Asuhan Keperawatan KLIEN dengan
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gangguan paru yang progresif
dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat
yang menyebar dikedua belah paru.
2. Etiologi
ARDS berkembang sebagai
akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Faktor Resiko
a.
Trauma langsung pada paru
·
Pneumoni virus,bakteri,fungal
·
Contusio paru
·
Aspirasi cairan lambung
·
Inhalasi asap berlebih
·
Inhalasi toksin
·
Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam
waktu lama
b.
Trauma tidak langsung
·
Sepsis
·
Shock
·
DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
·
Pankreatitis
·
Uremia
·
Overdosis Obat
·
Idiophatic (tidak diketahui)
·
Bedah Cardiobaypass yang lama
·
Transfusi darah yang banyak
·
PIH (Pregnand Induced Hipertension)
·
Peningkatan TIK
·
Terapi radiasi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik
ARDS
merupakan suatu respons terhadap berbagai macam injuri atau penyakit yang
mengenai paru-paru baik itu secara langsung atau tidak langsung. berbagai
keadaan dan penyakit dasar yang dapat menyebabkan timbulnya ards/ali yaitu: langsung
antara lain: aspirasi asam lambung, tenggelam, kontusio paru, pnemonia berat,
emboli lemak, emboli cairan amnion, inhalasi bahan kimia dan keracunan oksigen.
sedangkan tidak langsung, terdiri dari sepsis, trauma berat, syok
hipovolemik, transfusi darah berulang, luka bakar, pankreatitis, koagulasi intravaskular
diseminata dan anafilaksis.
Sekitar
12-48 jam setelah penyebab atau faktor pencetus timbul, mula-mula pasien
terlihat sesak (takipnea) dan takikardia. analisis gas darah (agd)
memperlihatkan hipoksemia berat yang kurang respons dengan terapi oksigen foto
toraks memperlihatkan gambaran infiltrat bilateral yang difus tanpa disertai
oleh gejala edema paru kardiogenik.
·
Peningkatan jumlah pernapasan
·
Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan
sianosis
·
Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas
tambahan
5.
Pemeriksaan diagnostik
·
Chest X-Ray
·
ABGs/Analisa gas darah
·
Pulmonary Function Test
·
Shunt Measurement (Qs/Qt)
·
Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
·
Lactic Acid Level
6.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
ARDS terdiri atas penatalaksanaan terhadap penyakit dasar yang dikombinasi
dengan penatalaksanaan suportif terutama mempertahankan oksigenasi yang adekuat
dan optimalisasi fungsi hemodinamik sehingga diharapkan mekanisme kompensasi
tubuh akan bekerja dengan baik bila terjadi gagal multiorgan.
Penatalaksanaan
penyakit dasar sangat penting, misalnya penatalaksanaan hipotensi dan eradikasi
sumber infeksi pada sepsis.
Khas
pada ARDS, hipoksemia yang terjadi refrakter terhadap terapi oksigen dan hal
ini kemungkinan diakibatkan adanya shunting (pirau) darah melalui daerah paru
yang tidak terventilasi yang disebabkan alveoli terisi eksudat protein dan
terjadi atelektasis.
Continous
positive airway pressure (CPAP) dapat mencegah atelektasis alveolar, mengurangi
disfungsi ventilasi/perfusi dan membantu kerja pernapasan. Kebutuhan untuk
intubasi dan ventilasi mekanik mungkin akan semakin besar sehingga pasien harus
dirawat di unit perawatan intensif. Positive end expiratory pressure (PEEP)
25-15 mmH2O dapat digunakan untuk mencegah alveoli menjadi kolaps. Tekanan jalan
napas yang tinggi yang terjadi pada ARDS dapat menyebabkan penurunan cairan
jantung dan peningkatan risiko barotrauma (misalnya pneumotoraks).
Tekanan
tinggi yang dikombinasi dengan konsentrasi O2 yang tinggi sendiri dapat
menyebabkan kerusakan mikrovaskular dan mencetuskan terjadinya permeabilitas
yang meningkat hingga timbul edema paru. Salah satu bentuk teknik ventilator
yang lain yaitu inverse ratio ventilation dapat memperpanjang fase inspirasi
sehingga transport oksigen dapat berlangsung lebih lama dengan tekanan yang
lebih rendah. extra corporeal membrane oxygenation (ECMO) menggunakan membran
eksternal artifisial untuk membantu transport oksigen dan membuang CO2.
Strategi terapi ventilasi ini tidak begitu banyak memberikan hasil yang
memuaskan untuk memperbaiki prognosis secara umum tapi mungkin bermanfaat pada
beberapa kasus.
Optimalisasi
fungsi hemodinamik dilakukan dengan berbagai cara. Dengan menurunkan tekanan
arteri pulmonal berarti dapat membantu mengurangi kebocoran kapiler paru.
Caranya ialah dengan restriksi cairan, penggunaan diuretik dan obat vasodilator
pulmonar (nitric oxide/NO). Pada prinsipnya penatalaksanaan hemodinamik yang
penting yaitu mempertahankan keseimbangan yang optimal antara tekanan pulmoner
yang rendah untuk mengurangi kebocoran ke dalam alveoli, tekanan darah yang
adekuat untuk mempertahankan perfusi jaringan dan transport O2 yang optimaI.
Kebanyakan obat vasodilator arteri pulmonal seperti nitrat dan antagonis
kalsium juga dapat menyebabkan vasodilatasi sistemik sehingga dapat sekaligus
menyebabkan hipotensi dan perfusi organ yang terganggu. Obat-obat inotropik dan
vasopresor seperti dobutamin dan noradrenalin mungkin diperlukan untuk
mempertahankan tekanan darah sistemik dan curah jantung yang cukup terutama
pada pasien dengan sepsis (vasodilatasi sistemik). Inhalasi NO telah digunakan
sebagai vasodilator arteri pulmonal yang selektif. Karena diberikan secara
inhalasi sehingga terdistribusi pada daerah di paru-paru yang menyebabkan
vasodilatasi. Vasodilatasi yang terjadi pada alveoli yang terventilasi akan
memperbaiki disfungsi ventilasi/perfusi sehingga dengan demikian fungsi
pertukaran gas membaik. NO secara cepat diinaktivasi oleh hemoglobin mencegah
reaksi sistemik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
a.
Pengumpulan data
Ø
Aktivitas / istrahat
Gejala
|
:
|
-
Klien mengeluh mudah lelah
-
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
|
Tanda
|
:
|
-
Klien nampak gelisah
-
Kelemahan otot
|
Ø
Sirkulasi
Tanda
|
:
|
-
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia)
-
Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
-
Heart rate : takikardi biasa terjadi
-
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin.
-
Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
|
Ø
Integritas ego
Gejala
|
:
|
-
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
-
Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
|
Tanda
|
:
|
-
Cemas
-
Ketakutan akan kematian
|
Ø
Makanan dan cairan
Gejala
|
:
|
-
Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
|
Tanda
|
:
|
-
Perubahan berat badan
-
Porsi makan tidak dihabiskan
|
Ø
Pernapasan
Gejala
|
:
|
-
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
-
Klien mengatakan merasakan sesak
|
Tanda
|
:
|
-
Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
-
Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas
bronchial
-
Napas cepat
-
Perkusi dada :
Dull diatas area konsolidasi
-
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
-
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi.
-
Sputum encer, berbusa
-
Pallor atau cyanosis
|
b. Pengelompokan data
Data subyektif
-
Klien mengeluh mudah lelah
-
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
-
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
-
Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
-
Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
-
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
-
Klien mengatakan merasakan sesak
Data obyektif
-
Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
-
Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas
bronchial
-
Napas cepat
-
Perkusi dada :
Dull diatas area konsolidasi
-
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
-
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan
dengan cara palpasi.
-
Sputum encer, berbusa
-
Pallor atau cyanosis
-
Perubahan berat badan
-
Porsi makan tidak dihabiskan
-
Cemas
-
Ketakutan akan kematian
-
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia)
-
Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
-
Heart rate : takikardi biasa terjadi
-
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin.
-
Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
-
Klien nampak gelisah
-
Kelemahan otot
-
Klien nampak mudah lelah bila beraktivitas
c. Analisa data
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
Ds :
-
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
-
Klien mengatakan merasakan sesak
Do :
-
Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas
bronchial
-
Perkusi dada :
Dull diatas area konsolidasi
-
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi.
-
Sputum encer, berbusa
|
Trauma
langsung / tak langsung pada paru
↓
Mengganggu
mekanisme pertahanan saluran napas
↓
Kehilangan
fungsi silia jalan napas
↓
Tidak
efektifnya jalan napas
|
Tidak efektifnya jalan napas
|
Ds :
-
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
-
Klien mengatakan merasakan sesak
Do :
-
Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
-
Napas cepat
-
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
-
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin.
-
Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
|
Trauma
langsung / tak langsung pada paru
↓
Toksik
terhadap epithelium asleolar
↓
Kerusakan
membrane kapiler alveoli
↓
Kerusakan
epithelium alveolar
↓
Kebocoran
cairan dalam alveoli
↓
Edema
alveolar
↓
Wolume
dan compliance paru menurun
↓
Ketidak
seimbangan ventilasi perfusi hubungan arterio – venus dan kelainan difusi
alveoli – kapiler
↓
Kerusakan
pertukaran gas
|
Gangguan pertukaran gas
|
Ds :
-
Klien mengeluh mudah lelah
-
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
Do :
-
Kelemahan otot
-
Klien nampak mudah lelah bila beraktivitas
|
Trauma
pada paru
↓
Kerusakan
membrane kapiler alveoli
↓
Edema
alveolar dan interstitial
↓
Sesak
↓
Kelemahan
otot
↓
Mudah
lelah
↓
Intoleransi
aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
Ds :
-
Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
Do :
-
Perubahan berat badan
-
Porsi makan tidak dihabiskan
|
Trauma
pada paru
↓
Kerusakan
membrane kapiler alveoli
↓
Edema
alveolar dan interstitial
↓
Sesak
↓
Menurunan
nafsu makan
↓
Intake
nutrisi kurang
↓
Penurunan
berat badan
↓
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
Ds :
-
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
-
Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
Do :
-
Cemas
-
Ketakutan akan kematian
|
Gangguan
pernapasan
↓
Perubahan
status kesehatan
↓
Koping
individu tak efektif
↓
Kurang
informasi tentang penyakitnya
↓
Stress
psikologis
↓
Ansietas
|
Ansietas
|
d.
Prioritas masalah
1)
Tidak efektifnya jalan nafas
2)
Gangguan pertukaran gas.
3)
Gangguan pemenuhan nutrisi
4)
Intoleransi aktivitas
5)
Ansietas
- Diagnosa keperawatan
a.
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
hilangnya fungsi jalan nafas
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar
hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli
c.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
e.
Cemas/takut berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
- Rencana tindakan keperawatan
a.
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
hilangnya fungsi jalan nafas
Tujuan :
-
Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan
bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
-
Pasien bebas dari dispneu
-
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan
nafas
Tindakan :
Independen
-
Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
® Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan
usaha dalam bernafas
-
Observasi dari penurunan pengembangan dada dan
peningkatan fremitus
® Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya
cairan dapat meningkatkan fremitus
-
Catat karakteristik dari suara nafas
Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran
nafas
-
Catat karakteristik dari batuk
® Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal
dan purulent
-
Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan
gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
® Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
-
Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam,
perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
® Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan
atelektasis dan infeksi paru
-
Peningkatan oral intake jika memungkinkan
® Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
-
Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar
humidifier sesuai indikasi
® Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
-
Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
® Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
-
Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural
drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
® Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan
otot-otot pernafasan
-
Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin,
albuteal dan mukolitik
® Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret
dan meningkatkan ventilasi
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar
hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli
Tujuan :
-
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
-
Bebas dari gejala distress pernafasan
Tindakan :
Independen
-
Kaji status pernafasan, catat peningkatan
respirasi atau perubahan pola nafas
® Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan
usaha nafas
-
Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi
nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing
® Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles
terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena
bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
-
Kaji adanya cyanosis
® Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi
adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas
adalah vasokontriksi.
-
Observasi adanya somnolen, confusion, apatis,
dan ketidakmampuan beristirahat
® Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
-
Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
® Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
Kolaboratif
-
Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP
jika ada indikasi
® Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan
yang sesuai
-
Berikan pencegahan IPPB
® Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
-
Review X-ray dada
® Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
-
Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti
steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant
® Untuk mencegah ARDS
c.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
Tujuan :
Dapat meningkatkan nafsu makan
klien, porsi makan dihabiskan, peningkatan berat badan.
Tindakan
Independen
-
Evaluasi kemampuan makan
® Mengetahui nafsu makan klien
-
Observasi penurunan otot umum, kehilangan lemak
subkutan
® Gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat menurunkan fungsi
otot pernapasan
-
Timbang berat badan sesuai indikasi
® Kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan masukan makanan
buruk memerikan petunjuk tentang katabolisme, simpanan glikogen otot dan
sensitivitas kemudian ventilator
-
Berikan makan lembut sering dalam jumlah kecil /
mudah dicerna bila mampu menelan
® Mencegah kelelahan berlebihan, meningkatkan pemasukan dan penurunan resiko
distress gaster
Kolaboratif
-
Pastikan diet memenuhi kebutuhan pernapasan
sesuai indikasi
® Tinggi karbohidrat, protein dan kalori diperlukan selama ventilasi
untuk memperbaiki fungsi otot pernpaasan, karbohidrat mungkin menurun dan lemak
kadang meningkat sebelum penyapihan upaya untuk mencegah produksi CO2
berlebihan dan menurunkan kemudi pernapasan
-
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi,
contoh serum, transferin, BUN/kreatinin, glukosa
® Memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat / perlu perubahan
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan
Membantu pemenuhan kebutuhan
sehari-hari klien
Tindakan
Independen
-
Evaluasi respons pasien terhada aktivitas. Catat
laporan dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital
selama dan setelah aktivitas
® Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
-
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan
pangalihan yang tepat
® Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istrahat
-
Jelaskan pentingnya istrahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istrahat
® Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan
-
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istrahat dan tidur
® Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk kedepan meja atau bantal
-
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
® Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
e.
Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi,
pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek
hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi
meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya
secara verbal
-
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya,
rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
-
Mampu menanggulangi, mampu menggunakan
sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Tindakan
Independen:
-
Observasi peningkatan pernafasan, agitasi,
kegelisahan dan kestabilan emosi.
® Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
-
Pertahankan lingkungan yang tenang dengan
meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu
istirahat.
® Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi
dan pengawetan energi yang digunakan.
-
Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
® Memberi kesempatan untuk pasien untuk
mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
-
Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan
yang dilakukan
® Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan
yang dialami
-
Dorong pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya.
® Langkah awal dalam mengendalikan
perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
-
Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus
ditanggulanginya.
® Menerima stress yang sedang dialami tanpa
denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
-
Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang
dialaminya.
® Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi
kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu
tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari
permasalahan itu.
-
Identifikasi tehnik pasien yang digunakan
sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
® Kemampuan yang dimiliki pasien akan
meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
Kolaboratif
-
Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor
efek yang merugikan.
® Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan
meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi
pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C, Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan Alumni
Keperawatan Padjajaran : Bandung.
Brunner & Suddart, 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2.
EGC : Jakarta.
Carpenito L, J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada
Praktek Kinilis, Edisi 6. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar