Makalah
Muatan Lokal
“ Kafosampu ( Pemindahan Peserta
Kariya Dari Rumah Ke Panggung ) ”
Disusun Oleh:
Nama :
Kelas :
X-7
Guru
Pembimbing :
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan Judul “Kafosampu ( Pemindahan Peserta Kariya
dari Rumah ke Panggung )”.
Saya menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya terbuka untuk semua kritik
dan saran.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat kepada para pembaca, walau pun masih terdapat kekeliruan baik isi
maupun struktur, tetapi sebagai pembaca yang baik tentu mau menerima kesalahan
dan kekeliruan orang lain untuk diperbaiki dan juga mau menerima kebenaran
orang lain sebagai bahan masukan.
Raha, Januari 2016
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . i
Kata Pengantar. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . ii
Daftar Isi. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . iii
BAB 1 PENDAHULUAN . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.1.
Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 1
1.2.
Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 1
1.3.
Tujuan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 2
1.4.
Manfaat
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 2
BAB 2 PEMBAHASAN. . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
2.1. Pengertian Kafosampu. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 32.2. Prosesi Upacara Adat Kafosampu.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB 3 PENUTUP. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
3.1. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
3.2. Saran. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 5
Daftar Pustaka. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Deskripsi
tentang Upacara Adat Kariya dalam tulisan terinspirasi oleh fenomena dan
kondisi zaman yang semakin berkembang yaitu adanya kecenderungan generasi muda
yang tidak memahami dan mengilhami kandungan filosofi dari kegiatan upacara
adat.
Fenomena ini melahirkan kekhawatiran bagi generasi muda
kedepan bahwa dalam perjalanannya nilai-nilai budaya yang kita miliki hanya
dapat tampil sebagai suatu kisah sejarah yang dapat dibaca. Kiranya menjadi
acuan generasi mendatang sehingga nilai-nilai budaya yang kita miliki tidak
luntur akan panas, tidak lapuh akan hujan dan tidak bergeser karena kemajuan.
Terpaan transformasi dan globalisasi telah mengubah watak
dan gaya hidup manusia sehingga niali-nilai budaya secara berlahan-lahan mulai
ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Proses ini bukan hanya pada aspek
ketidakpahaman terhadap nilai-nilai budaya, tetapi yang paling mendasar muncul
suatu anggapan dari sebahagian besar generasi muda bahwa upacara adat dan
nilai-nilai tradisional dianggap bi’da, ketinggalan zaman, kampungan, dan tidak
penting bagi mereka. Fenomena ini cepat
atau lambat akan memengaruhi kelestarian nilai-nilai budaya daerah yang menjadi
kebanggaan dan kebesaran bangsa.
Rekontruksi kebudayaan masa lampau adalah merupakan
tanggung jawab semua pihak. Lahirnya pemikiran untuk mendokumenkan upacara adat
Kariya dalam sebuah tulisan adalah suatu gagasan yang harus dikembangkan dan
dipertahankan untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang ditulis tadi, maka dapat ditarik rumusan masalah,
diantaranya :
1.
Apa
pengertian dari Kafosampu?
2.
Bagaimana
Prosesi Upacara Adat Kariya Kafosampu ( Pemindahan Peserta Kariya dari Rumah ke
Panggung )?
1.3.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
pengertian dari Kafosampu.
2.
Mengetahui
prosesi upacara adat kariya Kafosampu ( Pemindahan peserta kariya dari rumah ke
panggung )
1.4.
Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Agar generasi muda dapat mengetahui prosesi upacara
adat kariya kafosampu
2.
Agar
generasi muda mampu mempertahankan kelestarian nilai-nilai budaya upacara adat kariya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Kafosampu
Kafosampu adalah pemindahan peserta Kariya dari rumah ke panggung
setelah proses kalempagi dilaksanakan. Setelah para gadis duduk dan
liln-lilin “Sultaru” menyala, muncul
ritual “Kafotanda”. Ritual ini dilakukan oleh orang tua (modhi) yang disebut
“Fokantandano”, sebagai tanda selamat telah selesai atau melewati acara
pingitan kepada para gadis yang dipingit.
Acara puncak pada malam “Kafosampu” adalah para gadis yang dipingit
menari diatas panggung. Tarian ini didahului dengan menarinya “sumareno” (yang
membuka acara tari). Diiringi dengan tabuhan gendang oleh “Karia kogandano”.
Para gadis menari dengan osamba (selendang putih). Selanjutnya pada saat
menari, para gadis mendapatkan hadiah dari para pengunjung atau para penonton,
baik keluarga, teman, atau kerabat dekat. Proses pemberian hadiah adalah dengan
melemparkan hadiah yang akan diberikan kepada gadis yang dipingit saat ia
menari. Seperti itulah, para gadis menari satu persatudari matansala (pimpinan)
sampai selesai.
2.2.
Prosesi
Upacara Adat Kariya Kafosampu
Pada
hari keempat menjelang magrib pada gadis pingitan siap dikeluarkan dari rumah
dan atau ruang pingitan ke tempat tertentu yang disebut Bhawono Koruma
(Panggung). Pada waktu mereka diantar ke panggung tidak boleh injak atau sentuh
tanah. Biasanya menggunakan bentangan kain putih dari rumah hingga sampai di
panggung, tetapi dapat juga di soda dan atau di papa oleh dua orang laki-laki
yang berasal dari lingkaran keluarga dan masih hidup kedua orang tuanya.
Pada
waktu diantar di bhawono koruma (panggung) para peserta karya (pingit) tidak
boleh membuka mata sebagai isyarat kekhusyukan menuju tempat bertandang dipanggung
(Bhawono Koruma).
Di depan
Bhawono Koruma telah menunggu gadis-gadis lain yang telah dipilih dan diberi
tanggung jawab duduk berjejer dalam keadaan bersimpuh. Jumlahnya tergantung
jumlah peserta yang dipingit.
Peserta
karya duduk bersimpuh diatas panggung (Bhawono Koruma) dengan khusyuk. Mereka
tidak boleh membuka mata sampai pada pembacaan doa. Proses ini merupakan
isyarat bahwa peserta karya dianalogikan bayi yang baru lahir dari kandungan
ibunya. Peserta kariya dapat membuka mata setelah pembacaan doa dengan harapan
bahwa mereka telah siap untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dunia yang
penuh dengan tantangan. Doa tersebut merupakan bentuk permohonan kepada Tuhan
Yang Maha Esa agar para peserta kariya dapat diberikan keimanan yang kuat dalam
menjalani kehidupannya.
Gadis-gadis
yang mendampingi peserta karya harus yang masih hidup kedua orang tuanya Mereka
bertugas memegang sulutaru (semacam pohon terang yang terbuat dari kertas
warna-warni dan dipuncaknya dipasangkan lilin yang menyala).
Makna sulutaru
adalah berlambang cahaya atau Nur Illahi yang akan menjadi penentu dalam hidup
para peserta yang di karya (pinggit) dari sejak lahir sampai menuju akhirat
nanti (Sido Thamrin, Juni 2007).
Pengertian
lain dari sulutaru adalah merupakan isyarat, harapan dari peserta karya agar
kedepan memperoleh jalan hidup yang lebih cerah. Oleh karena itu, nyala lilin
di pucuk Sulutaru menjadi simbol masa depannya.
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1.
Kafosampu adalah pemindahan peserta Kariya dari rumah ke panggung
setelah proses kalempagi dilaksanakan.
2.
Sulutaru
adalah merupakan isyarat, harapan dari peserta karya agar kedepan memperoleh
jalan hidup yang lebih cerah. Oleh karena itu, nyala lilin di pucuk Sulutaru
menjadi simbol masa depannya.
3.
Makna
sulutaru adalah berlambang cahaya atau Nur Illahi yang akan menjadi penentu
dalam hidup para peserta yang di karya (pinggit) dari sejak lahir sampai menuju
akhirat nanti.
3.2. SARAN
Sebaiknya
generasi muda dapat mengetahui prosesi upacara adat kariya kafosampu dan mampu
mempertahankan kelestarian nilai-nilai budaya upacara adat kariya.
Daftar Pustaka
Kimi
Batoa, La. 1991. Sejarah Kerajaan Daerah Muna. Astri. Raha.
Burhanuddin.
B dan Haeba Syamsuddin. 1997/1978. Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara. Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
Anwar,
L. E, 1980. Sejarah Muna, Tabir Rahasia Kakak dan Beradik. Ujung Pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar