal
sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang
bertujuan mencegah daripada mengobati.
Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah
terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum
langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.
Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek
samping obat ini serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan
berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang sudah
dites positif HIV. Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.
2. Hasil Tes Positif HIV
Hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV.
Hasil tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter.
Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana
menghadapi situasi yang terjadi saat itu.
Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi
perkembangan virus sebelum memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah
virus mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan
dengan mengukur tingkat sel CD4 dalam darah. Sel CD4 adalah sel yang bertugas
untuk melawan infeksi.
Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 dibawah 350,
entah terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk
melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan
tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau menunda penyakit
yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi lebih
kecil.
3. Keterlibatan Penyakit Lain
Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan ketika
angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau
kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan
dengan angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain
seperti TB, penyakit ginjal, dan penyakit otak.
4. Obat-Obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan
untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap
satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi
antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV.
Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis
pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu
pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika
satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV
lainnya.
Jika menggabungkan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi
infeksi HIV, hal ini bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak
terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
5. Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV
khusus untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu
kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan
terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi
pengobatan sejak awal.
Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus
melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap
disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak
memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika
Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter sebagaimana
ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.
6.
Obat-Obatan Lainnya
Obat-obatan HIV/AIDS lainnya, yaitu:
a. NRTI (nucleoside atau nucleotide
reverse transcriptase inhibitor).
b. NNRTI (non-nicleoside reverse transcriptase inhibitor).
c. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor.
F. Hubungan
HIV Dengan Kehamilan, Melahirkan, & Menyusui
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang
menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan.
Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan
yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya
hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode, yaitu periode kehamilan,
persalinan, dan post partum.
1. Periode Kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus
oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari
infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial,
dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan,
membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang
menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama
kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan
dari ibu ke anak.
2. Periode Persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih
besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah
atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka
semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu
ke anak selama proses persalinan adalah:
a. Lama robeknya membran.
b. Chorioamnionitis akut (disebabkan
tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
c. Teknik invasif saat melahirkan yang
meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
d. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
3. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI.
Berdasarkan data penelitian De Cock (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui
bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-15% dibandingkan ibu yang
tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan
pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan
puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama
makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk.
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan
tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit.
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
C. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan untuk memahami hal-hal yang
berkaitan dengan HIV/AIDS, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya yang bermanfaat
untuk mencegah dan menanganinya secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-penularan-pencegahan-HIV-AIDS.html
http://info-kesehatan.net/penyebab-gejala-dan-cara-pencegahan-penyakit-hiv-aids/
http://www.kuminhat.com/2013/12/pengertian-gejala-dan-cara-pencegahan.html
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL FISIOLOGIS PADA
NY. “H” GIP0A0 UMUR KEHAMILAN 31 MINGGU DI
POLI KIA RSUD KABUPATEN MUNA
TANGGAL 28 OKTOBER 2015
(SOAP)
No. Register
: 024190
Tanggal Masuk : 28 Oktober 2015, Jam :
09.10 WITA
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2015, Jam : 09.40 WITA
IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny. “H” / Tn. “K”
Umur : 19 Thn / 21 Thn
Suku :
Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan ke- : I / I
Lama menikah : ± 1Thn
Alamat : Desa Lohia
DATA SUBJEKTIF (S)
1.
Ibu
mengatakan ini kehamilan pertama.
2.
Ibu mengatakan
HPHT 25-03-2015.
3.
Ibu mengatakan Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20
minggu, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
10 kali.
4.
Ibu mengatakan sering menggigil, nafsu makan berkurang dan demam.
5.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat
keturunan kembar.
6.
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda bahaya pada kehamilan,
dan keadaannya sekarang.
7.
Ibu mengatakan menerima kehamilan ini dengan rasa
bahagia.
8.
Ibu mengatakan suami dan
keluarga menerima kehamilan dengan bahagia
9.
Ibu selalu shalat lima waktu.
DATA OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum dan TTV
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmeritis
c. Tanda-tanda vital
–
Tekanan darah : 100/ 80 mmHg
–
Nadi :
72 x/menit
–
Pernafasan : 20 x/menit
–
Suhu :
36,50c
d. TB : 150
cm
e. BB : 50
kg
f. LILA :
26 cm
2.
Pemeriksaan
fisik (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
a. Kepala : Rambut hitam, tidak rontok, dan
tidak ada benjolan.
b. Wajah : Tidak oedema dan terdapat cloasma
gravidarum.
c. Mata :
Konjungtiva merah muda
dan sklera tidak icleus.
d. Mulut : Bibir tidak pecah-pecah, ada
sariawan, dan terdapat karies gigi.
e. Leher : Tidak
ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran pembuluh
limfe, dan tidak ada pelebaran vena jugularis.
f. Payudara :
Simetris kiri dan kanan, tampak hyperpigmentasi pada aerola mamae, putting susu
menonjol, dan belum ada pengeluaran colostrums.
g. Abdomen :
Pembesaran abdomen sesuai dengan umur kehamilan, tidak ada bekas
luka, tampak strie gravidarum, dan tiak ada nyeri tekan.
–
TFU : 24 cm
–
LP : 98 cm
–
Leopold I :
Teraba bokong
–
Leopold II : Teraba punggung kiri
–
Leopold III : Letak kepala
–
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
–
TBJ : 2352 gr
–
DJJ :
(+) / 132x/menit
h. Ekstremitas atas dan bawah : Kuku bersih dan pendek, tdan eodema, tidak
ad avarices, dan reflex patella (+).
i.
Genetalia luar :
Ada tanda chadwich dan tidak ada bekas luka.
j.
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan
kelenjar bartholini
dan tidak ada pengeluaran kelenjar bartholini.
k. Anus :
Tidak ada haemoroid.
3.
Pemeriksaan
panggul luar
a. Distensia
spinarum : 24 cm
b. Distensia
kristarum : 28 cm
c. Boudelogue : 18 cm
d. Lingkar panggul
: 85 cm
1. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan
darah :
+ HIV
b. Pemeriksaan HB :
11 gr%
ASSESSMENT (A)
GIPoA0 dengan umur kehamilan 31 minggu,
kehamilan intra uterin janin hidup, tungal, PUKA, presentasi kepala bagian bawah (PAP), dengan keadaan ibu kurang baik
karena ibu tertular virus HIV.
PLANNING (P)
Tanggal : 28 Oktober 2015, Jam : 10.00 WITA
1. Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan seperti
Hasil : Keadaan umum ibu dan janin baik.
a.
TD : 100/80mmHg
b.
N : 72 x / menit
c.
P : 20 x / menit
d.
Suhu : 36,5 ˚C
2. Melakukan informed consent dan
informed choice pada ibu.
Hasil : Ibu bersedia diperiksa oleh Bidan.
3. Meganjurkan ibu untuk tidak
melakukan pekerjaan berat.
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran Bidan.
4. Memberitahu ibu pendidikan kesehatan
tentang personal hygine, pola istirahat, dan pola nutrisi.
Hasil : Ibu
mengerti dan mau mengikuti anjuran Bidan.
5. Memberi ibu dukungan atau support
mental.
Hasil : Ibu merasa senang.
6. Memberitahu keluarga untuk tatap
memberi semangat pada ibu.
Hasil : Keluarga
pasien mengerti dan mau mengikuti anjuran Bidan.
7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda
bahaya pada kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, pengelihatan
kabur, bengka pada muka dan tangan, serta nyeri perut hebat.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan
Bidan.
8. Menganjurkan pada ibu untuk memakai
pakaian yang longgar dan berbahan katun agar ibu tetap merasa nyaman.
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran Bidan.
9. Menganjurkan ibu untuk merawat payudaranya
sejak usia kehamilan >37 minggu.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
dan mau mengikuti ajaran Bidan.
10. Mendiskusikan kepada ibu tentang
persiapan persalinannya terutama, biaya, tempat, pendamping saat persalinan
serta transportasi yang akan digunakan.
Hasil : Ibu segera mengerti dan bersedia
menghadapi persalinannya.
Tugas
makalah kelompok 3
Nama Dosen : Wa Ode Siti Asma, SST., M. Kes
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
Oleh:
1. AMELIA
2. MERLIN
3. PUJI LESTARI
4. RABIATUL ADDAWIYAH
5. UGUSTINA
6. WA ODE SUPRIATI
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya yang berjudul “HIV (Human Immunodeficiency Virus)”.
Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kesempurnaan hanyalah
milik Allah swt., kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha,
Oktober 2015
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………….………………. i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ……………………………………………………... 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………...... 2
C. Tujuan
…………………………………………………………….... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
HIV ……………..………….…….…………………..... 3
B. Tanda
& Gejala …………………………………………………….4
C. Penyebab
…………………………………………………………...8
D. Pencegahan
………………………………………………………..10
E. Penanganan
…………………………………………………….….11
F. Hubungan
HIV Dengan Kehamilan, Melahirkan, & Menyusui …..14
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………………………………………… 16
B. Saran
………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………….. 17
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar