BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah
pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala
manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian
manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam
kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan,
setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala
disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Hubungan
yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih jauh
diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang
mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat
didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu. (Soemardjan, Selo: 1964: 115). Kemudian Herkovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic. Karena kebudayaan berturun
temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun manusia yang menjadi
anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian.
Lebih
jauh dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh E. B. Tylor (1871) dalam
bukunya Primitive Culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup
kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku normative. Oleh karena itu, manusia yang mempelajari
kebudayaan dari masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa
juga merusaknya (destruktif).
B. Tujuan
Penulisan
1.
Mengerti dan memahami pengertian kebudayaan
2.
Mengerti dan memahami wujud kebudayaan
3.
Memhami dan menjelaskan isi utama kebudayaan
4.
Memahami dan menjelaskan sifat-sifat kebudayaan
5.
Memahami dan menjelaskan sistem kebudayaan
6.
Memahami dan menjelaskan pengaruh budaya terhadap lingkungan
7.
Memahami dan menjelaskan proses dan perkembangan kebudayaan
8.
Memahami dan menjelaskan hubungan manusia dengan kebudayaan
C. Metode
Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan
mencari literatur yang relevan dengan bahasan yang kami sajikan.
D.
Sistematika Penulisan
Untuk
membantu anda mencapai tujuan dari penulisan ini, sistematika makalah ini,
antara lain :
1.
Pengertian dan Wujud Kebudayaan
2.
Sistem, Unsur dan Substansi (isi) Kebudayaan
3.
Sifat-sifat Kebudayaan
4.
Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan, Pengaruh Budaya terhadap
Lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN DAN WUJUD KEBUDAYAAN
A.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari kata budaya sedangkan budaya adalah bentuk jamak dari kata
budi-daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal
dari bahasa snsekerta buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti
budi atau akal.dalam bahasa inggris kata budaya berasal dari kata culture,
dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata Cultuur, dalam bahasa latin,
berasal dari kata corela.
Berikut
pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:
1. E.B.
Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. R.
Linton, kebudayaan dapat dipandang sebai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil ntingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentukannya
didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3. Koentjaraningrat,
mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.
4. Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah
semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.
B.
Perwujudan Kebudayaan
Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan kedalam tiga wujud
yaitu:
1. Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-nilai norma-norma dan
peraturan
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan
penggolongan wujud budaya tersebut, maka kebudayaan dapat dikelompokan menjadi
dua:1. Budaya yang bersifat abstrak dan 2. Budaya yang bersifat kongkrit.
Sebagaimana
telah disebutkan koentjaraningrat wujud budaya kongkrit ini dengan sistem
sosial dan fisik, yang terdiri dari:
a.
Perilaku
Perilaku
adalah cara bertindak atau bertingkahlaku tertentu dalam situasi tertentu.
Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku
(patterns of behavior) masyarakat. Pola-pola perilaku adalah cara bertindak
seluruh anggota suatu masyarakat yang mempunyai norma-norma dan kebudayaan yang
sama.
Manusia
mempunyai aturan main tersendiri dalam hidupnya di masyarakat, karena itu
menurut Rapl Linton dalam mengatur hubungan antarmanusia diperlukan design for
living atau garis-garis petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya, misalnya:
1. Apa
yang baik dan buruk, benar dan salah, sesuai dan tidak sesuai dengan keinginan
(valuational element)
2.
Bagaimana orang harus berlaku (priscriptive element)
3. Perlu
tidaknya diadakan upacara ritual adat atau kepercayaan, (cognitive element).
b. Bahasa
Ralph
linton menyebutkan bahwa salah satu penyebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai tarafnya seperti sekarang ialah bahasa.
Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir dan alat berkomunikasi. Tanpa berfikir
dan berkomunikasi kebudayaan sulit ada. Sebagaimana diketahui sebuah pepatah
mengatakan: bahasa menunjukan bangsa, artinya bahasalah yang mempopulerkan
sebuah bangsa yang tentu saja termasuk didalamnya kebudayaan bangsa tersebut.
Melalui bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan,
serta dapat diwariskan pada generasi mendatang.
c. Materi
Budaya
materi merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam
masyarakat. Bentuk materi ini berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, alat
produksi, alat transportasi, alat komunikasi, dan sebagainya.
Klasifikasi
unsur budaya dari yang kecil hingga yang besar adalah sebagai berikut:
1. Items,
unsur yang paling kecil dalam budaya
2.
Traits, merupakan gabungan beberapa unsur terkecil
3.
Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan trait
4.
Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan
dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh
(cultural universal). Terjadinya unsur budaya tersebut dapat melalui discovery,
yaitu penemuan yang terjadi secara sengaja atau kebetulan, yang sebelumnya
tidak ada. Dan invention, yaitu penemuan atau usaha yang sengaja untuk
memperoleh hal-hal baru.
2.
SISTEM, UNSUR, DAN SUBSTANSI BUDAYA
A. SISTEM
BUDAYA
Kata
sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systeme yang berarti seperangkat
elemen-elemen (bagian-bagian) yang bekerjasama secara teratur. Konsep system
dapat ditujukan kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan
seterusnya. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu system, yaitu
sistem sosial budaya adalah unsur-unsur sosial budaya yang saling berkaitan
dengan yang lain escara teratur, sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi
bagi masyarakatnya.
System
budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri
dari pikiran-pikiran, gagasan konsep, serta keyakinan dengan demikian sitem
kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih
lazim disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sitem
norma dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta
menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
System
kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang beda.
Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokan kedalam 2 yaitu:
a)
Kebudayaan material
Kebudayaan
material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat
pengolahan alam, seperti gedung,pabrik, jalan ,rumah dan sebagainya.
b)
Kebudayaan non material
Merupakan
hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Non material antara lain adalah :
1. Cara
(usage)
Proses
interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola-pola tertentu yang disebut
cara (usage). Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang lemah
disbanding norma yang lain. Pelanggaran terhadap norma ini hanya disebut tidak
sopan, misalnya makan sambil berdiri, berdecak bersendawa dan sebagainya.
2.
Volkways (Norma kelaziman/kebiasaan)
Kebiasaan
adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama, merupakan cermin bahwa
orang tersebut menyukai perbuatannya. Contohnya bertutur sopan santun, member
slaam, menghormati orang tua. Pelanggaran terhadap keiasaan masyarakat. Sanksi
terhadap pelanggaran ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan dan
sebagainnya yang sifatnya sanksi masyarakat, yang mungkin dianggap ringan.
3. Mores
(Norma tata kelakuan/norma kesusilaan)
Mores
adalah aturan yang berlandaskan pada apa yang baik dan seharusnya menurut
ajaran agama, Filsafat atau nilai kebudayaan. Pelanggaran terhadap usage,
folkways hanya akan dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi pelanggaran
terhadapan mores akan disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah.
Sanksinya berat, dirajam atau diusir dari kampong halamnnya. Karena sanksinya
yang berat mores disebut norma berat.
Fungsi
norma tata kelakuan di masyarakat:
a.
Memberikan batas-batas pada kelakuan individu (berupa perintah dan larangan)
b.
Mengidentifikasi inividu dengan kelompoknya (memaksa individu untuk menyesuaikan
perilakunya dengan norma yang berlaku)
c.
Menjaga solidaritas antar anggota masyarakat( menjaga keutuhan dan kerjasama
antar anggota massyarakat)
4. Norma
adat istiadat (custom)
Tata
kelakuan yang kekal. Serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat dapat meningkat menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat
yang melanggar adat istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya
dikucilkan dari masyarakat. Misal, bercerai adalah suatu aib besar bagi
masyarakat Lampung. Dalam masyarakat sunda perempuan apabila tidak dilamar
dianggap aib, sebaliknya dalam masyarakat Minang perempuanlah yang melamar
laki-laki dan ssebagainya.
5. Norma
hokum (Laws)
Adalah
suatu norma yang lebih tepat disebut sebagai hokum yang tertulis, meskipun
tidak selalu demikian. Laws adalah suatu rangkaian aturan yang diyujukan kepada
anggta masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan
larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Atura
ini lazimnya tertulis yang dikodifikassikan dala bentuk berbagai macam kitab
undang-undang, atau tidak tertulis berupa keputusan-keputusan hokum pengadilan
adat. Karena sebagian besar norma hokum adalah tertulis maka sanksinya adalah
yang paling tegas bila dibandingkan dengan norma lain.
6. Mode
(fashion)
Mode atau
fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu yang sering
berubah-ubah serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas
dari mode yakni sifatnya missal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara
orang memotong dan menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya,
tetapi juga dalam hal mengejar sesuatu yang baru di bidang lain. Dari mode akan
lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif, misalnya tarian tradisional
jawa dielaborasi dengan kesenian melayu atau bali akan lahir tarian kontemporer
modern, tetapi dari mode juga akan melahirkan sesuatu yang dianggap aneh oleh
masyarakat misalnya rambut dengan gaya funky, dengan di cat berwarna-warni yang
mungkin nantinya akan dianggap biasa.
Dalam
system budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan
lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusian yang terwujud dalam unsure
kebudayaan sebaga satu kesatuan. Berikut akan dijelaskan tentang unsur-unsur
kebudayaan tersebut.
B.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Adanya
perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsure, baik yang besar maupun
yang kecil yang membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang
unsure-unsur yang membentuk satu kebudayaan.
1. Melville
J. Herskovits, unsur-unsur kebudayaan terdiri atas sebagai berikut:
a.
Alat-alat teknologi
b. System
ekonomi
c.
Keluarga
d.
Kekuasaan politik
2. Bronislaw
Malinowski menyebutkan unsur-unsur kebudayaan sebagai berikut
a. System
norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar menguasai
alam sekelilingnya.
b.
Organisasi ekonomi
c.
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-[etugas untuk pendidikan, perlu
diingat bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama
d.
Organisas kekuatan
3. C.
Kluckhohn berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang
bersifat universal (cultural universal) artinya ketujuh unsur ini dapat
ditemukan pada semua kebudayaan bangsa di dunia yaitu:
a. System
religi
b. System
pengetahuan
c. System
mata pencaharian hidup
d. Sistem
peralatan hidup atau teknologi
e.
Organisasi kemasyarakatan
f. Bahasa
g.
Kesenian
Tiap-tiap
unsure kebudayaan ini dapat diperinci menjadi unsure-unsur yang lebih kecil
hingga beerapa kali. Dengan metode Raplh Linton pemerinci dapat dilakukan
hingga empat kali. Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan setiap
unsure kebudayaan universal itu juga mempunyai tiga wujud Yaitu wujud system
budaya, wujud sistem sosial dan wujud kebudayaan fisik sehingga pemerincian
dari ketujuh unsure tersebut masing-masing harus juga dilakukan mngenai ketiga
wujud tersebut.
Wujud
system dari unsur kebudayaan universal berupa adat dan pada tahap pertamanya
adat dapat diperinci lagi menjadi beberapa kompleks budaya. Kompleks budaya
dapat diperinci lagi menjadi tema budaya. Akhirnya pada tahap ketiga tiap tema
budaya dapat diperinci dalam gagasan.
C.
SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA
Substansi
(isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang member jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa system pengetahuan,
nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1) Sistem
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam
sekitar
b. Alam
flora di daerah tempat tinggal
c. Alam
fauna di daerah tempat tinggal
d.
Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh
manusia
f.
Sifat-sifaat dan tingkah laku sesame manusia
g. Ruang
dan waktu.
Untuk
memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengelaman langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengelaman langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
b)
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di
sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti
kursus-kursus, penataran-penataran dan ceramah.
c)
Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simbolik.
2) Nilai
Nilai
adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oeh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu
dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(niulai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).
C.
Kluchon mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di
dunia adalah lima dsar yang bersivat universal, yaitu :
a)
Hakikat hidup manusia
b)
Hakikat rakyat manusia
c)
Hakikat waktu manusia
d)
Hakikat alam manusia
e)
Hakikat hubungan antar manusia.
3)
Pandangan Hidup
Pandangan
hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau
mengatasi masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pendangan
hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih
secara selektif oleh individu,kelompok, atau bangsa. Jika suatu bangsa tidak
mempunyai pandangan hidup maka bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh
bangsa lain, mudah goyah, kehilangan jati diri dan akhirnya sulit untuk menjadi
bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian visi dan misi yang ingin dicapai
dalam kehidupan, tidak mudah goyah dan mempunyai prinsip ingin mewujudkan pandangan
hidupnya.
Dengan
demikian, pandangan hidup adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh suatu bangsa, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa
itu untuk mewujudkannya.
4)
Kepercayaan
Kepercayaan
yang mengandung arti yang lebih luas dari pada agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Pada
dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap
mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi
ketidak mampuan manusia dalam dalam mengahdapai tantangan hidup, dan hanya yang
Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari
permasalahan hidup dan kehidupan.
Kepercayaan
terhadap “sesuatu” yang “maha” diluar diri manusia. Bermacam-macam tergantung
keyakinan manusia.
5)
Presepsi
Persepsi
atau sudut pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangakt kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam
kehidupan.
Persepsi
terdiri atas:
1. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan slah satu indera manusia,
2. Persepsi telepati, kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain,
3. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
1. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan slah satu indera manusia,
2. Persepsi telepati, kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain,
3. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
Dalam
keseharian kadangkala persepsi manusia yang satu berbeda dengan persepsi
manusia yang lain, hal ini desebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
pengalaman, pengetahuan dan lingkungan, serta proses dalam diri manusia.
Proses
timbulnya persepsi dalam diri seseorang melalui tahapan-tahapan yang dialami
oleh manusia: pancaindera serta alat penerima yang lain, menrima getaran eter
(cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan
mekanikal(berat-ringan), tekana termikal (panan-dingin), dan sebagainya.
Rangsangan tersebut masuk kedalam sel-sel tertentu dibagian otaknya. Ditempat
itu, berbagai macam proses fisik, fisologo dan psikologi terjadi. Berbagai
macam getaran dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang duipancarkan
dan diproyeksikan menjadi suatu gambaran tentang lingkungan individu yang
melahirkan persepsi.
6) Etos
Kebudayaan
Etos atau
jiwa kebudayaan (dalam Antropolog) berasal dari bahasa inggris berarti watak
khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran
warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat
dari luar oleh orang asing.
Masing-masing
suku mempunyai etos kebudayaannya masing-masing yang mungkin saja berbeda
sangat mencolok, apa yang baik menurut suku tertentu belum tentu baik menurut
suku yang lain, oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan untuk memahami
kebudayaan lain.
3. SIFAT
BUDAYA DAN KECENDERUNGANNYA
A.
SIFAT-SIFAT BUDAYA
Kendati
kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia
yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan
memiliki ciri dan sifat yang sma. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu memilki
ciri-ciri yang sama bagi setiap kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras,
lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku bagi setiap
budaya dimanapun juga.
Sifat
hakiki dari kebudayaan tersebut, antara lain:
1. Budaya
terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya
telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usua generasi yang bersangkutan.
3. Budaya
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dlam tingkah laku.
4. Budaya
mencakup peraturan-peraturan yang berisi kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan, yang diterima atau ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang,
dan tindakan-tindakan yang diijinkan.
Sifat
hakiki tersebut menjadi ciri setiap budaya. Akan tetapi, apabila seseorang atau
sekelompok orang yang memahami sifat hakiki yang esensial, terlebih dahulu ia
harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada didalamnya.
B. BUDAYA
DIMILIKI BERSAMA OLEH SUATU KELOMPOK
Sebagaimana
telah dijelaskan, masyarakat sebagai wadah dan dan budaya sebagai isi merupakan
kesatuan yang dapat dipisahkan dan merupak dua komponen yang bersatu. Setiap
masyarakat memilki budaya dan setiaop budaya pasti ada masyarakat yang
memilikinya. Masing-masing masyarakat seringkali memiliki budaya yang bersifat
khas, yaitu hanya dimilki masyarakat tersebut.
Ciri khas
perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan latar belakang masyarakat yang
bersangkutan. Faktor-faktor penyebab perbedaan itu antara lain:
1. Faktor
Alam
Faktor
alam atau lingkungan geografis ialah faktor letak tata bumi, iklim, dan faktor
alam lainya. Faktor alam ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan
budaya. Misalnya musik angklung, suling, dan calung pertama kali berasl dari
Jawa barat karena alam Jawa Barat menyediakan banyak bambu.
2. Faktor
Kebiasaan
Kebiasaan
yang ada disuatu masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, kadangkala apa
yang boleh dalam masyarakat tertentu dilarang oleh masyarakat lain. Misalnya di
Jepang mengeluarkan bunyi desis dari mulut dianggap sebagai tanda penghargaan
terrhadap orang yang memunyai derajat sosial yang lebih tinggi, sebaliknya di
Inggris mengeluarkan bunyi desis dari mulut dianggap penghinaan.
3. Faktor
Kedaerahan
Faktor
kedaerahan melahirkan budaya- budaya khusus (sub kultur) pada masyarakat yang
tinggal didaerah berlainan satu sama lain. Misalnya kebiasaan yang berlaku pada
masyrakat sunda akan berbeda dengan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat
Minahasa, Padang, dan sebagainya.
4.
Pelapisan sosial
Pelapisan
sosial atau strata sosial dapat mempengaruhi perbrdaan kebudayaan golongan
masyarakat, misalnya dulu golongan ningrat akan berneda tutur kata, berpakaian
dengan golongan rakyat biasa masa sekarang juga antara kelas menengah keatas
akan berbeda cara bersikap, bergaul, berpakaian dengan orang kebanyakan.
C.
KECENDERUNGAN BERTAHAN DAN BERUBAHNYA KEBUDAYAAN
Kebudayaan
akan terus hidup manakala masyarakat mau mempertahankannya, sebaliknaya
kebudayaan akan musnah jika masyarakat tidak lagi menggunakannya.
Dalam
mempelajari kebudayaaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsur- unsur
yang mempengaruhi budaya itu cenderung bertahan atau berubah dan situasi serta
kondisi yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan.
Unsur-
unsur penyebab kecenderungan bertahannya suatu budaya antara lain:
1. Unsur
Idiologi
Idiologi
merupakan kumpulan, gagasan, serta tatanan yang baik dalam kehidupan masyarakat
dan bernegara. Idiologi adalah jiwa dan kepribadian bangsa yang menyebabkan
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain. Idiologi digunakan sebagai pedoman
hidup suatu bagsa. Dengan demikian, unsur idiologi ini kecenderungan tetap
bertahan karena sudah diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat atau bangsa.
2. Unsur
Kepercayaan / Religi
Semua
aktivitas manusioa yang berhubungan dengan kepercayaan / religi didasarkan pada
suatu keyakinan akan suatu kebenaran (keimanan). Oleh karena itu unsur
kepercayaan atau religi ini cenderung tetap bertahan karean menyangkut
keyakinan, krpatuhan, atau keimanan yang diyakini.
3. Unsur
Seni
Seni
adalah sesuatu yang bersifat indah, seni melahirkan cinta kasih, kasih sayang,
kemesraan, pemujaan, baik terhadap Tuhan, maupun terhadap sesama manusia.
Pengungkapan
rasa seni dapat melalui musik, tari, lukis, sastra, dan sebagainya, sebagai
hasil cipta, karsa, manusia yang cenderungbertahan dari masa ke masa.
4. Unsur
Bahasa
Bahasa
merupakan alat komunikasi, penghubung suatu maksud antar manusia, dari bahasa
kita dapat mengungkapkan apa yang kita inginkan.
Bahasa
kecenderungan tetap berubah dari masa ke masa, meskipun kosakatanya semakin
berkembang, tanpa bahasa manusia tidak dapat berhubungan satu sama lain.
Sedangkan,
unsur- unsur kecenderungan perubahan budaya dikarenakan antara lain :
1. Unsur
Mata pencaharian
Mata
pencaharian dengan system tradisional cenderung berubah menjadi suatu system
yang lebih maju. Perubahan mencakup system produksi, distribusi, konsumsi.
Perubahan tersebut disebabkan:
a. Rasa
tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada
b. Sadar
akan adanya kekurangan- kekurangan
c. Usaha-
usaha menyesuaikan diri dengan perubahan zaman
d.
Meningkatkan kebutuhan
e. Adanya
keinginan untuk meningkatkan taraf hidup
f. Sikap
terbuka terhadap hal- hal baru (inovatif)
Dengan
demikian, system matapencaharian hidup cenderung berubah dari masa ke masa,
seiring dengan perubahan jaman, perkembangan ilmu dan teknologi, serta pola
hidup.
2. Unsur
sistem teknologi
Manusia
tidak dapat menutup diri dari kemajuan teknologi karena teknologi sendiri
bernaksud memudahkan manusia. Kemajuan teknologi berkembang seiring dengan
meningkatnya pengetahuan manusia.
Perkembangan
teknologi dapat dilihat dari periodisasi zaman, yaitu zaman batu, zaman perunggu,
zaman besi, dan kini disebut zaman modern. Dengan demikina teknologi
kecenderungan berubah seiring perkembangan akal dan pengetahuan manusia.
3. Unsur
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan manusia mengalami perubahan menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segi kehidupan. Oleh
karena itu, ilmu pengetahuan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan
tingkat keingintahuan manusia. Misalnya ilmu pengertahuan dulu menyebutkan
Plato adalah sebuah planet, namun kini terbukti bahwa Plato bukanlah sebuah
planet.
D. BUDAYA
DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP MANUSIA
Budaya
berfungsi membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia
terdiri atas kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis.
Manusia mempunyai berbagai kebutuhan aga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Selain itu, kebutuhan manusia muncul sebagai upaya manusia untuk
memanfaatkan lingkungan.
Kebutuhan
manusia akan berbeda sesuai dengan tempat, waktu, situasi, dan kondisi.
Kebutuhan di desa akan berbeda dengan kebutuhan di kota, kebutuhan pada waktu
musim hujan akan berbeda dengan kebutuhan pada waktu musim kemarau, dan
sebagainya.
1.
Kebutuhan Biologis
Kebutuhan
biologis mutlak harus dipenuhi manusia, artinya jika kebutuhan biologis ini
tidak terpenuhi maka organ tubuh manusia akan terganggu, bahkan bisa meninggal
dunia.
Kebutuhan
biologis mencakup:
a. Makan
dan minum
b.
Istirahat
c. Buang
air besar dan kecil
d.
Perlindungan dari iklim dan cuaca
e.
Pelepasan dorongan seksual
f.
Kesehatan yang baik
Dalam
upaya memenuhi kebutuhan biologis, manusia yang satu harus memperhatikan
kepentingan manusia yang lain.
2.
Kebutuhan sosial
Untuk
memudahkan tercapainya kebutuhan biologis, manusia memerlukan kebutuhan social.
Kebutuhan sosial antara lain:
a.
Kegiatan bersama
Dalam
kehidupan di masyarakat, manusia tidak bisa hidup sendiri, karena pasti
membutuhkan manusia yang lain. Oleh sebab itu, manusia menciptakan kegiatan
bersama untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sejak dulu manusia tidak bisa hidup sendiri, karenanya manusia
disebut makhluk sosial.
b.
Berkomunikasi dengan sesama
komunikasi
antar manusia dapat dilakukan baik dengan lisan, tulisan, maupun isyarat. Tanpa
kemampuan komunikasi dengan sesama, manusia akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, proses berkomunikasi telah
dilakukan pada anak-anak sejak usia balita demi pertumbuhan fisik dan
mentalnya.
c.
Keteraturan sosial dan kontrol sosial
Keteraturan
sosial dan kontrol sosial sangat dibutuhkan manusia sebagai warga masyarakat.
Keteraturan sosial akan menciptakan suatu masyarakat yang tertib, aman, dan
tenteram. Keteraturan ini akan tercapai apabila semua anggota masyarakat bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada. Untuk
menjaga keteraturan sosial diupayakan adanya kontrol sosial. Kontrol sosial
dapat dilakukan antarmanusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
d.
Pendidikan
Agar
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terlaksana, pedidikan sangat dibutuhkan.
Pendidikan dapat membuka mata dan hati serta wawasan menuju kearah kehidupan
yang lebih baik.
3.
Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan
psikologis meliputi hal-hal berikut:
a. Rileks
atau santai
Rileks
atau santai pengendoran ketegangan, merupakan kebutuhan psikologis untuk
menghilangkan kejenuhan dan berfungsi sebagai penyegar (refreshing) kehidupan
manusia.
Manusia
dalam melakukan aktivitasnya sering mengalami kelelahan dan kejenuhan, oleh
karena itu manusia perlu bersantai agar semangatnya timbul kembali, misalnya
menikmati pemandangan alam, menikmati music, dan sebagainya.
b. Kasih
sayang
Kasih
sayang, cinta dan kemesraan selalu dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia ingin disayangi dan ingin menyayangi. Wujud kasih sayang ini dapat
melahirkan kreativitas manusia, manusia punya semangat hidup karena cinta dan
kasih sayang. Karena itu kasih sayang, cinta dan kemestaan adalah kebutuhan
psikologis manusia.
c.
Kepuasan altruistik
Kepuasan
altruistik adalah suatu kepuasan manusia untuk berbuat baik atau berbakti
kepada orang lain, kepada suatu ide,atau suatu cita-cita.
d.
Kehormatan
Ukuran
kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan, namun demikian dari
kekayaan dan kekuasaan kadangkala melahirkan kehormatan. Kehormatan biasanya
lahir dari kewibawaan, kebajikan kearifan seseorang, karena itu orang yang
paling dihormati atau di segani biasanya mendapat tempat pada lapisan atas
sehingga mereka sering menjadi pemimpin atau pemangku adat.
e.
Kepuasan Ego
Kepuasan
ego terwujud jika seseorang merasa puas setelah berhasil mencapai cita-cita,
keinginan, dan sebagainya.
E. BUDAYA
DIPEROLEH MELALUI PROSES BELAJAR
Sebagaimana
telah dibahas, bahwa kebudayaan diperoleh melalui proses belajar dari
masyarakat dan lingkungannya. Tata kelakuan yang didasari kebudayaan dipelajari
oleh anggota masyarakat yang lain secara turun temurun. Namun demikian, tidak
semua tingkah laku yang dipelajari adalah kebudayaan. Binatang juga dapat
belajar, tetapi tingkah laku yang dipelajarinya bukanlah kebudayaan. Binatang
dapat mengikuti perintah majikannya, namun tidak dapat membuat dan
mengembangkan kebudayaan. Perbedaan tingkah laku binatang yang dipelajari dan
tingkah laku budaya manusia sangat penting, tidak saja untuk memahami asal-usul
kebudayaan, melainkan juga untuk mengenal sifat-sifat hakikat kebudayaan.
Proses
belajar kebudayaan oleh manusia sebagai anggota masyarakat dapat melalui:
1. Proses
Internalisasi
Manusia
mempunyai potensi, bakat dan kecenderungan secara genetis untuk mengembangkan
berbagai perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya.
Kecenderungan dan potensi pengembangan kepribadiannya itu sangat dipengaruhi
oleh lingkungan alam,
lingkungan
sosial dan lingkungan budaya. Setiap hari manusia belajar merasakan
kegembiraan, kesedihan dan lain-lain.
Dengan
demikian, proses internalisasi ialah proses pengembangan potensi yang di miliki
manusia, yang di pengaruhi baik lingkungan internal dari dalam diri manusia itu
maupun eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri manusia.
2. Proses
Sosialisasi
Dalam
proses sosialisasi seorang individu dari masa kanak-kanak sampai masa tua
selalu belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu
sekitarnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial. Syarat terjadinya
proses sosialisasi adalah :
a.
Individu harus di beri keterampilan yang di butuhkan bagi hidupnya kelak di
masyarakat.
b.
Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
c.
Pengendalian fungsi-fungsi organik harus di pelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
d.
Indivdu harus di biasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada
masyarakat.
3. Proses
Enkulturasi
Dalam proses
ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat istiadat, system norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Sejak kecil proses enkulturasi sudah di mulai dalam akal pikiran
manusia mula-mula dari lingkungan keluarganya, kemudian teman bermain,
lingkungan masyarakat dengan meniru pola perilaku yang berlangsung dalam suatu
kebudayaan. Oleh karena itu, proses ini di sebut juga dengan pembudayaan atau
dalam bahasa inggris institutionaliozation.
4.
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A.
MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN
Manusia
di lahirkan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, karena manusia di
berikan akal, sehingga dengan akalnya manusia dapat memenuhi segala macam
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak pernah terhenti, hal ini
menuntut manusia untuk terus berfikir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan memenuhi kebutuhan hidup inilah akhirnya melahirkan berbagai cipta dan
karya manusia, atau apa yang kita kenal kebudayaan. Jadi pada dasarnya manusia
menciptakan kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena itu
manusia di sebut sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan, bahkan di sadari
atau tidak kadangkala manusia merusak kebudayaan yang telah di ciptakannya itu.
Hasil
cipta dan karya manusia antara lain melahirkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama membantu mempermudah manusia serta dalam melindungi manusia
terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu
hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah
untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3.
Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
4.
Pembeda manusia dan binatang.
5.
Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di
dalam pergaulan.
6.
Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7.
Sebagai modal dasar pembangunan.
Dengan
demikian, manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada
kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi
manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan
mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat untuk menaklukan
berbagai macam kekuatan yang harus di hadapi manusia dan masyarakat seperti
kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan
kepuasan baik secara spiritual maupun materil.
Kebudayaan
masyarakat tersebut sebagian besar di penuhi oleh kebudayaan yang bersumber
pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan
kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya.
Dalam
kaitannya untuk memenuhi segala macam kebutuhan dan tindakan untuk melindungi
diri dari lingkungan alam pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan
semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya, namun
dengan akal pikirannya manusia terus berusaha. Sehingga semakin hari pemikiran
manusia semakin berkembang dan masyarakat semakin kompleks, kemudian lahirlah
taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang
memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai
alam.
B.
PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Budaya
yang di kembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakat yang tampak dari luar, artin6ya orang asing dapat melihat kekhasan
budaya suatu daerah/kelompok. Dengan menganalisa pengaruh dan akibat budaya dan
lingkungan, seseorang dapat mengetahui suatu lingkungan berbeda dengan
lingkungan yang lainya dan tentu menghasilkan kebudayaan yang berbeda.
Beberapa
Variavel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
a)
Physical Environtment, menunjuk kepada lingkungan natural
b)
Cultural Social Environment, Meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosialisasi
c)
Environmental Orientation and Representation, Mengacu kepada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda pada setiap masyarakat mengenai
lingkungannya.
d)
Enviromental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial
e) Out
Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas,dan sebagainya.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai, dan
aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan
masyarakat lainya.
C. PROSES
DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Perkembangan
kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memilki
eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang
mampu mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.
Kebudayaan
yang dimiliki suatu kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adaya kontak-kontak antar kelompok
atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu
kebudayaan tertentu apabila kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau
memenuhi tuntutan yang dihadapinya. Pengadopsian tersebut diprngaruhi oleh
faktor-faktor fisikal, seperti iklim, topografi sumber daya alam dan
sejenisnya.
Perkembangan
zaman juga mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang termasuk
dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut semua kelompok sosial
akan bergeser baik itu secara lambat maupun cepat yang akanm menimbulkan antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki
perubahan.
Hal yang
terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan
oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan
sangat bertolak belakang dengan perilaku yang dianut didalam kelompok
sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat,
yang menjadi suatu “cambuk” bagi komunitas yang enganut kebudayaan tersebut.
Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang
tidak sesuai.
D.
PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
1.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan siatem kepercayaan.
Misalnya,
keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun
temurundiyakini sebagai pembari berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan
kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka
umumnya miskin.
2.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang,
hambatan ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan.
Contohnya program Keluarga Berencana atau KB semula di tolak masyarakat, mereka
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3.
Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya
untuk menstransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan
hidup mereka di tempat yang lama.
4.
Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat
daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luas, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima
program-program pembangunan.
5. Sikap
tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini
sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap
hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun temurun.
6. Sikap
Etnosentrisme
Sikap
etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya
kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan.
7.
Perkembangan IPTEK sebagai hasil kebudayaan, sering kali disalah gunakan oleh
manusia, sebagi contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan
tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu
kesehatan manusia.
8.
Cultural Shock atau gagap budaya, apabila manusia tidak bias menyesuaikan atau
beradaptasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan kecanggungan.
E.
TRIANGULASI: INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
Sebagian
bagian akhir dari modul ini, akan disajikan dengan triangulasi: Individu,
masyarakat, dan kebudayaan. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa sebagai
makhluk hidup manusia merupakan kesatuan biologis yang perlu hidup berkawan.
Perkawanan tersebut tidak lain adalah untuk menciptakan kebudayaan yang
menghasilkan alat-alat material juga immaterial yang diperlukan dalam
kehidupannya. Kebudayaan tersebut pada hakekatnya merupakan alat-alat yang
digunakan oleh manusia untuk keberadaan dan kelangsungan hidupnya atau memenuhi
kebutuhan hidupnya. Betapa pentingnya kebudayaan bagi kehidupan manusia
dikemukakan oleh dua antropolog, yaitu Melville J. Horkovite dan B. Malinowski
(Soekanto, 1981:56) yang mengemukakan pengertian cultural determination yang
berarti bahwa segala sesuatu yang terdapatdimasyarakat ditentukan adanya
kebudayaan yang dimilki oleh masyarakat tersebut.
Dari
uraian tersebut, terlihat bahwa terdapat hubungan timbal balik antara individu,
masyarakat, dan kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan
manusia. Keterkaitan itu disebabkan apabila kita berbicara masalah manusia
dengan kebudayaannya, demikian pula jika kita berbicara masalah kebudayaan
persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat dan anggotanya, yaitu manusia
yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara kelompok masyarakat yang satu
dengan masyarakat lain. Secara sederhana hubungan tersebut dalam digambarkan
dalam segitiga sebagai berikut (Syarif Hamid, 1995:96):
Ketiga
sisi segitiga itu sama pentingnya namun masing-masing mempunyai sifat
sendiri-sendiri dan mempunyai peranan khusus yang memberikan bentuk kepada
masing-masing unsur tersebut. Jika diteliti lebih mendalam, yang memegang
peranan penting dalam ketiga unsur tersebut adalah manusianya. Sebagaimana
dikemukakan Ciinton (dalam Syafri Hamid, 1995:96) bahwa:
“.....the
individual is a living organism capable of independent thought feeling and
action, but with his independence limited all his responses profoundly modified
by contact with the society and culture in which he develops”.
Manusia
sebagai suatu organ hidup mempunyai kemampuan dan tidak tergantung kepada orang
lain dalam pemikkran, perasaan dan tindakannya akan tetapi kemampuan dan
ketidaktergantungannya itu sesungguhnya juga terbatas oleh kerena semua
kemampuannya itu dimodifikasikan melalui hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan dan di dalam hubungan itu individu bartambah maju.
Hubungan
yang menunjukan keeratan antara individu, masyarakat dan kebudayaan, adalah
masyarakat adalah sekumpulan individu, dimana tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah pendukungnya. Pemisahan ketiga pengertian hanyalah secara
teoritis dan untuk kepentingan analisis, sebab dalam kenyataannya sukar untuk
dipisah-pisahkan. Dalam kaitan ini Selo Soemardjan sebagaimana dikutip Soerjono
Soekanto (1990:123) menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang-orang
yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan. Kerangka pemikiran Triangulasi
menunjukan keeratan hubungan antara individu, masyarakat dan kebudayaan yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kessing,
Roger, M., 1992, Antropologi Budaya suatu persepektif Kontemporer, jilid 2,
terj: Samuel Gunawan, Jakarta: Erlangga
Koentrajaningrat
(Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar