“ MAKALAH MIKROBILOGI”
“ PERANAN STERILISASI DALAM
BIDANG KEBIDANAN”
OLEH
AMELIA
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA
RAHA
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2014/2015
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
TUJUAN
C.
RUMUSAN MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN STERILISASI
B.
JENIS ALAT UYANG DAPAT DISTERILKAN
C.
PELAKSANAAN STERILISASI ALAT KESEHATAN
D.
METODE STERILISASI
E.
PERAN BIDAN DALAM STERILISASI
BAB 3 PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah cara untuk
mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses yang dilakukan baik
secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk kehidupan
terutama mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi baik dalam pengerjaan
penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama berhasil atau
tidaknya pekerjaan kita dilaboratorium.
Pengetahuan tentang prinsip dasar
sterilisasi dan desinfeksi sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan di
bidang medis yang bertanggung jawab. Cara sterilisasi dan desinfeksi yang baru
banyak diperkenalkan, namun masih tetap digunakan cara-cara dan beberapa bahan
seperti digunakan berabad lalu.
Berdasar dari hal tersebut diatas,
maka diadakanlah praktikum “Sterilisasi” ini guna memberikan pemahaman kepada
kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi serta menambah
pengetahuan dan keterampilan kita tentang teknik atau tata cara sterilisasi
dalam mikrobiologi.
B.
Tujuan
Tujuan
diadakannya makalah ini adalah untuk mengetahui aplikasi sterilisasi alat
kesehatan.
C.
Rumusan
masalah
1. Apa
pengertian sterilisasi ?
2. Apa
saja jenis alt kesehatan yang dapat disterilkan ?
3. Bagaimana
pelaksanaan sterilisasi alat kesehatan ?
4. Apa
saja metode sterilisasi ?
5. Bagaimana
peran bidan dalam sterilisasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan
untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen beserta sporanya pada peralatan
kesehatan dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan
kimia, sterilisasi alat kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi ketika peralatan tersebut digunakan.
B. Jenis Peralatan yang Dapat
Disterilkan
1. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain.
2. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan
lain-lain.
3. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan
lain-lain.
5. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan
lain-lain.
6. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan
lain-lain.
7. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-lain
8. Peralatan
kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, dock operasi,
baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain
C. Pelaksanaan Sterilisasi Alat Kesehatan
1.
Teknik sterilisasi alat
kesehatan dengan cara rebus
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan cara merebus didalam air sampai
mendidih ( 100ᵒC ) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya Peralatan
kesehatan dari logam, kaca dan karet.
2.
Teknik sterilisasi alat
kesehatan dengan cara stoom
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan uap panas didalam autoclave
dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan
lain-lain.
3.
Teknik sterilisasi alat
kesehatan dengan cara panas kering
Mensterikan Peralatan kesehatan dengan oven dengan uap panas tinggi.
Misalnya Peralatan kesehatan logam yang tajam, Peralatan kesehatan dari kaca
dan obat tertentu.
4.
Teknik sterilisasi alat
kesehatan dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan
Peralatan kesehatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,
uap formalin, khususnya untuk Peralatan kesehatan yang cepat rusak bila kene
panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Perhatian !!!
Sterilisator harus dalam
keadaan siap pakai.
Peralatan harus bersih dan
masigh berfungsi.
Peralat yang dibungkus
harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan,
tanggal dan jam disterilkan.
Menyusun peralatan didalam
sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan.
Waktu yang diperlukan untuk
mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan
disterilkan).
Dilarang memasukkan atau
menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk
mensterilkan selesai.
Memindahkan peralatan yang
sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
Untuk mendinginkan
peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
Bila peralatan yang baru
disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
D. Metode
Sterilisasi
Ada dua
cara dalam metode sterilisasi yang dikelompokkan menjadi:
Metode
fisik, yang meliputi:
- Metode sterilisasi panas (kering, basah) contohnya: Oven, Incenerator, Dibakar, Direbus, Pasteurisasi, Autoclave steam.
- Metode sterilisasi radiasi. Contohnya: Ultra Violet (UV), Sinar Gama.
- Metode sterilisasi filtrasi
Metode
kimia, antara lain:
- Metoda sterilisasi dingin (perendaman). Contohnya: Filter (HEPA).
- Metoda sterilisasi gas.
Ø Sterilisasi
Secara Fisik, terdiri dari:
1. Metode Pemanasan basah
Pemanasan
basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air.
Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang
mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C
selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Selain itu, autoklaf juga dapat diterapkan
pada suhu 134oC selama 3 menit, 126oC selama 10 menit,
dan 115oC selama 25 menit. Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad
renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan
denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).
2.Metode pemanasan secara kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan
kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama
untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada
panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi
sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan
kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang
disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering
lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering
sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana
menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan
sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
3.Metode Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan
bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan
Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara
memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari
untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan
sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga
mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
4.Metode incineration (pembakaran
langsung).
Alat-alat platina, khrome
yang akan disteril dapat dilakukan melalui pembakaran secara langsung pada nyala lampu bunzen
hingga mencapai inerah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini
alat-alat tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keurtungannya: mikroorganisme
akan hancur semuanya.
5.Metode Perebusan
Perebusan adalah pemanasan
didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa
menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum
dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Beberapa
bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium
perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus
selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)
6.Metode penyaringan
(filtration)
Penyaringan adalah proses
sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan
digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim
(Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi
dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan
dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang
lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah
yang steril (Hadioetomo,1985). Namun demikian, virus tidak dapat terpisah
dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, setelah penyaringan, medium
masih perlu dipanasi dalam autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dan dengan
suhu 121oC.
7.Metode Radiasi
ionisasi
Radiasi ionisasi adalah
radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi dari pada sinar
ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah
satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10
(Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat
hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
8.Metode Radiasi sinar ultra violet
Sinar ultra violet dengan
panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat.
Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan
pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan
berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).
Ø Metode
kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992),
bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat
disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang sering
digunakan antara lain :
1. Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol
yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi
atau lebih rendah kurang efektif.
2. Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang
akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi
enzim.
3. Yodium, daya kerjanya adalah
bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein
mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada
sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4. Formaldehida 8 % merupakan
konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme.
Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. Bahan ini
bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%.
Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam
bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
5. Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih
cepat daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh
bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus yang
mengandung lipid maupun yang tidak.
6. Gas etilen oksida, gas ini
digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
7. Natrium diklorososianurat,
bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau
cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian
dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8. Kloramina, bahan ini
berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan ini dapat
digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada
konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor.
9. Klor dioksida, bahan ini
adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif ini didapat
dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10. Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan
virus lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa
Triklosan dan Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik.
11. Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan
juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
12. Hidrogen peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan
germisida efektif yang berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi
manusia dan lingkunagn daripada klor.
E. Peran Bidan dalam
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati ataupun
instrument yang digunakan dengan cara uap air tekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilan kimia atau radiasi. Sterilisasi ini dilakukan bukan hanya
bertujuan untuk menjaga keselamatan pasien tetapi juga untuk menjaga
keselamatan diri sendiri sebagai petugas kesehatan. Apalagi bagi seorang bidan,
tentu saja alat-alat yang digunakan harus selalu terhindar dari mikroorganisme
yang mengancam keselamatan jiwa dan nyawa sang pasien.
BAB
III
PENUTUP
A.Penutup
B.kasimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar