Beberapa Masalah Penyakit Jantung Bawaan (Kongenital)
di Indonesia
indosiar.com - Perkembangan dan kemajuan ilmu kedokteran beserta
fasilitas kesehatannya, peningkatan kesehatan lingkungan, peningkatan gizi dan
usaha kesehatan yang lain, menyebabkan jumlah bayi lahir hidup makin meningkat,
baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Di negara yang sedang berkembang,
seperti Indonesia, dilaporkan bahwa minimal 42 % penduduknya terdiri atas anak
dan remaja, sedangkan jumlah kelahiran bayi di Indonesia menurut statistik pada
tahun 1983 sekitar 4.841.000 (Yip, 1987). Bayi yang pada saat dilahirkan
menghadapi suatu keadaan yang kritis sehingga mungkin sekali pada saat itu bayi
terserang penyakit
dan terjadi kematian. Menurut WHO (1981) bayi Indonesia yang tidak mencapai umur satu tahun sekitar 100 dari 1000 bayi yang lahir (Markum, 1984).
dan terjadi kematian. Menurut WHO (1981) bayi Indonesia yang tidak mencapai umur satu tahun sekitar 100 dari 1000 bayi yang lahir (Markum, 1984).
Penyebab
kematian bayi di Indonesia yang terbanyak karena infeksi, meskipun penyebab
lain juga ada, misalnya kelainan kongenital termasuk di dalamnya kelainan
jantung. Insidensi penyakit jantung kongenital berkisar antara 6-8 per 1000
kelahiran, sehingga bila jumlah kelahiran bayi pada tahun 1983 sekitar
4.841.000 diperkirakan pada tahun 1983 terdapat sekitar 38.728 kasus penyakit
jantung kongenital baru di Indonesia (Yip, 1987).
Penyakit jantung kongenital ini di
Indonesia ikut juga bertanggung jawab terhadap besarnya morbiditas dan
mortalitas, di samping penyakit lain, misalnya penyakit infeksi. Jumlah kasus
penyakit jantung kongenital di Indonesia cukup besar,
karena banyak anak pada tahun-tahun yang lalu belum sempat ditangani karena kurangnya fasilitas diagnostik, terapi, termasuk pembedahan.
karena banyak anak pada tahun-tahun yang lalu belum sempat ditangani karena kurangnya fasilitas diagnostik, terapi, termasuk pembedahan.
Kemajuan pembedahan jantung saat ini
telah memungkinkan menyelamatkan banyak penderita. Oleh karena itu penting
sekali bagi dokter umum dan dokter spesialis anak umum mengenal penyakit
jantung kongenital dengan permasalahannya, sehingga dapat membantu masyarakat
mengatasi kesukaran-kesukaran penyakit jantung ini.
Tanda dan Gejala Kelainan Jantung
Kongenital
Penyakit jantung kongenital
menunjukkan tanda-tanda yang non spesifik maupun spesifik. Tanda-tanda serius
yang terjadi selama masa bayi, dapat berupa sianosis (anak menjadi berwarna
biru), tidak mau makan, sesak nafas, nadi kecil, atau sering terjadi infeksi
traktus respiratorius atau keringat berlebihan. Dapat juga terjadi keluhan berdebar-debar
dan pertumbuhan terganggu.
Pada bayi dengan sianosis karena
hipoksemia(kadar O2 dalam darah rendah) dapat terjadi kejang-kejang, misalnya
pada anak dengan tetralogi fallot, truncus arteriosus (pangkal pembuluh darah
aorta bersatu dengan pangkal pembuluh), dan ventrikel tunggal. Hal ini terjadi
karena sianosis yang berat dapat menyebabkan hipoksia otak(kadar O2 dalam otak
rendah) yang berat. Keluhan yang ringan pada anak dengan sianosis ini dapat
berupa keluhan neurologik, misalnya mengantuk. Bila sianosisnya berat, akan
terjadi polisitemia dan tampak pada angka hematokrit yang tinggi. Terjadinya
polisitemia mempermudah timbulnya embolus(benda padat yang terhanyut darah)
atau tombus, dan bila hal ini terjadi di otak, akan menimbulkan keluhan neurologik
berat sampai pada terjadinya abses otak, bila trombus tersebut terinfeksi.
Kejadian ini banyak terjadi pada anak yang lebih tua.
Kadang-kadang ditemukan penyakit
jantung kongenital pada anak yang lebih tua karena suatu kebetulan, yaitu pada
waktu dokter mengadakan pemeriksaan rutin anak sehat atau pada waktu memeriksa
anak sakit yang datang bukan karena sakit jantung. Pada saat itu dokter
mendengar (adanya) bising jantung, atau (adanya) irama jantung yang tidak
teratur dengan atau tanpa keluhan yang berhubungan dengan penyakit jantung,
misalnya sesak nafas, berdebar-debar, dan sebagainya.
Dapat juga anak karena menderita batuk yang lama yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik serta obat batuk, ternyata pada anak terdengar bising yang biasanya terjadi karena terjadinya hubungan (shunt) dari kiri ke kanan.
Dapat juga anak karena menderita batuk yang lama yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik serta obat batuk, ternyata pada anak terdengar bising yang biasanya terjadi karena terjadinya hubungan (shunt) dari kiri ke kanan.
Gejala lain yang jarang dijumpai
adalah palpitasi(berdebar-debar), sakit dada pada waktu kerja, pingsan, dan
terdapat riwayat kematian mendadak pada saudara-saudaranya. Sianosis ringan,
meskipun jarang, kadang-kadang ditemukan sesudah bayi agak besar.
Diagnosis : Anamnesis
Perlu ditekankan di sini bahwa untuk
dapat mendiagnosis penyakit jantung kongenital dengan tepat, perlu dilakukan
pendekatan sistemik, dengan melakukan anamnesis (pertanyaan mengenai riwayat
perjalanan penyakit) yang teliti dan seksama, melakukan pemeriksaan fisik yang
runtun, kemudian diikuti dengan pemeriksaan laboratorium seperti
elektrokardiogram dan roentgenogram. Pemeriksaan untuk diagnostik selanjutnya
memerlukan alat yang lebih canggih, baik dengan alat noninvasif,misalnya
kokardiogram, maupun alat invasif yaitu kateterisasi dan angiokardiografi.
Pemeriksaan dengan alat ini merupakan pemeriksaan yang mahal, sehingga
diperlukan perencanaan yang teliti, terutama bila pada anak tersebut nantinya
akan dioperasi.
Anamnesis yang baik akan
menghasilkan suatu informasi yang baik dan berguna untuk menentukan tingkat
keparahan penyakit jantung, terdapat atau tidaknya komplikasi, dan kemungkinan
ditemukannya beberapa faktor risiko pada beberapa kasus. Riwayat kapan
dilihatnya sianosis sangat perlu diperhatikan dan dilacak; kapan terjadi
serangan hipoksia, tingkat kemampuan kerja penderita, dan riwayat adanya
gerakan jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit, sangat berarti dalam
melacak diagnosis kasus tetralogi Fallot.
Infeksi paru yang sering terjadi
yang menyebabkan batuk dan riwayat kapan mulai terdengar bising, sangat
membantu menentukan diagnosis terjadinya shunt dari kiri ke kanan. Riwayat
kapan timbulnya gagal jantung,sangat membantu dalam menegakkan tingkat
keparahan penyakit jantung kongenital.
Terdengarnya bising yang keras sejak
saat lahir biasanya akibat terjadinya stenosis (penyempitan) pulmonal atau
aorta, sedang bising yang ditimbulkan akibat hubungan dari kiri ke kanan,
misalnya pada defek septum ventrikel(cacat sekat balik) (Ventricle Septal
Defect = VSD), biasanya terdengar sesudah bayi berumur sekitar 6 minggu. Hal
ini disebabkan karena hubungan dari kiri ke kanan itu baru efektif sesudah
tahanan pada paru menurun sampai angka normal yang biasanya terjadi pada bayi
umur 6 minggu.
Bayi yang menderita gagal jantung
sejak lahir, hanya merupakan kasus yang jarang terjadi, misalnya pada takikardi
supraventrikuler(nama penyakit jantung) yang persisten, dengan atau tanpa cacat
jantung, pada hidrops fetalis(nama penyakit bayi yang lahir mati), pada
insufisiensi katup yang berat, dan pada hubungan dari kiri ke kanan yang sangat
besar, misalnya bila VSD besar. Gagal jantung yang mulai terjadi pada umur
beberapa hari, biasanya disebabkan oleh (adanya) stenosis atau atresia aorta,
dan koarktasio aorta(penyempitan batang aorta (nama penyakit)) yang berat,
sedang gagal jantung yang terjadi sesudah umur beberapa minggu biasanya terjadi
pada defek septum ventrikel yang sedang sampai besar, duktus arteriosus paten
yang besar, atau defek septum atrium (Atrial Septal Defect = ASD) besar.
Riwayat timbulnya sianosis harus
ditanggapi dengan hati-hati, karena kadang-kadang ibunya kurang memperhatikan
perubahan kulit pada anaknya, terutama bila kulit anaknya termasuk kulit yang
berwama gelap. Kapan mulai sianosis mempunyai arti penting dalam menentukan
diagnosis. Sianosis karena tetralogi Fallot biasanya tidak terjadi sejak lahir,
tetapi tampak sedikit demi sedikit sejak masa neonatal, yaitu sekitar umur 4
minggu. Hal ini terjadi karena pada tetralogi Fallot obstruksi arteria
pulmonalis terjadi sedikit demi sedikit dan baru pada umur sekitar 4 minggu ini
penambahan obstruksi berpengaruh pada derasnya aliran hubungan dari kanan ke
kiri.
Sianosis yang terjadi sejak lahir
biasanya terdapat pada kelainan jantung karena atresia pulmonalis atau atresia
trikuspidalis. Pada transposisi arteri besar, sianosis biasanya terlihat
beberapa hari sesudah lahir. Riwayat keluarga dan riwayat selama periode
antenatal (kehamilan) perlu juga ditanyakan dengan teliti. Terutama perlu
ditanyakan adanya kemungkinan infeksi campak Jerman (rubella), yaitu penyakit
panas yang disertai ruam yang hampir sama dengan ruam pada penyakit campak
(morbili) yang ringan.
Infeksi rubella ini bila terjadi
pada trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya cacat jantung
pada bayinya, yang dikenal sebagai sindrom rubella, yaitu duktus arteriosus
paten, atau stenosis pulmonalis, tuli, dan katarak. Juga perlu ditanyakan
adanya penyakit pada ibunya atau keluarganya seperti penyakit lupus
erithematosus sistemik(nama penyakit autoimun) atau kencing manis. Adanya
penyakit lupus dapat menimbulkan terjadinya blokade jantung total pada bayinya,
sedang kencing manis dapat menyebabkan terjadinya kardiomionati pada bayi yang
dikandungnya.
Obat-obatan maupun jamu tradisional
yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil perlu
ditanyakan untuk mencari kemungkinan faktor risiko penyakit jantung kongenital.
Ingat pada obat talidomid yang dapat menyebabkan lahirnya bayi tanpa tangan
maupun kaki. Riwayat keluarga tentang adanya penyakit jantung kongenital pada
keluarga baik dengan abnormalitas kromosom, misalnya sindrom down, maupun
tidak, perlu diperhatikan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik yang seksama dan relevan perlu dilakukan sebagai pendahuluan penentuan
pemakaian alat canggih untuk diagnostik selanjutnya. Kelainan fisik yang perlu
dicari adalah sianosis, aritmia jantung, kelainan pernafasan, dan anomali
kongenital lain yang berkaitan dengan kelainan jantung, misalnya sindrom
rubella, sindrom Down, sindrom Marfan, trisomi 17, dan lain-lain. Pengukuran
tensi lengan maupun tungkai bawah, palpasi nadi arteria brachialis dan arteria
femoralis atau arteria dorsalis pedis merupakan bagian dari pemeriksaan fisik
rutin untuk penyakit jantung, terutama kalau kita ingin mencari adanya
koarktasio aorta, anomali arkus aorta dan stenosis aorta supravalvular.
Hendaknya juga berhati-hati jangan sampai lupa mengamati adanya
dekstrokardi(jantung ada di sebelah kanan), levokardi(jantung ada di sebelah
kiri) dengan situs inversus viseralis; kedua kelainan ini biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung kongenital sianotik yang kompleks.
Bising pada penyakit jantung
kongenital asianotik sering sangat karakteristik terhadap kelainan yang menimbulkannya.
Misalnya, bising pansistolik, nada tinggi yang terdengar terkeras pada sela iga
34 linea parasternalis kiri menunjuk pada VSD; suara II yang membelah konstan
dengan bising sistolik ejeksi yang terdengar pada sela iga 2-3 linea
parastemalis kiri (daerah pulmonal) dan bising diastolik pendek pada daerah
trikuspidal menunjuk pada kelainan ASD; bising berkesinambungan yang khas pada
sela iga 1-2 linea parasternalis kiri menunjuk pada adanya duktus arteriosus
paten.
Sebaliknya bising saja pada penyakit
jantung kongenital sianotik belum cukup untuk membuat diagnosis anatomi
penyakit jantung tersebut, karena kelainan anatomi yang sampai menyebabkan
sianosis itu biasanya sangat bervariasi dan kompleks. Yang pasti ialah bahwa
penyakit jantung kongenital sianotik jarang hanya mempunyai satu kelainan
anatomi, paling sedikit ada dua lesi anatomi, sedangkan kombinasi dua lesi ini
dapat bervariasi. Oleh karena itu untuk membuat diagnosis penyakit jantung
kongenital sianotik ini biasanya perlu peralatan yang canggih, tidak cukup
hanya dengan stetoskop dan elektrokardiogram maupun Roentgenogram.
Menentukan diagnosis sianosis pada
anak dengan penyakit jantung kongenital sianotik tidak selalu mudah. Pada anak
dengan sianosis sentral, yang disertai adanya jari tabuh dan tanda-tanda
kelainan jantung, diagnosis sianosis ini jelas akibat penyakit jantung
sianotik. Namun diagnosis menjadi sulit bila sianosis tersebut ringan dan
terjadi pada anak berwarna gelap.
Anemi yang biasanya terjadi karena
defisiensi besi juga menutupi sianosis, karena terlalu sedikit hemoglobin yang
tereduksi sehingga secara klinis tidak memperlihatkan sianosis. Dapat juga
sianosis sentral terjadi oleh hipoksemia akibat infeksi paru berat pada
penderita penyakit jantung kongenital sianotik misal karena pneumonia berat.
Kadangkala sianosis pada bayi sukar dibedakan dengan sianosis perifer pada bayi
yang baru lahir karena kedinginan, karena adanya vasokontriksi perifer.
Pada bayi dengan sianosis perifer
ujung jari kaki dan tangannya dapat tampak sangat biru, tetapi bibirnya tetap
merah. Kalau bibirnya berwarna gelap, dapat juga sianosis perifer dihilangkan
dengan membasahi tangan dan kaki bayi tersebut dengan air hangat.
Perhatian terhadap pertumbuhan badan
anak dengan penyakit jantung kongenital adalah penting, sebab pertumbuhan anak
mempunyai arti diagnostik maupun prognostik. Anak dengan penyakit jantung
kongenital yang berat akan mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, dan
prognosisnya juga lebih jelek. Biasanya anak dengan penyakit jantung kongenital
yang mempunyai berat badan dan atau tinggi badan kurang dari 10 persentil harus
segera ditangani dengan seksama (Yip, 1987).
bersambung ke bagian dua :
Pemeriksaan dengan Alat yang Lebih Canggih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar