do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Kamis, 27 November 2014

MAKALH ALAT INDRA




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM PENGINDRAAN
            Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus dan rasa sakit.
Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus mengumpulkan rangsangan yanh khas tempat setiap organ berhubungan. System indra memerlukan bantuan system saraf yang menghubungkan badan indra dengan system saraf pusat. Organ indara adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impils saraf melalui serabut saraf kepusat susunan saraf. Setiap organ menerima stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai system organ indra haanyaa maampu meneerimaa stimulus, menghasilkan dan mengirimstimulus dari impuls saraf. Organ indra dapat diklasifikasimenjadi dua yaitu : organ indra umum seperti reseptor raba tersebar disekitar seluruh tubuh dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang penyebarannya terbatas pada lidah.
            Kelenjar air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang terlihat pada sudut dalam kantong konjungtifa dari saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan ini menguap, sebagiab lagi masuk kehidung melalui saluran nasolakrimalis.

INDRA PENLIHATAN
( MATA )
A.            ANATOMI FISIOLOGI MATA
ANATOMI MATA
Berikut adalah anatomi dari pada mata :
                           
   Mata adalah organ penglihatan, yang berfungai untuk melihat semua gambar-gambar/ bayangan-bayangan yang nyata didepan kita. Tanpa adanya mata kita sulit untuk melakukan aktifitas sehari-hari
-       Organ Luar Mata
1.     Bulu mata
Bulu mata berfungsi menyaring/pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagai alat kecantikan.


2.     Alis mata
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu mata.Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
3.     Kelopak mata
Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata)

-       Organ Dalam Mata
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1.        Kornea
Merupakan bagian terluar dari
bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
2.        Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
3.        PupilDanIris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
4.        LensaMata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
5.        RetinaatauSelaputJala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut
bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
6.        SarafOptik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke
otak

FISIOLOGI MATA
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf  untuk tranduksi sinar.Aparatus optik mata membentuk dan mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina.Prinsip optik:sinar dialihkan berjalan dari satu medium lain dari kepadatan yang berbeda ,fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat kelengkungan lensa sumbu utama.
    Indra penglihatan menerima rasangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantara serabut nervus optikus,menghantarkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.Cahaya yang  jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang di fokuskan






B.       PENYAKIT PADA MATA
1.    BLASTOMA
a.    Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraocular yang di temukan pada anak-anak , pada usia dibawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus ( endovitik).

b.   Patofisiologi

Ratino blasto

Masa tumor di dalam struktur mata
 
Tumor semakin membesar
 
penekanan pembulu darah
Peradangan vitreus daerah mata
Proses penyakit
 
Lesimenonjol berbentuk bulat suplai oksigen berkurang
Berwarna merah jambu
 Metabolisme anaerob
Perubahan struktur anatomi mata

Perubahan fungsi
 

Asam laknat meningkat
sensorik motorik mata Perubahan citra diri
nyeri
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusa
t
 ↓•
ganguan komunikasi visual Merangsang mediator
nyeri (histamine,bradikinin,serotin,dll)
penurunan aktivitas Metaphase ke otak

Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓Gangguan rasa nyaman
dan aman

c. Etiologi
     Retinablastoma terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel syaraf retina yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel normal seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor. Retinoblastoma dapat menyerang ke dalam mata dan jaringan di sekitarnya. Retinoblastoma juga dapat menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak dan tulang belakang.
Pada umumnya tidak jelas apa yang menyebabkan terjadinya retinoblastoma. Tetapi adalah hal yang mungkin jika ini merupakan kondisi bawaan. Mutasi gen yang meningkatkan risiko r etinoblastoma dan kanker lain dapat menurun dari orang tua ke anak.





d. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

2.  ABLASIO RETINA

                                                         
                       
a.      Pengertian
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina,ablasio retina merupakan masalah mata yang serius dan memerlukan perawatan yang serius pula.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan
b.      Patofisiologi
 Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :
-    Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat   memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).
-   Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
-   Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.
c.       Etiologi
a.    Malformasi kongenital
b.  Kelainan metabolisme
c.  Penyakit vaskuler
d.  Inflamasi intraokuler
e.  Neoplasma
f.  Trauma
g.  Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina

d.        Pemeriksaan Penunjang
-   Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.
-   Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
-   Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor

e.         Cara Pengobatan
Manajemen Terapi Ablatio Retina
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
·            Mengatasi kecemasan
·            Membatasi aktivitas
·           Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
·           Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah operasi
·           Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
·            Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
·            Evaluasi penutup mata
·            Bantu semua kebutuhan ADL
·            Perawatan dan pengobatan sesuai program
 3.  Presbiopi
                                https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZa4lNLmAOgccImWA1T04Yx3ggA9qaZ-EV-qqPM2RRY9yu-CZqW_IQOWbPRfpt4sXKschFTirWp5tqFCBGMBkGCBBqpThaTwUkEC5Fw-_TYJvr-soVGrrw-z63ZxR17gN49TeEvP9sNfw/s1600/Pterygium-2.jpg
a.      Pengertian
suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.
b.      Patofisiologi
     Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung,dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
-          Kelemahanototakomodasi
-          Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisnya akibat sklerosis lensa.

c.       Etiologi
-          Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.
-          Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet ( cahaya matahari ) dan angin
(udarapanas) yang mengenai kongtungtiva bulbi

d.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus dilakukan, karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik kadang sudah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pterigium. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterigium yang didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada stromanya.
  Pengobatan pterigium tergantung dari keadaan pteriumnya sendiri, dimana pada keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi pterigium.

e.       Pengobatan
Obat-obatan yang sering digunakan pada kasus pterigium adalah :
-      Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata)
      1.  Untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air. Obat ini merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar, Gen Teal (OTC)
   2.  Air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan   mata pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur. Keadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterygium.
-      Salep untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular. alep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas yang lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan yang lebih kental ini akan cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari terkecuali bila pasien merasakan sakit dalam pemakaiannya.
-      Obat tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pterygia yang inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada permukaan okular di dekat jejasnya. Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) – suatu suspensi kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain.
Tindakan pembedahan untuk ekstirpasi pterygia biasanya bisa dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila diperlukan dengan memakai sedasi. Perawatan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada malam hari, dan dirawat memakai obat tetes  mata atau salep mata antibiotika atau antiinflamasi.
Pembedahan pterigium dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain :
Teknik Bare sclera
a.    Anastesi : proparacain atau pantokain atau dapat juga menggunakan kokain 4% yang diteteskan maupun dioles dengan kapas pledget, kemudian diberikan suntikan subkonjungtiva dengan lidokain 1-2 % .
b.    Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi.
c.    Siapkan lid spekulum
d.    Lakukan pengujian untuk menunjukkan otot yang terkait dengan pterigium.
e.    Lakukan fiksasi dengan benang ganda 6.0 pada episklera searah jam 6 dan jam 12.
f.     Posisi mata pada jahitan korset.
g.    Buatlah garis demarkasi pterigium dengan cautery.
h.    Gunakanlah ujung spons atau kapas untuk membersihkan darah ketika sedang dilakukan pengikisan pterigium dari apek dengan menggunakan forcep jaringan.
i.      Laksanakan pembedahan dari kepala pterigium yang ada di dekat kornea mata dengan menggunakan scarifier. Traksi dengan forcep ukuran 0.12 mm akan memudahkan pengangkatan pterigium.
j.      Bebaskan sklera dari pterigium.
-        Menggunakan westcott gunting untuk memotong sepanjang tanda cautery.
-        Kikislah pterigium dengan gunting.
-        Pindahkan semua jaringan pterigium dari limbus dengan menggunakan sharp sehingga tampak jaringan sklera yang telanjang.
-        Jika perlu, mengisolasi rektus otot horizontal dengan suatu sangkutan otot untuk menghindari kerusakan jaringan yang akan membentuk sikatrik.
k.    Pindahkan pterigium dilimbus dengan menggunakan gunting.
l.      Gunakan cautery untuk menjaga keseimbangan.
m.   Menghaluskan sekeliling tepi limbus.
-        Dengan menggunakan burr intan
-        Dengan tepi punggung mata pisau scarifier.

n.    Berikan antibiotik dan steroid topikal.]
o.    Kemudian tutup mata dengan kasa steril dan fiksasi

4.       HIPERMETROPIA
a.        Pengertian
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina.

b.        Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.

c.         Etiologi
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:
1.          Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
2.          Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa,

dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)
3.         Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
4.          Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada lagi (afakia).

d.        Pemeriksaan penunjang
Kita bisa memeriksa mata klien dengan menggunakan Snellen Chart – Eye Chart karena alat in fungsinya untuk memeriksa ketajaman mata seseorang. Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda atau orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut. Dan ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola bentuk tertentu. Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E” terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika pemeriksaan dilakukan manusianya hanya menunjukkan arah mana masing-masing “E” yang dilihat. Seperti halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris memiliki lingkaran dengan bagian dari segmen yang berbeda dihilangkan, dan pengujian menjelaskan di mana setiap bagian yang tidak terpenuhi atau patah

berada. Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat pemeriksaan menebak gambar.
Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat dan kurang pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat cocok untuk anak-anak karena menyerupai video game.
Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat.
e.    Pengobatan
Yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara   lain   dengan:
·            Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata
·            Pemberian tetes mata atropin.
·            Menurunkan tekanan dalam bola mata.
·            Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
·            Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.

5.       Hordeolum

                        http://1.bp.blogspot.com/-j978KBozDxc/TsDLkAVyTzI/AAAAAAAAAGA/OvgThqM0sfo/s200/Hordeolum.jpg

a.    Pengertian
Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1.         Hordeolum interna terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
2.         Hordeolum eksterna (bintitan/timbilen), terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).

b.  Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus. Yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Dapat terjadi di kelenjara minyak Meibom, kelenjar Zeis atau Moll. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.

c.  Etiologi
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkana

d.  Pengobatan
 Adapun cara pengobatan pada penyakit ini adalah
1.         Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
2.         Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
3.         Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
1.         Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
2.         Penatalaksanaan Bedah
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:

a.     Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu.
b.     Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.
Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna.
3.         Manajemen Preventif
a.     Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b.     Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c.      Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
d.     Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
e.    Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum.
f.      Jangan memencet hordeolum.
Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
g.      Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum.
h.      Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata.
i.       Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan.
Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang.





INDRA PENDENGARAN
( TELINGA )

A.      ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

ANATOMI TELINGA
Berikut adalah gambar dan bagian-bagian telinga :

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-10b-1.jpg

Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks – pendengaran dan keseimbangan.  Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari- hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara, tergantung  pada kemampuan mendengar.  Kita memiliki sepasang telinga yang terdiri dari 3 bagian yaitu :


1.              Telinga luar
2.              Telinga tengah
3.              Telinga dalam
Bagian- bagian telinga
-       Telinga luar
merupakan bagian telinga yang berguna sebagai penangkap getaran suara, yang termaksud telinga luat yaitu daun telinga, lubang  telinga dan saluran telinga laur. 
Telinga luar terdiri aurikulla ( pinna) dan kanalis auditorius esternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakaram yang dinamakan membrane timpani ( gendang telinga ). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat disis kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Orikulus membantu pengumpulan gelombang suara dalam perjalananya sepanjang kanalis auditorius esternus. Tepat didepan meatus auditorius esternus adalah sendi temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari dimeatus auditorius esternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius esternus panjangfnya sekitar 2,5 cm. sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan vibrosa padat dimana kulit terlekat. 2/3 medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit. Kanalis auditorius esternus berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa,  yang mengsekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme dari pembersihan diri telinga, mendororng sel kulit tua dan serumen dibagian telinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.


-       Telinga tengah
Bagian telinga ini terdiri dari selaput pendengaran, tulang-tulang pendengaran dan saluran eustachius. Telinga tengah tersusun atas membrane timpani ( gendang telinga) disebelah lateral dan kapsul otik disebelah medial, celah telinga terletak diantara keduanya. Membrane timpani terletak pada akhiran kanalis audotorius esternusdan menandai batas lateral telinga tengah. Membrane ini, yang diameternya sekitar 1 cm dan sangat tipis, normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen. Telingah tengah merupakan rongga berisi udara yang merupakan rumah bagi osikuli ( tulang telingah ) dan dihubungkan dengan tuba eustachii  ke nasofaring. Juga berhubungan dengan beberapa sel berisi udara dibagian mastoid tulang temporald. Telinga tengah mengandung tiga tulang terkecil ( osikuli) di tubuh yaitu maleus, inkus, dan stapes. Osikulin dipertahankan pada tempanya  oleh persendian, otot, dan ,ligament, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat) di dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam. Bagian datarn kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ditelinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan getaran suaran. Jendela bulat ditutpi oleh membrane yang sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh anolus yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Baik anolus jendela bulat maupun jendela oval sangat mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari telinga dalam akan mengalmi kebocoran ketelingta tengah, kondisi ini dinamakan vistula perilinfe. Tuba eustachii yang lebar sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga tengah ke nasovaring. Normalnya, tuba estachii selalu tertutup, namun dapat terbuka kibat kontraksi otot palatum ketika mengalami maneuver valsavah / dengan menguap atau menelan. Tuba bertindak sebagai saluran drainase untuk sekresi normal dan abnormal teling tengah dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga dng teknan atmosfer.

-            Telinga dalam
Telinga ini terdiri dari tingkap jorong, dan rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat cairan yang bergetar jika ada bunyi. Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian petrous temporal. Organ untuk pendengaran ( koklea) dan keseimbangan ( kanalis semisirkularis) , begitu juga saraf cranial VII ( nervus fasialis) dan VIII ( nervus kokleovestibuler) , semuanya merupakan dari bagian komplek anatomi ini. Koklea dan kanalis semisirkukaris bersama-sama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisirkularis- posterior, superior dan lateral- terletak membentuk sudut 90 satu sama lain dan mengandung organ reseoptor yang berhubungan dengan keseimbangan. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut :
1.         Tiga saluran setengah lingkaran
2.         Ampula
3.         Utrikulus
4.         Sakulus
5.         Koklea atau rumah siput
FISIOLOGI TELINGA

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane

 pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

B.       PENYAKIT PADA TELINGA
1. Gangguan telinga luar
-    Otalgia : rasa nyeri pada telinga.
Penyebabnya        : akibat adanya iritasi local karena banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Nyeri disebabkab oleh nyeri yang terjadi didekat sendi temporomandibularis.
-       Inpaksi serumen   : secara normal serumen dapat tertimbun dalam kanalis eksternus dan dalam jumlh dan warna yang bervariasi. Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang-kadang daapat mengalami impaksi, menyebabkan otalgia rasa penuh dalam telinga, atau kehilangan pendengaran. Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut atau alat lainnya bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan gendang telinga.
-     Benda asing          : kadang-kadang benda bisa masuk tanpa disengaja kedalam telinga yang mencoba membersihkan kanalis esternus atau mengurangi gatal. Efeknya dapat berkisar dari tanpa tanpa gejala sampai gejala nyeri berat dan penurunan pendengaran. Serangga yang memasuki telinga biasanya dapat dikeluarkan dengan meneteskan tetes telingan yang akan melunakkan serangga dan memungkinkannya terbilas.
-          Otitis eksterna       : infeksi utmanya bakteri, jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termksud air dalam kanalis audotorius eksternus( telinga perenang)
-          Otitis eksterna maligna     : bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna ( osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progesif, melemahkan bahkan terkadang fatal pada kanalis auditorius eksternus, jaringan sekitarnya, dan dasar tengkorak. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonaas Aeruginosa pada klien dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti diabetes.penanganan yang berhasil meliputi pengontrolan diabetes, pemberian antibiotika ( biasanya intravena ), dan perawatan luka local agresif. Penanganan antibiotika parenteral standar meliputi kombinasi bahan anti pseudomonas dan aminoglikosida, keduanya mempunyai potensial efek samping serius. Karena aminoglikosida serum klien dan fungsi ginjal dan auditori klien harus dipantau selama terapi. Perawatan local meliputi debridement terbatas jaringan yang terinfeksi, termasuk tulang dan kartilago, tergantung peluasan infeksi.
-          Massa ditelinga luar    :   Tampak penonjolan tulang kecil, keras dibagian tulang posterior bawah kanalis telinga yang dinamakan eksostosis. Biasanya terjadi bilateral. Kulit yang menutupinya normal. Banyak orang menganggap eksostosis disebabkan karena pemajanan terhadap air dingin, seperti pada penyelam atau atlet selancar. Tumor maligna juga dapat ditemukan ditelinga luar. Tumor yang paling banyak adalah karsinoma sel basal pada pina dan karsinoma sel skuamosa dalam kanalistelinga. Bila tidak ditangani, karsinoma sel skuamosa akan menyebar melalui tulang temporal, menyebabkan paralisis nervus fasialis dan kehilangan pendengaran. Karsinoma harus ditangani secara bedah.

2.      Gangguan Telinga Tengah
-          Perforasi membrana timpani    :   gangguan ini biasanya disebabkan oleh trauma atau infeksi. Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak, cedera ledakan, atau hantaman keras pada telinga. Perforasi yang lebih jarang, disebabkan oleh benda asing ( mis. Lidi kapas, peniti, kunci ) yang didorong terlalu dalam kedalam kanalis auditorius eksernus. Selain perforasi membrane timpani, cedera terhadap osikulus dan bahkan telinga dalam dapat terjadi akibat tindakan ini, jadi, usaha klien untuk membersihkan kanalis auditorius ekssternus sebaiknya dilarang. Selama infeksi, membrane timpani dapat mengalami rupture bila tekanan dalam telinga tengah lebih besar dari tekanan atmosfer dalam kanalis auditorius eksternus.
-          Otitis Media Akuta    :   yaitu infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama pada gangguan ini adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran penapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya ( mis. Sinusitis, hipertrofi, aadenoid ), atau reaksi alergi (mis. Rhinitis alergika ). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma adalah Streptococcus pneumoniaae, Hemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan klien kemungkinan melalui tubaeustachii akibat kontaminasisekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk melalui telinga tengah bila ada perforasi membrane timpani. Eksudat purulen biasanya da dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
-          Otitis Media Serosa ( efusi telinga tengah )   :   gangguan ini mengeluarkan cairan, tanpa bukti adanya infeksi aktif, dalam telinga tengah. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba eustachii. Kondisi ini ditemukan terutama pada anak-anak ; perlu dicatat bahwa, bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii perlu dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada klien setelah menjalani radioterapi dan barotraumas ( mis. Penyelam ) dan pada klien disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi. Barotrauma terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan barometric, seperti pada penyelam atau saat pesawat udara turun, dan cairan terperangakp didalam telinga tengah. Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa yang menderita otitis media serosa uni lateral menetap.
-          Otitis Media Kronik    :    yaitu yang berhubungan dengan patologi jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya menyebabkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hamper selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus maastoiditis akut sekarang ditemukan pada klien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ketelinga tengah. Kulit dari membrana timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialais, kehilangan pendengaran sensorineural dan atau gangguan keseimbangan ( akibat erosi telinga dalam ), dan abses otak.
-          Otosklerosis   :   ini mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan pembentukan baru tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis, yang mengakibatkan fiksasi stapes. Lebih sering pada wanita, biasanya bersifat herediter dan memberat karena kehamilan. Efisiensi transmisi suara dapat terhambat karena stapes tidak dapat bergerak dan mengahntarkan suara dari maleus dan inkus ketelinga dalam. Kondisis ini dapat mengenai satu atau kedua telinga dan muncul sebagai kehilangan pendengaran konduksi atau campuran progresif. Klien mungkin mengeluh menderita tinnitus tapi bisa juga tidak. Pemeriksaan otoskopik biasanya menemukan membrane timpani yang normal. Konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara pada uji rinne. Audiogram akan mengutkan adanya kehilangan pendengaran konduktif atau campuran, khususnya pada frekuensi rendah.
3.      Gangguan Telinga Dalam
-          Mabuk perjalanan    :    adalah gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh gerakan konstan, seperti terjadi pada penumpang kapal laut atau perahuatau ketika mengendarai komidi putar, berayun, dan atau ketika menaiki mobil. Sindrom ini bermanifestasi sendiri dengan berkeringat, pucat, mual, dan muntah yang disebabkan karena stimulasi berrlebihan vestibuler. Manifestaasi tersebut daapat menetap selama beberapa jam setelah stimmulasi berhenti. Antihistamin yang dijual bebas sering digunakan untuk menangani vertigo, seperti Dramamneatau bonine, dapat membantu mengurangi sedikit gejala. Obat kolenergik, seperti koyo skopolamin, dapat berguna dan dapat diganti setiap bebeerapa hari. Efek sampingnya berupa mulut kering dan pusing dapat timbul pada pemakaian obat ini dan ternyata lebih mengganggu dari penyakitnya sendiri. Klien harus diperingatkan untuk menghindari potensial aktivitas berbahaya sepertimengendarai mobil atau menjalankan mesin berat bila merasa pusing.
-          Penyakit meniere   :   penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang dokter perancis, Prospeer Meniere, yang pada tahun 1861 pertama kali menerangkan mengenai trias gejala ( vertigo tak tertahankan episodic, tinnitus, dan kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi ) sebagai penyakit telinga dan bukan erupakan penyakit sentral atau otak. Etologi penyakit meniere tidak diketahui namun terdapat berrbagai teori, termasuk pengaruh neuro kimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju kelabirin, reaksi alergi, damn gangguan autoimun. Beberapa ahli menyalahkan gangguan mikrovaskular ditelinga dalam sehingga terrjadi peningkatan diatas normal kadar metabolid ( glukosa, insulin, trigliserida, dan kolesterol ) dalam darah.
-          Labirinitis   :   adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi berkembang ketelinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduct koklear. Infeksi bakteri yang diseebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval. Labirintis viral merupakan diagnosis medis yang sering namun hanyya sedikit yang diketahui mengenaai kelainan ini, yang mempengaruhi keseimbangan maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah gondonggan rubela, rubeola, dan influenza. Neuritis vesbuler dapat menyebabkan gejala yang sama seperti labirintis kecuali bahwaa pendengarannya tak akan terpengaruh. Labirintis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, biasanya disertai muual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan labirintis bakterial meliputi terapi antibiotika intravena,, penggantian cairan, dan pemberian supresanvestibbuler maaupun obat aanti muntah. Pengobatan ini dinamakan sistomatik dengan mengguanakan obat anti muntah daan antiverttigo.
-          Ototksisitas   :   beberapa obat diketehui mempunyai efek buruk terhadap koklea, aparatus vestibularis, atau saraf cranial VIII. Obat intra vena, khususnya aminoglikosida, adalah yang paling sering mmenyebabkan ototksisitas dan secara jalas menghancurkan sel rambut pada organ Corti. Untuk mencegah kkehilangan pendengaran atau keseimbangan, klien yang menndapatkan obat ototoksik harus dikonsulkan mengenai tanda dan gejala efek sampinng obat tersbut. Klien yang mendapat antibiotika intravena, harus dipantau dengan audiogram dua kali seminggu selama masih mendapayt obat tersebut.
-          Neuroma Akuustik   :   adalah tumor jinak tumbuh lambat saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor ini tumbuh didaalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai kesudut serebelopontin sampai menekan batang otak. Kebanyakan neuroma akustik terjadi uni lateral kecuaali pada penykit von Rechklinghausen ( neurofibromatosis atau NF-2 ) dimaana terjadi tumor bilateral. Gejala ini sering timbul pada klien dengan neuroma akustik adalah tinnitus unilateral dan kehilangan pendengaran atau tanpa vertigo / gangguan keseimbangan. 



INDRA PENECAP
( LIDAH )

A.      ANATOMI  FISIOLOGI  LIDAH
ANATOMI LIDAH
Berikut adalah gambar dan bagian-bagian dari lidah
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-10d.jpg
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang. Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang   berkeompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila.
Terdapat empat macam papila lidah:
1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral,
2. Papila fungiformis, pada bagian anterior.
3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah.
   Ketiga papila di atas mengandung kuncup pengecap, dan
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores).Kuncup-kuncup pengecap pada semua vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf kranial
Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian kanan dan kiri lidah. Pangkal lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin.
Bagian- bagian lidah
       Lidah terletak didalam mulut yang merupakan indra
pengecap. Permukaan lidah kasar karena terdapat bintil yang disebut
papilla.Pada papilla tersebut terdapat saraf pengecap.Lidah merupakan
otot yang tebal. Pada pangkal lidah terdapat kelenjar limfa dan permukaan
lidah berlapiskan selapt yang ber lender.

Fisiologi Lidah
Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enaka atau sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, menis dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar.
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut memberi
rangsangan ke ujung ujung saraf pengecap.Rangsangan dari
makanan tersebut kemudian diteruskan ke otak.Dengan demikian
kita dapat merasakan makanan atau minuman itu

B.  Penyakit Pada Lidah
Salah satu penyakit lidah adalah kangker lidah. Penyakit ini banyak di derita oleh para perokok. Cara menghindarinya dengan berhenti merokok terutama pada perokok yang merokok cigarette, cerutu dan merokok menggunakan pipa.
Selain kanker lidah masih ada juga penyakit lidah yang lain, diantaranya sebagai berikut :
1.    Oral candidosis
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidanya tampak tertutup lapisan berwarna putih. Lapisan ini biasa dilepas saat dikerok. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.
2.    Atropic Glossitis
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidahnya yang terlihat licin dan mengkilat.  Penyakit ini biasanya muncul karena kekurangan zat besi. Tidak heran jika penyakit ini di derita oleh penyakit anemia.
3.    Geodrafic Tongue
Kondisi lidah seperti dalam peta, ada bentuk-bentuk seperti pulau, biasanya bewarna merah, akan lebih licin dn biasanya semakin parah jika diikuti dengan bintik-bintik bewarna putih tebal.
4.    Fissured Tongue
Lidah pecah-pecah kadang-kadang garisnya hanya satu ditengah dan kadang- kadang juga bercabang-cabang.
5.    Glossopyrosis
Lidahnya terasa panaas seperti terbakar. Tidak temukan gejal apapun dalam pemeriksaan, hal ini kebanyakan terjadi akibat psikomatis serta kelainan pada saraf.









INDRA PENCIUMAN
( HIDUNG )
A.       ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nerfus olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selapuit lender hidung dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarka fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut daribulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf olfaktorius terletak diatas lempeng tulang etmoidalis.
Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lender. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung :
-         Konka nasalis superior
-         Konka nasalis media
-         Konka nasalis inferior
Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus paranasalis yang terdiri dari :
-         Sinus maksalaris ( rongga tulng hidung )
-         Sinus sfenoidalis ( rongga tulng baji )
-         Sinus frontalis ( rongga nasalis inferior )
Sinus ini diliputi selaput lender. Jika terdapat peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus paranasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir keluar akan menjadi sinusitis.
FISIOLOGI PENCIUMAN
      Bau yang masuk kedalam rongga hidung akan merangsang saraf ( nervus olfaktorius ) dari bulbus olfaktorius. Indra bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pasa lobus temporalis diotak besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau uang sama untuk waktu yang cukup lama.

B.       Penyakit Pada hidung
a.       Adapun penyakit-penyakit yang biasa menyerang hidung yaitu :
1.    Epistaxis
2.    Sumbatan jalan napas bagian atas
3.    Polip hidung
4.    Salesma(cold) dan influenza(flu)
5.    Hidung yang tersumbat dan pilek
6.    Gangguan sinus(sinusitis)
7.    Peradangan hidung karena alergi (rhinitis alergica)
b.       Factor pencetus
1.      Pada Epistaxis
-            Trauma (korek korek lubang hidung dengan jari atau benda lain)fraktuk tulang hidung karna kecelakaan lalulintasatau kena tinju
-            Ada gangguan pembengkuan darah (demam berdarah, leukimia)
-            Tekanan darah tinggi( angiofibroma , karsinoma )
-            Tumor di dalam lubang hidung, apapun penyebabnya
2.      Pada sumbatan jalan napas bagian atas
-            Trauma larynx
-            Laryngitis acuta
-            Laryngitis dipterica
-            Tumor larynx
-            Corpus alineum
3.      Pada polip hidung
-            Polip hidung biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti di daerah sekitar lubang sinus pada lubang hidung. Beberapa faktor lain yang meningkatkan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sitis) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karna kelainan anatomi dan adanya pembesaran konka
4.      Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU)
-            Penyakit ini disebabkan oleh virus yang pada umumnya dapat menyebabkan dapat menyebabkn batuk, pilek, sakit leher dan kadang kadang panas atau sakit pada persendian
5.      Pada hidung yang tersumbat dan pilek
-            Terjadi karena salesma atau alergi
6.      Pada gangguan sinus
-            Infeksi / peradangan baik di daerah rongga hidung maupun tenggorokan
-            Adanya sumbatan di daerah rongga hidung seperti polip, pembesaran tulang kunka hidung, tulang hidung bengkok
-            Adanya alergi pada hidung sehingga mengakibatkan sumbatan
-            Pengaruh lingkungan pada hidung sehingga mengakibatkan hidung tersumbat
7.      Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
-            Karna adanya reaksi alergi pada hidung yang di timbulkan oleh masuknya substansi asing kedalam saluran tenggorokan
c.  Pengobatan
1.    Pada Epistaxis
tenangkan pasien dan posisikan kepala lebih tinggi dari pada jantung. Kepala dan badan condong ke depan agar darah tak tertelan, keluarkan gumpalan darah dari hidung dengan meniup pelan, tekan bagian hidung yang lunak dengan ibu jari dan telunjuk selama 5 menit. Jika setelah 5 menit epistaxis masih terjadi, tekan ulang selama 10 menit. Setelah perdarahan terhenti jaga agar posisi kepala lebih tinggi daripada posisi jantung, jangan mengorek atau meniup melalui hidung, mengangkat beban berat atau membungkuk untuk menghindari epistaxis ulang.
2.    Pada sumbatan jalan napas bagian atas
3.    Pada polip hidung
Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid (dexametasone, kartison, hidrikortison, prednison, metilprednison, fluticasone, mometasone, budesonide) kadang bisa memperkecil ukuran polip atau kadang menghilangkan
4.    Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU)
5.    Pada hidung yang tersumbat dan pilek
Dengan mengonsumsi obat flu
6.    Pada gangguan sinus
-             Hirup sedikit air garam kedalam hidung
-             Letakan kompres hangat di bagian wajah
-             Gunakan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine
-            Anti biotika seperti tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa digunakan untuk meredakan sinus
7.    Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
Gunakan antihistamin seperto chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang biasa di jual untuk mengobati mabuk jalanan

INDRA PERABA
(KULIT )
A.            ANATOMI FISIOLOGI KULIT
ANATOMI KULIT
Berikut adalah gambar kulit :

1.      pengertian
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat bagian luar yang menutupindan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan Kulit ynag terdiri dari :
1.      Epidermis
2.      Dermis
3.      Subkutis

Pembuluh darah dan saraf
-            Pembuluh darah
Pembuluh darah kulit yang terdiri dari dua anyaman pembuluh darah dan nadi yaitu :
a.     Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, ayaman ini bterdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari ayaman ini berjalan arteriole padatiap –tiap papilakori
b.     anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan subtikutis.
-            Persarafan kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik. Sedangkan saraf sensorik berguna menerima rangsangan atau kulit.
2.    Bagian-bagian kulit
1.         Rambut
Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh akar berada didalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut  batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut :
a.                   Rambut panjang dikepala, pubis, dan jenggot
b.                   Rambut pendek dilubang hidung, liang telinga dan alis
c.                   Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh
d.                  Rambut seksual dipubis dan aksila ( ketiak)
2.    Kuku
Adalah bagian-bagian sel epidermis kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Npalung kuku mendapat persarafan pembuluh darah yang paling banyak. 
3.         Kelenjar kulit
Kelenjar kulit mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan ( kelenjar keringat)
Fisiologi kulit
        Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi  lingkungan, sebagai barier infeksi,  mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit melindungi darikehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultrviolet, dan sebagai barier dari infasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit  dan merespon rngsangn raba karena banyanyan akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
            Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi fungsi tersedut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorbsi askresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan pembentukan vitamin D.

B.     Penyakit Pada Kulit
1.         Kusta
a.         Pengertian
Kusta (lepra ataumorbus haspen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. Leprae)
b.      Etiologi
m. leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obliga intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sum-sum tulang dan susunan saraf pusat. Masa membela diri M. Leprae 12-12 hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai 40 tahun.
c.       Patofisiologi
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurutsebagian besar ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung lama dan erat). Kuman mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempa implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.

Timbulnya penykit kusta pada seseorang tidak mudah sehinga tidak perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim.

Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe MB (multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat

Bila  seseorang terinfeksi M. Leprae,sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi inderminate. Dari 5%inderteminate, 30% bermanifestasi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
d.      Pengobtan
Obat yang digunakan :
a.       Pemberian obat antireaksi
-          Aspirasi 600-1200 mg yang diberikan tiap 4 jam 4-6x sehari
-          Klorokuin 3x150 mg/ hari
-          Pretnison 30-80 mg/hari , dosis tunggal pada pagi hari sesudah makan atau dapat juga diberikan secra dosis terbagi misalnya 4x2 tablet/ hari, berangsur-angsur diturunkann  5-10 mg/ 2 minggu setelah terjadi respon maksimal
b.      Oemberian analgetik dan sedative
-          Aspirasi 600-1200 mg yg diberikan tipa 4 jam, 4-6x /hari
-          Parasetamol 300-1000 mg yang diberikan 4-6x/ hari ( dewasa)
-          Antimon 2-3 ml secara selang-seling deberikan, maksimal 30 ml
2.      Herpez zoster
a.       Pengertian
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi firus farisela zoster, yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktifitas firus yang terjadi setelah infeksi primer.  Kadang-kadang infeksi primer berlangsung sublikns. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mngenai usia dewasa.
b.      Etiologi
Penyebab penyakit herpez zoster adalah reaktifasi firus farizela zestor
c.       Patofosiolgi
Virus ini berdiam diganglion susunan saraf tepid angglion kranalis kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anteriol, bagian motorik karanialis sehungga memberikan gejla-gejala motorik.
d.      Pengobatan
Obat yang digunakan :
-          Asikolofir 5x 800 mg/hari selama7 hari, sejak lesi muncul dalam 3 haro pertama karena lewat dari masa ini pengobatan tidak efektif
-          Lisoprinosin 50 mg / hari BB/ hari, dosis maksimal 3000 mg sehari.  Onat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul
3.      Dermatitis
a.       Pengertian
Dermatitik atopik ( DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamisi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema , papula, fesikel, kusta, skuama dan krulitus yang hebat bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi faktor psikologi, atau bahan kimia atau iritan.
b.      Etiologis
Terdapat stigma atopi (herediter) pada pasien berupa :
-          Alergi terhadap berbagai alergen pritein (polifalen)
-          Pada kulit dermatitis atopik terdapat perubahan suhu ( hawa udara panas dingin)
c.       Patofisiologi
Belum diketahui sdengan pasti. Pada pasien dermatitis atopik kapasit dapat untuk menghasilkan IGE secara berlebihan diturunkan secara genetik. Demikian pula defesiensi sel T penekan (superior)
d.      Pengobatan
-          Thymopentin  untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan timopentin subkutan 10 mg / dosis 1x/ hari selama 6 minggu, atau 3 x/ minggun selam 12 minggu
-          Interferon gamma dosii yang digunakan antara 50 mg – 100 mg/ m2/ hari subkutan diberikan selama 12 minggu
                       


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A. K. Muda. Kamus Lengkap Kedokteran. Penerbit Citas Media Pers Surabaya.
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Anderson Silvia Price (1996). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Andi Santoso Agustinus, Dr. (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Akademi Perawatan St. carolus, Jakarta.
Averdi Roezim Dr, (1993). Buku Pelajaran THT. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Brunner dan Sudddarth. Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
John Gibson, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Syaifuddin, Drs. H. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Oerawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: