do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 13 Februari 2016

PENGENDALIAN GULMA SECARA KULTUR TEKHNIS



Tugas makalah
PENGENDALIAN GULMA SECARA KULTUR TEKHNIS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjf1kUtfgHPTVrcwgF_x4sDvkdaEJf5lueDsg4ymQ7YTQttx9LlpJ9NYATEqbB47VbHo1rmsFI10IZmMg5iS_VOPKAiBzfJZ9P7wpd06bzblyvMuQEuI0YCxJS39GxnfIfjau-TMIrjhl5/s1600/images.jpeg
OLEH :
ROSYANI ADA (913 04 002)
WA HALIA (913 04 020)
EKA WIDI HAPSARI (913 04 048)


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA RAHA
TAHUN AKADEMIK
2014/2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.,karena atas limpahan Rahmat serta Karunia dan Hidayah-Nya lah penulis diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Adapun judul dalam makalah ini adalah “pengendalian gulma secara kultur tehnik”.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, olehnya itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya dan bagi masyarakat umumnya.

                                                                                                Raha, November 2014
                                                                                                           Penulis





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3  Tujuan Penulisan………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Memilih Lahan atau Geografis………………………………………….
2.2  Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit...
2.3  Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak disenangi (sanitasi   lapangan dan tanaman)………………………………………

BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................






BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Konsep pengendalian gulma terpadu pada dasarnya memadukan pengetahuan tentang aspek biologis dan ekologis dari gulma dan mengerti bagaimana keberadaan gulma dapat diatasi oleh kegiatan kultur teknis. Manajemen pengendalian gulma jangka panjang harus berubah dari konsep pengendalian gulma kepada konsep yang mengurangi tumbuhnya gulma dan mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman pokok. Gulma cenderung berasosiasi dengan tanaman yang mempunyai siklus hidup yang sama.Pengendalian gulma secara kultur teknis merupakan tindakan yang didasarkan pada segiekologis tanaman dan gulma. Tujuannya adalah membuat lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat bersaing dengan gulma, di lain pihak tindakanyang diterapkan tersebut dapat mengurangi atau menekan pertumbuhan gulma menjadi seminimum mungkin. Pengendalian secara kultur teknis merupakan cara yang efektif dan efisien di negara sedang berkembang yang belum menggunakan herbisida secara meluas karena harga herbisida relatif mahal.
Rotasi tanaman dengan tanaman yang mempunyai siklus hidup yang berbeda akan mengganggu asosiasi tanaman dengan gulma (Derksen et al.,2002). Pada umumnya kepadatan gulma pada tanaman monoculture lebih banyak dibandingkan dengan kepadatan gulma pada rotasi tanaman. Rotasi tanaman kanola ( Brasica rapa) dengan tanaman gandum (Triticumaestivum) mampu mengurangi kepadatan gulma sampai 50 tumbuhan per meter dibandingkan dengan monokultur tanaman gandum selama 6 tahun berturut- turut sebesar 740 tumbuhan per meter(Blackshaw, 1994a).Selanjutnya Blackshaw (1994) melaporkan bahwa kepadatan gulma Bromus tectorum (L.) tidak bertambah pada tanaman gandum (Triticum aestivum L.) yang ditanam pada musim winter dan dirotasikan dengan tanaman kanola ( Brassica napus L .), sedangkan kepadatan gulma meningkat secara cepat pada saat tanaman gandum ditanam secara monokultur.Salah satu usaha pengendalian gulma melalui kultur teknis adalah menggunakan jenis tanaman budidaya yang mempunyai daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma.
1.2            Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana pengendalian gulma secara kultur tekhnis?
1.3            Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui cara pengendalian gulma secara kultur tekhnis.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memilih lahan atau Geografis
Pada prinsipnya ini adalah memilih lahan yang tidak mengandung penyebab penyakit atau dikatakan juga “Non-Infested Soil”, atau Non-Infested Area artinya tanah atau areal yang bebas dari infeksi dari infeksi dari pathogen penyebab penyakit. Pemilihan lahan secara geografis bertujuan memilih lahan untuk menumbuhkan atau menanam suatu tanaman yang memenuhi persyaratan tumbuh yang baik terutama tanah dan iklim atau ekologinya. Baik jenis serta sifat tanahnya, topografi, kesesuaian tanah dan lain sebagainya, serta factor iklim seperti suhu, kelembapan, cahaya matahari, curah hujan, maupun tinggi tempat dari permukaan laut.
a.      Pengelolaan Tanah
Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan burung atau mati terkena cahaya matahari langsung.
Pemilihan tanah untuk penanaman di daerah setempat atau juga memilih tanah yang masih baru. Pemilihan areal yang cocok untuk penanaman suatu tanaman, dapat merupakan suatu langkah yang penting dalam menghindarkan tanaman dari organism yang tergolong kepada root infecting, artinya yang menyerang akar tanaman,.
b.      Crop Rotation
Dengan melakukan pergiliran tanaman maka pathogen-patogen tanah akan binasa atau putus siklus hidupnya karena mereka tidak ndapat tahan bersaing dengan organism tanah lainnya.
c.       Sanitasi
Sanitasi, termasuk semua tindakan yang ditujukan untuk mengeliminir atau meniadakan serta mengurangi jumlah pathogen yang ada didalam suatu lapangan pertanaman, termasuk juga mungkin di gudang penyimpanan.
Dalam prakteknya khusus sanitasi yang berhasil dilakukan antara lain adalah:
·         Membinasakan sisa-sisa tanaman yang sakit
·         Mencegah pemakaiaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang mengandung   penyebab penyakit (pathogen)
·         Desinfestasi tanah dengan pemanasan
·         Desinfektasi tanah dengan pestisida
·         Membuang tanaman yang sakit
·         Meniadakan tanaman inang penganti dan gulma sebagai inang
d.      Pemupukan
Penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi serangga hama tanaman.
e.        Irigasi
Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama tertentu. Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan peningkatan perkembangan populasi hama tanaman.
f.        Strip farming
Serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur panjang dan tanaman berumur pendek.
g.      Pemakain bibit atau benih yang tidak berpenyakit
Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:
1. Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
2. Melakukan disinfested dari bibit (biji)
3. Pembersihan benih
4. Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih
5. Kultur jaringan.
h.  Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam
Pada prinsipnya rotasi tanaman adalah mengganti tanaman dengan jenis lain yang bukan merupakan inang nematoda, sebagai contoh  untuk mengendalikan Hirchmaniella tanaman padi dapat dirotasi dengan tanaman polowija.
Menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang sifatnya monofagus (satu jenis makanan).
Adapun hama tanaman pangan yang dapat dikendalikan dengan kultur teknis antara lain: (Suharto, 2007)



1.      Hama Tanaman Padi
a.       Hama Uret (Leucopholis rorida dan Heteronychus spp.) (Coleoptera: Scarabaidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni penundaan waktu pengolahan tanah sampai sebagian besar kumbang bertelur dan mati. Hal ini akan mengurangi populasi hama pada lahan.
b.      Lalat Bibit Padi (Atherigona oryzae Malloch dan A. exigua Stein.) (Diptera: Muscidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni penundaan waktu tanam dengan tidak melakukan penanaman padipada saat kepadatan hama ini mencapai puncaknya.
c.       Hama Putih (Nymphula depunctalis- Guenee) (Lepidoptera: Pyralidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni air diupayakan jangan sampai tergenang. Umur bibit yang ditanam cukup tua sehingga lebih mampu mengurangi serangan larva. Pengeringan tanaman selama beberapa hari mampu mematikan larva.
d.      Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunb.) (Hemiptera : Coreidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni dengan tanam serentak sehingga masa pembungaan juga serentak, pembersihan gulma.
e.       Wereng Daun Hijau (Nephotettix spp.) (Hemoptera : Cicadellidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni pergiliran tanaman atau tidak menanam padi lebih dari dua kali selama dua tahun. Sumber virus dari tanaman padi maupun gulma dihilangkan dengan jalan tidak meninggalkan batang padi di sawah setelah panen. Tidak menggunakan bibit dari daerah serangan tungro. Persemaian ditutup dengan kain kassa. Bibit yang terserang dimusnahkan.
2.      Hama Tanaman Jagung
a.        Lalat Bibit Jagung (Agromyza exigua - Srein) (Diptera : Agromyzidae).
Pengendalian secara kultur teknis yakni lalat bibit aktif hanya pada musim penghujan sehingga dengan mengubah waktu tanam maka jagung dapat terhindar dari serangan lalat bibit, tanam serempak dan dengan tidak menanam pada awal musim penghujan.

2.2  Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit
a.       Pemilihan tempat
Tempat-tempat tertentu tak boleh ditanami dengan tanaman tertentu misalnya, karena adanya infeksi penyakit.
b.      Menyiapkan tanah
Pada umumnya pengarapan dan pengolahan tanah yang intensif akan menyebabkan berkurangnya penyakit tanaman yang akan ditanam.
c.       Penambahan kesuburan tanah
Mempertinggi kesuburan tanah dengan pemupukan yang seimbang akan mempertinggi ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu, terutama yang disebabkan oleh parasit-parasit lemah, seperti serangan cendawan-cendawan yang menyebabkan mati ujung/dieback
d.      Pertanaman campuran
Pertanaman campuran dapat menekan kerugian akibat serangan penyakit, karena pathogen yang sama tidak dapat menyerang kedua macam tanaman tersebut, yang berada didalam pertanaman campuran tadi. Akhirnya salah satu tanaman menjadi aman, apabila jenis tanaman lainya didalam pertanaman campuran itu terserang hebat atau berat.
e.       Pengairan (irigasi)
Tujuan dari pengairan adalah untuk membasahi tanah agar akar mudah memperoleh air dan hara makanan
f.       Penambahan bahan organic ke dalam tanah
Salah satu cara yang mudah, murah, efisien dan efektif untuk mengubah lingkungan didalam tanah adalah dengan penambahan bahan organic ke dalam tanah. .
g.      Pemeliharaan tanaman lainnya
Selama pertumbuhan tanamn, maka segala pekerjaan pengolahan atau pemeliharaan tanah dan tanamannya sendiri, secara tak langsung atau tak sengaja kita sering membantu penyebaran pathogen penyebab penyakit.
h.      Penyebaran benih atau biji yang tepat
Yang perlu diperhatikan antara lain:
·         Saat sebar
·         Mengatur rapatnya penanaman
·         Dalamnya penanaman
·         Pemberian air atau penyimpanan
Pemberian air dapat mempertinggi kelembapan tanah dan juga dapat membantu penyebaran penyakit yang soil borne. Tetapi adakalanya pula penggenangan tanah dapat dipakai untuk mengendalikan penyakit-penyakit tertentu, missal Sclerotium rolfsii pada kacang tanahdan pada sayuran lain atau pada pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nematode
j.        Penyiangan tanaman penggangu/pengendalian gulma
Pada waktu pengerjaan tanah serta pembersihan rumput-rumput atau gulma [pada areal tanaman, secara tidak sengaja kita langsung membantu penyebaran inokulum penyakit atau penyebaran inokulum penyakit penyakit atau penyebaran penyakitnya sendiri, missal penyakit mosaic [pada tembakau.
k.      Pemangkasan tanaman
Pada beberapa tanaman yang memeprlukan pemangkasan (kopi, coklat, the dan lainnya), maka bekas potangan pangkas tersebut seringkali menjadi tempat masuknya parasit luka. Oleh karena itu perlu segera dilumuri dengan ter atau creosot dan carboleneum plantarum. Misalnya kayu manis terhadap Phytopthora cinnamomi, kanker pada jeruk (Diplodia natalensis), dan lain sebagainya.
l.        Pemungutan hasil
Untuk mencengah kerusakan hasil, maka waktu pemungutan, haruslah hati-hati dan tepat pada waktunya.

2.3  Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak disenangi (sanitasi   lapangan dan tanaman)
1.      Mengatur penyiangan gulma dan tanaman-tanaman pembantu
Gulma dan tanaman penutup tanah yang terlalu tinggi akan mempertinggi kelembapan udara disekitar tanaman, sehingga dapat menyebabkan atau membantu serangan pada bagian bawah akar tanaman, misalnya penyakit kanker bidang sadapan pada karet yang disebabkan oleh Phytopthora faberi yang disebabkan oleh cendawan Ceratostomella fimbriata.
2.      Membongkar tanaman inang penganti lainya
Banyak penyebab penyakit yang dapat mempertahankan diri pada tanaman inang penganti lainya, baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar.
3.      Membinasakan tanaman yang sakit
Membinasakan tanamn yang sakit, segera setelah gejalanya tampak, dapat mengurangi sumber infeksi bagi tanaman lainnya yang masih sehat: berarti menghambat meluasnya penyakit.
4.      Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang sakit
Sebenarnya tak banyak berbeda dengan memusnahkan tanaman yang sakit, hanya disini sebagian saja dari tanaman yang memperlihatkan gejala itu yang dimusnahkan atau dibuang. Misalnya dahan atau ranting jeruk yang sakit kanker oleh Diplodia natalens dan banyak macam tanaman berbentuk pohon-pohonan lainya yang diserang oleh cendawan rumah laba-laba Corticium salmonicolor, yang terkenal dengan jamur upas.

5.      Pencegahan dan tindakan kultur teknis lain
Intensitas penyakit dan kepekaan tanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis pupiuk Nitrogen. Penyakit karat dan embun tepung akan diransang oleh Nitrogen yang berasal dari NO3 (nitrat) tetapi dihambat oleh pupuk Nitrogen yang berasal dari NH4 (ammonium), sebaliknya pupuk NHP (ammonium) pada varietas padi yang peka akan menambah timbulnya penyakit balst Pyricularia oryzae.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini. 
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama.  








                                                                                                      



DAFTAR PUSTAKA
            Anonim.2008.Teknik Pengendalian Hama Tanaman. <http://bankresep.com/blog/teknik-pengendalian-hama tanaman/>. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Anonim. 2009. Pengendalian Hama Tanaman. <http://www.kiwod.com/tag/pengendalian-hama-secara-kultur-teknis/>. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Suharto. 2007. Pengenalan & Pengendalian Hama Tanaman Pangan. ANDI, Yogyakarta. 










Tidak ada komentar: