Tugas makalah kelompok 3
Nama Dosen : Fikmawati Refu,SST
ASIH
Oleh:
1. WA ODE SITI NURNIATI
2. ISMI HAERUN
3. NURNELA
4. TASLIYAH AKSHAN
5. ANTONIA
6. NOVI INDARWATI
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “ASIH”.
Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul…………………………………………………………… i
Kata
Pengantar………………………………………………………….. ii
Daftar
Isi……………………………………………………………… iii
BAB
I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah…………………………………..
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………..
BAB
II : PEMBAHASAN
BAB III :PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Setiap orang tua tentu berkeinginan
agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang
ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak (
asah, asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang
mencakup imtaq, perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan,
pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan (
asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini,
bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Untuk itulah dalam perkuliahan
ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada
pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver
Development Stress Test.
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak
bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor
eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia
tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan
pada anak.Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus
berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi
kegemaran si anak.Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai
pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup
pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat
adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau
tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak
gizi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari Asih ?
2.
Bagaimana Ikatan Kasih Sayang pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Apras ?
3.
Bagaimana Sibling Rivarly pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Apras ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Asih.
2. Untuk
mengetahui Ikatan Kasih Sayang pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Apras.
3. Untuk
mengetahui Sibling Rivarly pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Apras.
BAB II
PEMBAHASAN
Asih (kebutuhan emosional) adalah kasih sayang
dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik maupun mental.
1. Ikatan
Kasih Sayang
a. Pada Neonatus
Cara untuk
melakukan Bounding Attachment pada
neonates:
1)
Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya
pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan
mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2) Rawat gabung
Rawat gabung merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses
lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya,
karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI
ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi
ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung
akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
3) Kontak
mata
Beberapa ibu berkata
begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan.Bayi baru
lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.Kontak
mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan
manusia pada umumnya.
4) Suara
Mendengar dan
merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat
penting.
orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat
mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.Tangis tersebut membuat mereka
melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara
tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu
dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama
bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang
karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup).
5)
Aroma
/ Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki
aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu
ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan
masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi
pada waktu tertentu.
6) Gaya bahasa
Bayi mengembangkan
irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki.
7) Bioritme
Salah satu tugas bayi
baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan
waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat
dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut
jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi
untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk
belajar.
8) Inisiasi
Dini
Setelah bayi lahir,
dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting
susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan
segera. Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang
dapat diperoleh dari kontak dini :
a) Kadar oksitosin dan
prolaktin meningkat.
b) Reflek
menghisap dilakukan dini.
c)
Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
d)
Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak
b. Pada Bayi
Tahap-tahap bonding
attachment adalah sebagai berikut:
1) Perkenalan (acquaintance) dengan
melakukan kontak mata, memberikan sentuhan, mengajak berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Keterikatan (bonding)
3) Attachment,
perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Elemen-elemen bonding attachment dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Sentuhan
Sentuhan atau indera
peraba dipakai secara inkstensif oleh orang tua sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung
jarinya. Gerakan dilakukan untuk menenangkan bayi.
2) Kontak mata
Ketika bayi baru lahir
mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua, dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan
dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
3)
Suara
Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dengan
bayinya juga penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya
dengan tegang. Sementara itu, bayi akan menjadi tenang dan berpaling
kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada
tinggi.
4) Aroma
Perilaku lain yang
terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing.
Ibu mengetahui
bahwasetiap anak
memiliki aroma yang unik, sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya.
5)
Hiburan
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kakinya. Hiburan terjadi saat anak mulai bicara.
Irama ini berfungsi memberi umpan baik positif kepada orang tua dan menegakkan
suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir
atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Salah satu
tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan member kasih saying yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilakuk responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7) Kontak dini
Keuntungan fisiologis
yang diperoleh dari kontak dini yaitu:
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
2. Refleks mengisap dilakukan sedini mungkin
3. Pembentukan kekebalan aktif dimulai
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan
anak melalui kehangatan tubuh, waktu pemberian kasih sayang dan memberikan
stimulasi hormonal.
c. Pada Balita
Untuk dapat menjalin
ikatan emosi yang erat dengan anak kita, berikut ini ada beberapa hal yang
dapat dijadikan pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat dengan anak dalam
melakukan interaksi dengan balita :
1)
Berikan rangsangan
positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan /pijatan–pijatan
lembut, ucapan-ucapan lembut/bisikan-bisikan mesra, kecupan, dan suara-suara
yang menenangkan bayi.
2) Tanggap
terhadap kebutuhan balita.
3) Ajak anak bermain yang dapat
membuatnya gembira atau tertawa.
4)
Sengaja meluangkan
waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang baik. Jangan
menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya
hadir secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati”
juga.
d. Pada
Anak Prasekolah
Ikatan emosi dan kaish
sayang yang erat antara ibu/orangtua sangatlah penting, karena berguna untuk
menentukan prilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak,
serta merangsang perhatian anak terhadap dunialuar.
Oleh karena itu,
kebutuhan asih ini meliputi :
1) Kasih
sayang orang tua
Orangtua yang harmonis
akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak
berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana menciptakan
hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang.
2) Rasa
aman
Adanya interaksi yang
harmonis antara orangtua dan anak akan memberikan rasa aman bagi anak untuk
melakukan aktivitas sehari-harinya.
3) Harga Diri
Setiap anak ingin
diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan, maka hal ini akan
menyebabkan frustasi.
4)
Dukungan/dorongan
Dalam melakukan
aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungannya. Apabila orangtua
sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu,
orangtua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.
5) Mandiri
Agar anak menjadi
pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu
tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan.
6) Rasa memiliki
Anak perlu dilatih
untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang dimilikinya, sehingga
anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya.
7)
Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman.
2. Sibling
Rivalry
a. Pengertian
Sibling rivarly adalah bentuk
perilaku anak yang memiliki adik baru. Anak cenderung bersikap lebih nakal
karena merasa cemburu dan tersaingi atas kehadiran adiknya, terlebih lagi
ketika ia melihat ibunya sedang bersama adiknya. Perilaku ini biasanya
ditunjukan untuk menarik perhatian ibu dan biasanya muncul pada anak-anak usia
12-18 bulan.
b. Faktor-Faktor yang Dapat
Menimbulkan Sibling Rivalry
Menurut Boyle,
pencetus timbulnya sibling
rivalry ada dua yaitu:
1) Usia
Jarak antara kakak beradik
yang dekat cenderung menimbulkan adanya sibling rivalry. Perbedaan usia antara 2 sampai 4 tahun
merupakan usia yang paling mengancam terutama bila kakak masih sangat muda dan
belum memahami situasi. Sibling
rivalry muncul umumnya pada anak usia prasekolah yaitu pada usia 1
tahun sampai 6 tahun.
2)
Jenis kelamin
Jenis kelamin yang berbeda antara kakak adik cenderung jarang
menimbulkan persaingan dibanding anak yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Jenis kelamin yang berbeda antara kakak adik lebih menunjukan hubungan yang
positif dibanding kakak adik yang memiliki jenis kelamin sama.
3)
Umur
Jarak kelahiran anak dan usia anak berpengaruh terhadap
munculnya sibling rivalry.
4) Posisi anak
Sibling rivalry cenderung
terjadi antara anak pertama dengan anak kedua dibanding dengan anak terakhir.
c. Tanda-Tanda Sibling Rivalry
Anda dapat mengeksploitasikan perasaan cemburu dengan berbagai
cara yang kreatif, yaitu :
1)
Melakukan kekerasan baik secara fisik maupun psikis seperti memukul adik atau
kakaknya, mendorong anak lain dari pangkuan ibunya, memahami secara verbal atau
melakukan penghinaan.
2) Regresi pada anak yang lebih
tua seperti menunjukan perilaku perkembangan sebelumnya misal, kembali
mengompol atau meminta botol susu
3) Anak mengalami depresi atau menderita kegelisahan
akan perpisahan.
d. Dampak Sibling Rivalry
Pengaruh dari sibling
rivalry dapat berdampak pada anak, orang tua dan masyarakat
secara tidak langsung. Efek dari perilaku ini merupakan dampak jangka lama pada
anak maupun masyarakat saat anak menjadi bagian dalam masyarakat antara lain :
1) Anak
Dampak pada anak ada dua hal yang utama.
Pertama, anak dapat tumbuh sangat agresif, karena perilaku persaingan yang
agresif yang berlangsung lama pada awal masa kanak-kanak dimana pada tahap ini
konsep diri mulai terbentuk. Dampak kedua adanya sibling rivalry yaitu anak
menjadi rendah diri, karena anak yang merasa gagal dalam merebut cinta kasih
dari orangtua dan bila hal ini terjadi secara berulang-ulang anak dapat merasa
kecewa dan hilang kepercayaan diri.
2) Orangtua
Orangtua dapat menjadi stres dengan tingkah
laku yang ditunjukan anak-anak dengan sibling rivalry.
3) Masyarakat
Anak yang tumbuh
menjadi dewasa dengan kepribadian yang terbentuk dari dampak negatif sibling
rivalry yaitu, perilaku psikologis yang merusak yang dapat berupa perilaku
agresif atau perilaku kriminal tertentu yang mengganggu masyarakat.
e.
Sibling Rivalry pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah
1) Pada Neonatus
dan Bayi
Sibling rivalry adalah bentuk prilaku anak yang memiliki
adik baru. Anak cenderung bersikap lebih nakal karena merasa cemburu dan
tersaingi atas kehadiran adiknya., terlebih lagi ketika ia melihat ibunya
sedang bersama adiknya. Prilaku ini biasanya ditunjukkan untuk menarik perhatian
ibu dan biasa muncul pada anak-anak usia 12-18 bulan.
2) Pada Balita
Sibling rivalry dapat diartikan sebagai persaingan
antara saudara kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang
normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang mengganggu
kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru.
3) Pada
Anak Pra Sekolah
Pada usia anak
prasekolah biasanya orang tua sudah akan kembali melahirkan. Itu berarti
seorang anak akan memiliki seorang adik. Hal ini menciptakan suatu keaadaan
yang disebut Sibling Rivalry. Ini dikarenakan anak tersebut merasa kasih sayang
orang tuanya berpindah pada adiknya.
5) Memberikan perhatian setiap
waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
7) Bersikap adil sangat penting,
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil
bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
2) Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang
bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asih (kebutuhan emosional) adalah kasih sayang dari orang tua
akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik maupun mental.
Sibling rivarly adalah
bentuk perilaku anak yang memiliki adik baru. Anak cenderung bersikap lebih
nakal karena merasa cemburu dan tersaingi atas kehadiran adiknya, terlebih lagi
ketika ia melihat ibunya sedang bersama adiknya. Perilaku ini biasanya
ditunjukan untuk menarik perhatian ibu dan biasanya muncul pada anak-anak usia
12-18 bulan.
3.2 Saran
1. Setela
membaca makalah ini, diharapkan pembaca, terutama mahasiswa kebidanan
mengetahui tentang Asih ( Ikatan Kasih Sayang dan Sibling Rivarly ).
2. Kepada
pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah yang berkaitan dengan judul makalah ini diharapkan kekurangan yang
ada pada makalah ini dapat diperbaharui
dengan yagng lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar