do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 22 November 2014

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI



Makalah         : Komunikasi Keperawatan
Dosen              : ICE, S.Kep.

“ FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI “



O L E H :

KELOMPOK 2

o   Safiudin
o   Fandi Aklim Mangkarsi
o   Zainal
o   Abdul Rahmat Untul
o   Sarifuddin
o   Ld. Reskal
o   Pariamlin
o   Saharmadin
o   Ld Sariadi
o   Jayamin
o   Wa Nani
o   Fauzia Arfa
o   Fitriani Amrin
o   Nur Fitri Handayani
o   Ervi
o   Nuraihi
o   Wd. Munarti
o   Dewi Yati Yuliana
o   Malsia
o   Erniwati
o   Nurnaningsih
o   Restia
o   Lisnawati
o   Sartin Rahman
o   Damayanti
o   Ferlin


AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB. MUNA
2011.


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilllah kami haturkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya yang diberikan kepada kami sehingga dapat merampungkan tulisan ataupun makalah yang menjadi tugas kelompok kami.

            Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Komunikasi Keperawatan dengan dosen yaitu Ibu ICE, S.Kep. yang dipercayakan kepada kelompok kami yang pada dasarnya mengulas tentang Faktor-Faktor Yang Menghambat Komunikasi yang secara garis besarnya membahas tentang hal-hal yang dapat menghambat komunikasi.

            Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan dalam hal ini masih sangat sederhana sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai segala bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan yang lebih bijaksana di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif.

            Tidak ada kata yang patut kami ucapkan selain rasa terima kasih yang mendalam bagi dosen yang telah memberikan bimbingan dan arahannya yang insya Allah kelak menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana yang kami harapkan.


                                                                                                Raha,      April  2011



                                                                                                         Penyusun.


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
C.    Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga; sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai gologan dan lapisan, menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan
Hal di atas merupakn hal yang menghambat komunikasi dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat menghambat komunikasi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas lagi mengenai hal-hal yang dapat menghambat komunikasi.

B. Tujuan
          Tujuan penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas dari salah satu dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi Keperawatan yang diberikan kepada kelompok kami guna membahas tentang hal-hal yang dapat menghambat komunikasi.

C. Manfaat
          Makalah ini dapat menjadi sumber bacaan bagi kita guna menambah dan memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan kita mengenai hal-hal atau factor-faktor yang menjadi penghambat komunikasi.



BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
a. Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga; sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai gologan dan lapisan, menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan sosiologis.

b. Hambatan antropologis
Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk “homo sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Dalam komunikasi misalnya, komunikator dalam melancarkan komunikasinya dia akan berhasil apabila dia mengenal siapa komunikan dalam arti ‘siapa’ disini adalah bukan soal nama, melainkan ras, bangsa, atau suku apa si komunikan tersebut. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Perlu kita ketahui komunikasi berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima olehg komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau rohani. Teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.

c. Hambatan psikologis
Factor psikologis sering menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Hal ini umunnya disebabkan sikomunikator dalam melancarkan komunikasinya tidak terlebih dahulu mengkaji si komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya; juga jika komunikasi menaruh prasangka kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan tidak enak.
Berkenaan dengan factor-faktor penghambat komunikasi yang bersifat sosiologis-antropologis-psikologis itu menjadi permasalahan ialah bagaimana upaya kita mengatasinya. Cara mengatasinya ialah mengenal diri komunikan dengan mengkaji kondisi psikologinya sebelum komunikasi terjadi, dan bersikap empatik kepada komunikan.

2. Hambatan semantic
Kalau hambatan sosiologis-antrop[ologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada komunikator. Factor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Agar proses komunikasi itu berjalan denga baik seorang komunikator hareus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah mengucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa ,menimbulkan salah komunikasi. Gangguan semantis juga kadang-kadang disebabkan oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, dalam komunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengeri atau yang denotatif.
Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang komunikator harus mengucapakan pertanyaan yang jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disususn dalam kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.

3. Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contohnya: suara telepon yang kurang jelas, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang kurang jelas pada pesawat televise dan lain-lain. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator tapi biasanya memerlukan orang-orang yang ahli di bidang tersebut misalnya teknisi.

4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah suara riuh (bising) orang-orang atau lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang dan lain-lain. Untuk menghindari hambatan ini, komunkator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan seperti yang telah disebutkan tadi.

Selain itu, “Mengapa komunikasi gagal?” komunikasi gagal karena ada faktor-faktor penghambat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Persepsi
Ini adalah salah satu hambatan komunikasi yang umum dijumpai. Perbedaan bahasa sering kali berkaitan erat dengan perbedaan dalam persepsi individu. Cara mengatasi perbedaan persepsi dan bahasa pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan berbeda.
2. Reaksi Emosional
Reaksi emosional mempengaruhi cara kita memahami pesan orang lain dan cara kita mempengaruhi orang lain dengan pesan kita sendiri. Jika kita berada pada lingkungan yang mengancam kekuasaan kita, maka kita akan memberikan reaksi dengan mempertahankan diri atau agresif. Pendekatan terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
3. Ketidakkonsistenan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Kita sering berpendapat bahasa lisan dan tulisan sebagai medium utama komunikasi, tetapi pesan yang kita kirimkan dan kita terima amat dipengaruhi faktor nonverbal seperti, gerkan tunuh, pakaian, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan badan. Kunci untuk menghilangkan ketidakkonsistenan dalam komunikasi adalah mewaspadai dan berjaga-jaga agar komunikasi nonverbal selaras dengan pesan verbal.

1.    Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi.
Kurang cakap dalam berbicara (terutama di depan umum), berbicara tersendat-sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan tidak sabar.

2.    Sikap yang kurang tepat.
Seorang dosen yang sedang memberi kuliah sambil duduk diatas meja sehingga akan memberi kesan yang kurang baik bagi mahasiswa.

3.    Kurang pengetahuan.
Seorang yang kurang pengetahuannya, jarang membaca atau mendengar radio atau televisi, akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembicaraan orang lain.

4.    Kurang memahami sistem social

5.    Prasangka  yang tidak beralasan

6.    Jarak fisik
Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan komunikator berjauhan ataupun terlalu berdekatan

7.    Tidak ada persamaan persepsi

8.    Indera yang rusak

9.    Berbicara yang berlebihan.
Berbicara berlebihan seringkali akan mengakibatkan penyimpangan dari pokok pembicaraan

10.  Mendominir pembicaraan
George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi dapat kita lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si nenek dengan si cucu.  Nenek mengartikan kata nyanyi dengan arti sebenarnya, sedangkan si cucu, -karena telah biasa menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-, mengartikan “nyanyi” sebagai buang air kecil.
Semoga kita bisa meminimalisir hambatan-hambatan tersebut, sehingga komunikasi yang efektif bisa terjadi.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak sekali hal-hal dan faktor-faktor  yang dapat menghambat komuikasi.Tetapi pada umumnya hal-hal yang dapat menghambat komunikasi diantaranya yaitu: Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi, Sikap yang kurang tepat, Kurang pengetahuan, Kurang memahami sistem social, Prasangka  yang tidak beralasan, Jarak fisik, Tidak ada persamaan persepsi, Indera yang rusak, Berbicara yang berlebihan, Mendominir pembicaraan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA
o   Effendy. O. U. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1992
o   Tierney Elizabeth. 101 Cara Berkomunikasi Lebih Baik. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003.







Tidak ada komentar: