do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 13 Februari 2016

MAKALAH USAHA KRIPIK SINGKONG



PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak orang yang ingin membuat acara atau kegiatan secara simpel dan efisien. Contohnya dalam hal penyiapan makanan dan hidangan. Biasanya mereka lebih memilih untuk memesan makanan dari pada membuatnya sendiri dengan alasan pertimbangan waktu dan tenaga walaupun memang sedikit mahal.
Dalam memulai usaha dalam bidang apapun, maka yang pertama kali harus diketahui adalah peluang pasar dan bagaimana menggaet order, Bagaimana peluang pasar yang hendak kita masuki dalam bisnis kita dan bagaimana cara memperoleh order tersebut. Yang kedua adalah kita harus mampu menganalisa keunggulan dan kelemahan pesaing kita dan sejauh mana kemampuan kita untuk bersaing dengan mereka baik dari sisi harga, pelayanan maupun kualitas. Yang ketiga adalah persiapkan mental dan keberanian memulai. Singkirkan hambatan psikologis rasa malu, takut gagal dan perang batin antara berkeinginan dan keraguan. Jangan lupa harus siap menghadapi resiko, dimana resiko bisnis adalah untung atau rugi. Semakin besar untungnya maka resikonya pun semakin besar. Yang terpenting adalah berani mencoba dan memulai. Lebih baik mencoba tetapi gagal dari pada gagal mencoba.

HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. 1.      Deskripsi Industri Pengolahan Kripik Singkong
Industri pengolahan singkong yang sudah berkembang di beberapa wilayah di Kabupaten Karanganyar adalah industri kripik singkong. Pada umumnya industri kripik singkong dikelola sebagai industri rumah tangga. Sampai saat ini belum tersedia data yang pasti tentang perkembangan jumlah dan produksi industri kripik singkong di kabupaten Karanganyar.
Salah satu industri kripik singkong berada di Desa Padamara yang mulai beroperasi sejak tahun 2003. Usaha pembuatan kripik singkong berdiri atas inisiatif sendiri dan dikelola oleh kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 8 orang. Dalam proses produksinya, anggota kelompok tersebut juga berperan sebagai tenaga kerja. Sejak mulai berproduksi, industri kripik singkong di Desa Padamara sudah pernah memperoleh pembinaan dari instansi terkait. Fasilitas alat pengolah yang digunakan masih sederhana, kecuali alat  perajang singkong yang dioperasikan dengan energi listrik.
  1. 2.      Ketersediaan Bahan Baku
Sumber pengadaan bahan baku singkong diperoleh dari pasar terdekat di luar kecamatan. Bahan baku singkong dibeli dari pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai pemasok tetap (langganan).
Dilihat dari kontinuitas bahan baku, ketersediaan singkong fluktuatif sesuai dengan musimnya. Ada waktu-waktu tertentu dimana produksi singkong berlimpah dan ada saat dimana produksi singkong kurang. Pada musim hujan yaitu antara bulan November sampai Maret, ketersediaan singkong di pasar cukup banyak. Dengan mulai turunnya hujan pada bulan November, petani mulai melakukan panen singkong dan mempersiapkan lahannya untuk komoditas utama di musim hujan. Kondisi ini berlangsung sampai dengan bulan Maret. Sementara itu pada bulan April dan Mei, produksi singkong mulai berkurang. Pada bulan Juni sampai Oktober, ketersediaan singkong relatif sedikit.
Dalam ekonomi berlaku hukum dimana pada saat suplai tinggi maka harga yang berlaku akan rendah, dan sebaliknya. Hukum ekonomi ini berlaku juga untuk komoditi singkong, pada bulan-bulan produksi singkong berlimpah akan menyebabkan harga singkong turun sampai mencapai Rp 10.000/karung. Harga Singkong tertinggi yaitu Rp 25.000/karung terjadi pada bulan Juni – Oktober. Dengan demikian harga singkong dapat digunakan sebagai indikator ketersediaan singkong di pasaran
  1. 3.      Analisa Kelayakan Pengolahan Kripik Singkong
Kapasitas produksi pengolahan kripik singkong rata-rata 10 karung bahan baku per 5 hari, atau sekitar 500 kg singkong. Dalam satu tahun, produksi singkong dilakukan selama 9 bulan, 3 bulan yaitu bulan Agustus – Oktober tidak berproduksi. Hal ini disebabkan pada bulan Agustus – Oktober sedang musim panen tembakau dan semua tenaga kerja termasuk pembuat kripik singkong ikut bekerja sebagai buruh rajang tembakau. Upah buruh rajang tembakau relatif tinggi yaitu Rp 40.000/HOK, sehingga tenaga kerja lebih tertarik bekrja sebagai buruh rajang tembakau.
Tabel 1 memperlihatkan analisa biaya dan keuntungan pengolahan kripik singkong selaam satu bulan di Desa Padamara. Dalam sekali proses produksi dibutuhkan 50 karung bahan baku singkong  untuk menghasilkan 120 bal kripik singkong, dalam satu bulan rata-rata dilakukan 5 kali proses produksi.
Biaya pengolahan kripik singkong terdiri dari penyusutan alat dan biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan Rp 3.335.625 (Tabel 1). Pangsa biaya terbesar pembelian bahan yang mencapai 56 persen. Total pendapatan yang diperoleh Rp 5.400.000. Dengan demikian usaha pengolahan kripik singkong memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.064.375/bulan. Usaha kripik singkong menguntungkan dan layak dilakukan dengan nilai B/C sebesar 0,62.
Untuk melihat kemampuan usaha dalam mengembalikan atau menutupi seluruh modal yang diinvestasikan digunakan ukuran ekonomi Pay Back Period. Dalam analisa ini diperoleh nilai Pay Back Period 1,62 artinya untuk dapat menutup kembali biaya yang investasi yang dikeluarkan adalah 1,62 periode produksi. Untuk mengukur kemampuan modal dalam menghasilkan keuntungan bersih digunakan Rate of Return on Investment (ROI). Nilai ROI yang diperoleh dalam usaha pengolahan kripik singkong 61,89 persen, artinya setiap Rp 100.000 modal yang diinvestasikan menhasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 61.890.

Tabel 1.           Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa Padamara Kabupaten Karanganyar, 2012
No
Uraian
Satuan
Volume
Harga/satuan (Rp)
Nilai
(Rp)
Persen
I.
Penyusutan Alat






Perajang singkong
Buah
1
21.667
21.667
0,40

Bak
Buah
4
625
2.500
0,05

Tenggok
Buah
2
833
1.667
0,03

Wajan
Buah
3
1.458
4.375
0,08

Saringan minyak
Buah
2
417
833
0,02

Plastik karung
Lembar
2
1.250
2.500
0,05

Pisau
Buah
3
417
1.250
0,02

Tungku tanah
Buah
1
8.333
8.333
0,15





43.125
0,80
II.
Biaya Variabel






1. Bahan :






Singkong
Karung
10
10.000
500.000
9,26

Minyak goreng
Liter
300
4.900
1.470.000
27,22

Garam
Bungkus
5
1.000
5.000
0,09

Margarin
Bungkus
15
6.000
90.000
1,67

Plastik pengemas
Pak
20
13.500
270.000
5,00

Plastik bal
Pak
5
28.000
140.000
2,59

Logo
Lembar
375
100
37.500
0,69

Kayu bakar
Ikat
100
5.000
500.000
9,26





3.012.500
55,79

2. Tenaga Kerja :






Mengupas
HOK
10
7.000
70.000
1,30

Merajang
HOK
5
7.000
35.000
0,65

Menggoreng
HOK
5
7.000
35.000
0,65

Pengemasan
HOK
20
7.000
140.000
2,59





280.000
5,19

JumlahBiaya Variabel



3.292.500
60,97
III.
Total biaya



3.335.625
61,77
IV.
Produksi
Bal
600
9.000
5.400.000
100,00

Keuntungan



2.064.375
38,23

B/C Ratio



0,62


Payback period



1,62


ROI



61,89

Sumber : Data primer diolah, 2012

Titik impas (BEP) dicapai pada saat keuntungan sama dengan nol atau total biaya sama dengan total penerimaan atau nilai produksi. Analisis titik impas dapat dilakukan untuk mengetahui titik impas produksi maupun titik impas harga. Hasil analisis diperoleh titik impas produksi sebesar 370 bal/bulan, sedangkan titik impas harga sebesar Rp 5.559/bal. Artinya pada tingkat harga kripik singkong Rp 9000/bal, selama produksi berada di atas 370 bal/bulan maka usaha kripik singkong layak dilakukan. Sebaliknya pada tingkat produksi 600 bal/bulan, selama harga berada di atas Rp 5.559/bal maka usaha pengolahan kripik singkong layak dilakukan.
  1. 4.      Aspek Pemasaran
Pemasaran kripik singkong dari Desa Padamara masih terbatas pada pemasaran dalam desa dan daerah di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran kripik singkong adalah agen penyalur dalam hal ini dilakukan oleh tukang ojek dan kios pengecer. Tukang ojek sebagai penyalur masing-masing mempunyai wilayah pemasaran dan pengecer langganan. Kegiatan ini merupakan pekerjaan sampingan tukang ojek dan memberikan pendapatan tambahan.
Produsen
kripik singkong

Penyalur /
tukang ojek

Pengecer

Konsumen
Rantai pemasaran kripik singkong dari produsen ke konsumen relatif pendek (Gambar 1). Dari gambar ini ditunjukkan bahwa produsen menjual kripik kepada kios melalui penyalur, dan selanjutnya kios menjual kripik kepada konsumen.
Gambar 1.       Rantai Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen di Desa Padamara sampai Konsumen di Kabupaten Karanganyar, 2012
Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk menelaah efisiensi pemasaran. Satuan transaksi yang digunakan dalam analisa marjin pemasaran seperti disajikan dalam Tabel 2 adalah bal. Harga yang diterima produsen sebesar Rp 9.000/bal kripik atau 60 persen dari harga konsumen. Total marjin pemasaran sebesar 40 persen merupakan biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran masing-masing sebesar 0,67 persen dan 39,33 persen. Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pemasaran kripik singkong efisien terlihat pangsa harga produsen (60%) yang lebih tinggi dibandingkan pangsa marjin pemasaran (40%).



Tabel 2.  Marjin Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen sampai Konsumen di Kabupaten Kabupaten Karanganyar, 2012
No.
Uraian
Harga/Biaya
(Rp)
Persentase1)
(%)

Harga jual produsen2)
9.000
60,00

Penyalur/tukang ojek


1.
Harga beli
9.000
60,00
2.
Biaya pemasaran
100
0,67
3.
Keuntungan penyalur
900
6,00
4.
Marjin pemasaran
1.000
6,67
5.
Harga jual
10.000
66,67





Kios makanan/pengecer 2)


1.
Harga beli
10.000
66,67
2.
Biaya pemasaran
0
0,00
3.
Keuntungan pengumpul kabupaten
5.000
33,33
4.
Marjin pemasaran
5.000
33,33
5.
Harga jual/harga beli konsumen
15.000
100,00

Volume pemasaran/bulan3)
600


Total keuntungan pedagang/bulan4)
3.540.000

Sumber : Data primer diolah, 2012
Keterangan :
1.      Persentase dari harga jual pengecer/harga beli konsumen
2.      Per  bal  kripik singkong
3.      Satuan volume pemasaran adalah bal
4.      Total keuntungan penyalur dan pengecer selama sebulan

  1. 5.      Fungsi Industri Pengolahan
Rantai agribisnis terdiri dari beberapa komponen berupa sub-sistem yang saling terkait dan merupakan suatu kesatuan yang satu sama lain saling mempengaruhi. Salah satu sub-sistem tersebut adalah pengolahan hasil.Sebagai bagian dari sistem agribisnis, pengolahan hasil secara langsung terkait dengan sub-sistem produksi, sub-sistem pemasaran dan sub-sistem jasa angkutan. Adanya industri pengolahan akan menggerakkan sub-sistem terkait tersebut dan secara tidak langsung menggerakkan sub-sistem lainnya seperti sub-sistem saprodi. Sebaliknya keberadaan industri pengolahan tergantung kepada sub-sistem yang lain.
Industri pengolahan khususnya pengolahan kripik singkong mempunyai peran dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah. Tenaga kerja yang terserap dalam pengolahan singkong mulai dari petani, ibu rumahtangga, pedagang makanan dan kios makanan. Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek dan kios makanan per bulan dari industri kripik singkong masing-masing sebesar Rp 2.064.375; Rp 3.000.000 dan Rp 540.000.

  1. 6.      Hal-Hal lain yang mendukung pendampingan perusahaan kripik singkong.
a)      Hambatan
1.Sering mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen untuk jumlah yang besar.
2.Kesulitan dalam pengolahan dikarenakan cuaca yang tidak menentu.
3.Pengolahan yang memerlukan waktu yang panjang.
4.Pesaing yang terlalu banyak.

b)      Manfaat yang saya peroleh
1. Dapat mengetahui bagaiman usaha pembuatan kripik singkong bahkan sampai dengan cara pemasarannya.
2. Dapat mengetahui cara-cara menark konsumen.
3. Menambah pelajaran saya tentang dunia bisnis dimana dalam kita melakukan dunia bisnis kita harus sabar, ulet dan harus ada rasa saling percaya karena itu merupakan modal yang berarti dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis
c)      Saran
  1. Menambah jenis menu untuk meningkatkan variasi menu yang ada
  2. Menambah modal dengan meminjam di koperasi atau bank
  3. Menambah jumlah karyawan sehingga mempermudah saat ada pesanan dalam jumlah besar.

Kesimpulan
1.      Dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan potensi sumber daya manusia yang ada, usaha pengolahan kripik singkong layak dilakukan
2.      Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi daerah, industri pengolahan kripik singkong telah memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan baik dalam penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran.
3.      Peningkatan pendapatan rumahtangga dari pengolahan kripik singkong sebesar Rp 2.064.375 per bulan. Disamping itu industri pengolahan mampu meningkatkan pendapatan lembaga pelaku pemasaran seperti tukang ojek dan kios makanan.

Tidak ada komentar: