MEMBANGUN
JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut David Mc Clelland, negara yang mempunyai banyak
entrepreneur ( wirausaha ) adalah negara yang perekonomiannya mempunyai potensi
yang cepat untuk maju dan menjadi negara yang makmur. Oleh karena itu apabila
pembelajaran entrepreneuship tidak ada dalam agenda nasional sebuah Negara,
cita-cita untuk lepas dari kemiskinan dan bangkit meraih kemakmuran hanyalah
utopia. Suatu negara akan makmur apabila mempunyai sedikitnya 2 persen entrepreneur
dari jumlah penduduk.
Menurut Ciputra, Indonesia hanya memiliki sekitar 400.000
entrepreneur, atau sekitar 0,18 persen dari populasinya. Sehingga Indonesia
masih memerlukan 12 kali entrepreneur lebih banyak dari yang ada sekarang ini.
Sekolah atau pendidikan menjadi tempat yang sangat strategis
untuk menumbuhkan bakat wirausaha. Beberapa alasan sekolah formal dapat
menumbuhkan bakat wirausaha, yaitu : Pertama, sekolah adalah lembaga
pendidikan yang sangat dipercaya masyarakat untuk masa depan yang lebih baik. Kedua,
jaringan sudah ada di seluruh pelosok negeri. Ketiga, melalui sekolah
juga bisa menjangkau dan mempengaruhi keluarga anak didik ( Dr. Riant Nugroho,
2009).
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah formal di bawah
Departemen Pendidikan nasional, mempunyai tujuan antara lain adalah
menghasilkan tamatan yang siap memasuki lapangan kerja secara mandiri sebagai
wirausaha ( entrepreneur ). Dengan usia siswa yang rata-rata masih dalam masa
yang produktif untuk menerima ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di
dalamnya ilmu wirausaha, maka SMK menjadi sangat penting dalam menyiapkan
tamatan yang siap berwirausaha.
Untuk itu, karakteristik wirausaha di SMK perlu dikondisikan
baik melalui jalur kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.
Sehingga diharapkan dengan kondisi lingkungan yang menerapkan karakteristik
wirausaha, siswa menjadi terbiasa untuk menerapkannya dan pada akhirnya akan
menjadi karakter kepribadian siswa.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis menyusun rumusan masalah :
Bagaimanakah menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SMK melalui pembiasaan penerapan
karakteristik wirausaha di sekolah ?.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan
tamatan Sekolah Menengah Kejuruan yang siap untuk berwirausaha.
2. Mengembangkan
Sekolah Menengah Kejuruan yang dapat menjadi tempat pembiasaan penerapan
karakteristik wirausaha.
3. Dapat
meningkatkan derajat kemakmuran bagi masyarakat luas.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat
Kewirausahaan
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif. Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan
“Entrepreneurship”, dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yang
adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian suatu bangsa.
Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan
gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang
dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Menurut Marzuki Usman, pengertian wirausahawan dalam konteks
manajemen adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya,
seperti finansial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu
produk baru, bisnis baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi.
Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang
meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan
kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Sedangkan menurut Sri Edi Swasono,
dalam konteks bisnis, wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua
pengusaha adalah wirausahawan. Wirausahawan adalah pionir dalam bisnis,
inovator, penanggung resiko, yang memiliki visi ke depan dan memiliki
keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha ( Sumarsono, 2009).
Menurut Thomas Zimmerer dan Norman M. Scarborough dalam
Riant Nugroho (2009), entrepreneur ( wirausaha ) sebagai seorang yang
menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan
memnggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat,
kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup ( Sumarsono, 2009).
Adapun karakteristik wirausaha yang berhasil adalah sebagai
berikut :
1. Inisiatif,
yaitu melakukan sesuatu sebelum diminta atau terdesak keadaan.
2. Asertif,
yaitu menghadapi masalah secara langsung dengan orang lain. Meminta orang lain
mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan.
3. Melihat
dan bertindak berdasarkan peluang, yaitu menangkap peluang khusus untuk memulai
bisnis baru, mencari dukungan keuangan, lahan, ruang kerja dan bimbingan
4. Orientasi
efisiensi, yaitu mencari dan menemukan cara untuk mengerjakan sesuatu dengan
lebih cepat atau dengan lebih sedikit biaya.
5. Perhatian
pekerjaan dengan kualitas tinggi, yaitu keinginan untjuk menghasilkan atau
memasarkan produk atau jasa dengan kualitas tinggi.
6. Perencanaan
yang sistematis, yaitu menguraikan pekerjaan yang besar menjadi tugas-tugas
atau sasaran-sasaran kecil, mengantisipasi hambatan dan menilai alternative.
7. Pemantauan,
yaitu mengembangkan atau menggunakan prosedur untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan atau sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
8. Komitmen
terhadap pekerjaan, yaitu melakukan pengorbanan pribadi atau bisnis yang luar
biasa untuk menyelesaikan pekerjaan. Menyingsingkan lengan bersama karyawan dan
bekerja di tempat karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan.
9. Menyadari
pentingnya dasar-dasar hubungan bisnis, yaitu melakukan tindakan agar tetap
memiliki hubungan dekat dengan pelanggan. Memandang pribadi sebagai sumber
bisnis. Menempatkan jasa baik jangka panjang di atas keuntungan jangka pendek
(Riant Nugroho, 2009)
Karakteristik wirausaha merupakan bagian dari pendidikan
kecakapan hidup ( life skills). Life skills dalam pendidikan kewirausahaan
adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting
dimiliki oleh siswa sehingga mereka dapat hidup mandiri sebagai wirausahawan.
Maka empat prinsip penting dalam menjalankan pembelajaran kewirausahaan sebagai
life skills tidak boleh ditinggalkan, yaitu Learning to know (belajar untuk
mengetahui kewirausahaan), learning to do (belajar untuk melakukan kegiatan
wirausaha), learning to be (belajar untuk mempraktekkan kegiatan wirausaha),
and learning to live together (belajar untuk bersama dengan yang lain dalam
interaksi sosial dalam berwirausaha). Belajar kewirausahaan bukan hanya sekedar
mengajari bagaimana siswa dapat membuat kemudian menjual, melainkan memberikan
pengalaman dan kecakapan langsung bagaimana merancang dan mengelola sebuah
usaha secara utuh (Anonim, 2009)
Pelaksanaan life skill kewirausahaan di SMK dapat dilaksanakan
melalui pendekatan : 1). reorientasi pembelajaran, 2). pengembangan budaya
sekolah, pengembangan manajemen sekolah dan hubungan sinergis dengan
masyarakat.
Melalui reorientasi pembelajaran pada prinsipnya bagaimana
mensiasati kurikulum yang berlaku agar kewirausahaan dapat ditumbuhkan secara
terprogram. Yaitu dengan mengkaitkan topik diklat dengan karakteristik
wirausaha akan mendorong pembelajaran lebih kontekstual dengan kehidupan
bermasyarakat dan realistik, karena itulah memang yang diperlukan ketika siswa
bekerja di masyarakat.
Dalam kaitanya dengan pengembangan budaya sekolah,
pembelajaran kewirausahaan di sekolah perlu diaitkan dengan sikap dan perilaku
seperti : disiplin diri, tanggung jawab, kerjakeras, semangat untuk belajar dan
menemukan cara kerja yang lebih baik, peduli lingkungan dan lain sebagainya.
Dengan demikian warga sekolah harus memahami hal-hal tersebut , kemudian
menjadikannya sebagai nilai-nilai kehidupan dan mewujudkanya dalam perilaku
keseharian.
Jika sikap-sikap tersebut menjadi nilai kehidupan dan
terwujud dalam kehidupan keseharian di sekolah, secara bertahap akan diikuti
oleh siswa dan pada akhirnya menjadi kebiasaan sehari-hari. Dengan demikian
jika siswa ingin menumbuhkan sikap wirausaha, maka perilaku tersebut harus menjadi
bagian dari budaya sekolah. Artinya dalam pengelolaan sumber daya, sekolah
harus menerapkan prinsip-prinsip wirausaha.
Dalam hal manajemen sekolah, rintisan unit produksi pada SMK
perlu dikembangkan. Unti produksi diharapkan dapat menjadi pemicu berkembangnya
iklim kewirausahaan di sekolah. Bekerjasama dengan instansi atau unit kerja
lain di luar sekolah perlu dikembangkan, untuk wahana belajar para pengelola
unit produksi, sekaligus belajar bersinergi dengan unit usaha atau orang lain
(Anonim, 2003).
Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu
dipelajari. Kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui
proses pendidikan. Seseorang yang menjadi wirausahawan adalah mereka yang
mengenal potensi dirinya dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap
peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Adapun pola
pemelajaran kewirausahaan adalah :
1. Pembukaan
Wawasan, dilakukan melalui kegiatan seperti: ceramah, diskusi, mengundang
lulusan SMK yang berhasil, mengundang wirausahawan yang berada di sekitar
sekolah agar menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang pernah mereka alami
atau mengunjungi perusahaan, melalui pengamatan langsung melalui pemagangan
atau studi banding.
2. Penanaman
Sikap
Penanaman
sikap dilakukan melalui pembiasaan dan pemberanian melakukan sesuatu.
Kadang-kadang harus melalui “tekanan”, “keterpaksaan” dalam arti positif antara
lain dengan cara pemberian batas waktu (deadline)
3. Pembekalan Teknis
Bertujuan memberi bekal teknis dan bermanfaat bagi perjalanan hidup anak didik, bukan ilmu yang muluk-muluk
Bertujuan memberi bekal teknis dan bermanfaat bagi perjalanan hidup anak didik, bukan ilmu yang muluk-muluk
4. Pembekalan pengalaman awal
Bertujuan mendorong anak didik berani “melangkah”, merasakan kenikmatan keberhasilan dan belajar dari pahitnya kegagalan ( Sumarsono, 2009 ).
Bertujuan mendorong anak didik berani “melangkah”, merasakan kenikmatan keberhasilan dan belajar dari pahitnya kegagalan ( Sumarsono, 2009 ).
Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu
selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui
upaya pendidikan. Kewirausahaan pada dasarnya merupakan nilai-nilai kehidupan.
Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History Of Western Education yang
dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah
proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai,
proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai.
Nilai-nilai yang akan ditransformasikan dalam pendidikan
mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan
teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Terkait dengan karakter
wirausaha, nilai-nilai yang perlu ditransformasikan dalam pendidikan khususnya
pendidikan non formal antara lain: kejujuran, kedisiplinan, Nilai-nilai yang
ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan
kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka, disinilah pendidikan
akan berlangsung dalam kehidupan ( Anonim, 2009)
Agar proses transformasi tersebut berjalan lancar, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan,
antara lain :
- Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik. Hubungan edukatif ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang diliputi kasih sayang, sehingga terjadi hubungan yang didasarkan atas kewibawaan. Hubungan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan antara subyek dan subyek.
- Adanya metode pendidikan yang sesuai. Sesuai dengan kemampuan pendidik, materi, kondisi peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kondisi lingkungan di mana pendidikan tersebut berlangsung.
- Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhuan. Sarana tersebut harus didasarkan atas pengabdian pada peserta didik, harus sesuai dengan stiap nilai yang ditransformasikan.
Adanya suasana yang memadai, sehingga proses transformasi
nilai-nilai tersebut berjalan wajar, serta dalam suasana yang menyenangkan.
Adapun beberapa nilai kewirausahaan yang perlu mendapat perhatian dalam program
pendidikan antara lain: kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri,
potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, kesesuaian, setia, dapat dipercaya,
hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan
murah hati. (Prasetyo, 2009).
B. Kedudukan
SMK dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,
pasal 26 ayat 3 bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2007, tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SMK/MAK antara lain
bahwa menguasai
kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan
dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.
Dari ketentuan peraturan tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa SMK mempunyai tujuan agar lulusanya pada akhirnya siap
memasuki lapangan kerja dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Dalam konteks siap memasuki lapangan kerja adalah sebagai tenaga kerja
tingkat menengah untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja, maupun secara mandiri
berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
tahun 2007 tentang Standar Isi, bahwa struktur kurikulum SMK mencakup antara
lain mata pelajaran kewirausahaan dengan jumlah 192 jam. Standar Kompetensi
Lulusan pada mata pelajaran kewirausahaan adalah :
1. Mampu
mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari,
terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya
2. Menerapkan
sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakatnya
3. Memahami
sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya
4. Mampu
merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya
Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan
sistem ganda. Dimana proses pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi tidak hanya dilaksanakan oleh satuan pendidikan SMK, akan tetapi juga
melibatkan dunia usaha dan industri. Beban belajar SMK/MAK meliputi kegiatan
pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia
usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu
Dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK juga terdapat
kelembagaan yang dinamakan Unit Produksi. Penyelenggaraan Unit Produksi adalah
pembentukan wadah kegiatan produktif di sekolah yang bertujuan untuk membantu
meningkatkan kegiatan belajar berproduksi nyata bagi siswa, sehingga dapat
berproduksi sesuai standar dunia kerja serta dapat menanamkan jiwa berbisnis,
dan sekaligus membantu sumber dana sekolah.
Tujuan diadakan unit produksi adalah sebagaimana tercantum
dalam Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, Pasal 29, ayat (2), yaitu :
1. Memberi
kesempatan kepada siswa dan guru mengerjakan pekerjaan praktik yang
berorientasi pada pasar.
2. Mendorong
siswa dan guru dalam hal pengembangan wawasan ekonomi dan kewirausahaan.
3. Memperoleh
tambahan dana bagi penyelenggaraan pendidikan
4. Meningkatkan
pendayagunaan sumberdaya pendidikan yang ada di sekolah.
5. Meningkatkan
kreativitas siswa dan guru.
C. Pengintegrasian
Nilai-Nilai Wirausaha ke dalam Mata Pelajaran
Integrasi atau pengintegrasian adalah usaha sadar dan
terencana (terprogram) guru, dengan tujuan memadukan (tujuan antara)
nilai-nilai kewirausahaan ke dalam semua mata diklat (lintas rumpun), dalam
proses pemelajaran sehingga terjadi internalisasi dan personalisasi
(mempribadi) nilai-nilai kewirausahaan untuk diketahui, dipahami, dihayati dan
dilaksanakan (in action) secara tetap (konsisten).
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan sejalan dengan
konsep Kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pada kemampuan melakukan
(kompetensi) berbagai tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya berupa penguasaan seperangkat kompetensi tertentu, sebagai gabungan
pengetahuan, keterampilan, nilai sikap dan minat sebagai hasil belajar yang refleksinya
adalah berupa kebiasaan berpikir dan bertindak ekonomis ketika menghadapi
masalah.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan hendaknya
memperhatikan potensi lokal daerah masing-masing, sesuai dengan lokasi/tempat
siswa tinggal. Pertimbangan lain adalah heterogenitas latar belakang siswa,
seperti kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan usia tingkat perkembangan
siswa, yang pada gilirannya siswa akan memiliki jiwa berwirausaha dan memiliki
kesadaran tinggi untuk mengaktualisasikan potensinya secara cerdas dalam
kehidupan bermasayarakat.
Pengintegrasian mata diklat kewirausahaan hendaknya
menekankan pembentukan jiwa wirausaha yang terkandung dalam materi ajar yang
sedang dibahas, sehingga guru tidak perlu mencari bahan khusus guna pembentukan
jiwa wirausaha dalam mata diklat yang diajarkan.
Dalam pemelajaran kewirausahaan, peranan guru sangat penting
dan menentukan. Secara metodologis sulit untuk dijelaskan, namun kreatifitas
guru merupakan model terbaik bagi siswa. Mengajak siswa mempraktekkan nilai-nilai
kewirausahaan, merupakan contoh konkrit bagi guru dalam mengimplementasikan
nilai-nilai kewirausahaan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pemelajaran nilai-nilai kewirausahaan yang diintegrasikan ke
dalam mata diklat tertentu menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar adalah materi ajar yang berasal dari berbagai sumber dalam mata
diklat tertentu tersebut yang memenuhi kriteria edukatif, dan tetap menekankan
pada kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal serta tetap
mengacu pada ketuntasan belajar siswa.
Kegiatan inti untuk menarik perhatian siswa sehingga
termotivasi aktif dan kreatif, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Nilai-nilai
kewirausahaan yang diintegrasikan pada mata diklat tertentu dikaitkan dengan
apa yang sudah dipahami dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara langsung maupun tidak langsung (pemelajaran konstektual).
2. Memberikan
kebebasan dan bimbingan kepada siswa dalam memahami (konseptualisasi) materi
nilai-nilai kewirausahaan yang sedang dibahas (pemelajaran pencapaian konsep
dan konstruktivime)
3. Mengupayakan
penciptaan kegiatan yang memungkinkan siswa bekerjasama, kolaborasi dalam
memahami nilai-nilai moralitas yang sedang dibahas (pemelajaran kooperatif)
4. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencobakan atau menerapkan materi yang telah
dipelajari.
5. Menggunakan
berbagai media pemelajaran guna memfasilitasi siswa dalammempertajam dan
memahami nilai-nilai kewirausahaan yang sedang dipelajari.
6. Memelihara
kedisiplinan dan tanggungjawab siswa selama proses pemelajaran, sekaligus
menghindari kegiatan yang berdampak membosankan, mengendurkan semangat belajar
dan berakhir dengan gangguan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
7. Pemelajaran
diarahkan untuk membiasakan siswa melakukan observasi cermat terhadap realitas
kehidupan sekitar (lokal, regional, nasional dan global)
8. Guru
selalu menajadi teladan dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam
mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan yang seharusnya dilakukan (
Sumarsono, 2009
BAB
III. PEMBAHASAN
Sikap dan perilaku wirausaha menjadi sangat penting dalam
kehidupan masyarakat. Sikap dan perilaku wirausaha akan tumbuh dan berkembang,
manakala karakteristik dari pribadi wirausaha telah terinternalisasi dengan
kokoh dalam pribadi setiap siswa. Sehingga dengan terinternalisanya
karakteristik wirausaha akan melahirkan sikap dan perilaku wirausaha, yang pada
akhirnya akan dapat melahirkan generasi-generasi wirausaha yang semakin banyak.
Hal ini harus terus menjadi perhatian, karena bangsa Indonesia masih sangat
banyak membutuhkan wirausaha-wirausaha guna meningkatkan kemakmuran rakyat.
Dalam upaya melahirkan wirausaha yang tangguh, pendidikan (
sekolah ) menjadi salah satu institusi yang mempunyai peranan yang sangat
penting. Karena sekolah diharapkan dapat mentranformasikan karakteristik
wirausaha kepada siswanya. Terlebih Sekolah Menengah Kejuruan, yang mempunyai
tujuan utama yaitu untuk menghasilkan tamatan yang siap untuk memasuki lapangan
kerja, baik secara mandiri maupun bekerja pada orang lain. Dalam konteks
bekerja secara mandiri, maka tamatan tersebut harus bisa menjadi wirausaha.
Dalam upaya menginternalisasi kartakteristik wirausaha dalam
diri siswa di SMK, maka harus diciptakan situasi dan kondisi yang membiasakan
untuk berfikir, bersikap dan bertindak sebagaimana karakteristik seorang
wirausaha. Adapun bentuk pembiasaan penerapan karakteristik wirausaha di SMK
dapat dilakukan melalui :
A. Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM).
Kegiatan Belajar mengajar merupakan dua aktivitas yang
berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami
bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memilki tujuan yang
bersifat permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Perubahan
tingkah laku pada siswa, dalam konteks pengajaran jelas merupaka produk dan
usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini mengajar merupakan suatu
aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik
memperoleh perubahan dan pengembangan keterampilan, sikap, penghargaan dan
pengetahuan (Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, 2007).
Kegaiatan belajar mengajar di SMK, dalam hal upaya
membiasakan penerapan karakteristik wirausaha dapat dilakukan melalui kegiatan
:
1. Mata
pelajaran kewirausahaan
Standar kompetensi atau kompetensi dasar yang ada dalam mata
pelajaran kewirausahaan terlebih dahulu harus dianalisis sifat-sifatnya seperti
pembukaan wawasan, penanaman sikap, pembekalan teknis atau pembekalan
pengalaman awal berwirausaha. Sehingga indikator utama dalam tiap kompetensi
dasar tidak boleh keluar dari sifatnya tersebut. Selanjutnya kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran secara simultan harus
mengacu pada indikator utama yang telah dibuat.
Adapun pola pembelajaran kewirausahaan menurut sifat-sifat
dilakukan sebagai berikut :
a. Pembukaan
Wawasan, dilakukan melalui kegiatan seperti: ceramah, diskusi, mengundang
lulusan SMK yang berhasil, mengundang wirausahawan yang berada di sekitar
sekolah agar menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang pernah mereka alami
atau mengunjungi perusahaan, melalui pengamatan langsung melalui pemagangan
atau studi banding.
b. Penanaman
Sikap, dilakukan melalui pembiasaan dan pemberanian melakukan sesuatu.
Kadang-kadang harus melalui “tekanan”, “keterpaksaan” dalam arti positif antara
lain dengan cara pemberian batas waktu (deadline)
c. Pembekalan
Teknis, bertujuan memberi bekal teknis dan bermanfaat bagi perjalanan hidup
anak didik, bukan ilmu yang muluk-muluk. Kegiatanya dilakukan melalui
pembimbingan dan praktik.
d. Pembekalan
pengalaman awal, bertujuan mendorong anak didik berani “melangkah”, merasakan
kenikmatan keberhasilan dan belajar dari pahitnya kegagalan. Kegiatanya dapat
dilakukan melalui praktik.
2. Pengintegrasian
ke dalam mata pelajaran
Langkah pengintegrasian karakteristik wirausaha kedalam
semua mata pelajaran diluar mata pelajaran kewirausahaan dalam upaya
membiasakan penerapan karakteristik wirausaha dilakukan, karena karakteristik
wirausaha pada dasarnya adalah nilai-nilai kehidupan seorang wirausaha, maka
setiap mata pelajaran nilai-nilai itu perlu dimasukan. Pengintegrasian ini
dimulai dari proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran samapai
pada proses penilaiannya. Sehingga kegiatan ini lebih bersifat penanaman sikap
perilaku wirausaha.
Pemelajaran nilai-nilai kewirausahaan yang diintegrasikan ke
dalam mata diklat tertentu menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar adalah materi ajar yang berasal dari berbagai sumber dalam mata
diklat tertentu tersebut yang memenuhi kriteria edukatif, dan tetap menekankan
pada kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal serta tetap
mengacu pada ketuntasan belajar siswa.
3. Pelaksanaan
Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Sebagai bentuk pelaksanan pendidikan sistim ganda (PSG) di
SMK maka dilaksanakan kegiatan praktik kerja industri (prakerin). Prakerin
merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dunia usaha atau industri
(DU/DI), yang dilaksanakan minimal empat bulan selama menempuh pendidikan di
SMK. Setidaknya minimal ada tiga capaian yang bisa diperoleh dalam pelaksanaan
prakerin, yaitu pembukaan wawasan, penanaman sikap dan pembekalan teknis
berwirausaha pada bidang tertentu. Untuk mencapai ketiga hal tersebut, maka
kegiatan penilaian prakerin harus diselaraskan pada upaya pembukaan wawasan,
penanaman sikap dan pembekalan teknis berwirausaha.
Metode penilaian dapat dilakukan melalui portofolio jurnal
kegiatan, presentasi dan wawancara, serta pengamatan. Metode penilaian
portofolio jurnal kegiatan digunakan untuk mengetahui pengetahuan teknis.
Metode presentasi dan wawancara untuk mengetahui pengetahuan teknis dan wawasan
wirausaha. Sedangkan metode pengamatan untuk mengetahui keterampilan teknis dan
penaman sikap wirausaha.
B. Penerapan
Nilai-nilai Karaktristik Kewirausahaan di Lingkungan Sekolah
Karakteristik wirausahawan dapat ditumbuhkan melalui
penerapan nilai-nilai kewirausahaan di lingkungan sekolah. Setiap warga sekolah
mulai dari pimpinan, guru, karyawan dan siswa harus konsisten terhadap
karakteristik wirausaha menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan
demikian pada akhirnya siswa akan terbiasa dengan pola kehidupan yang sesuai
dengan karakteristik wirausaha.
Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha
melalui budaya sekolah, yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai karakteristik
wirausaha ke dalam peraturan yang berlaku di sekolah. Peraturan yang dibuat
harus melibatkan semua komponen yang ada di sekolah, serta mengakomodasi
kepentingan stakeholder demi kemajuan sekolah, sehingga peraturan itu sudah
mengalami uji materiil dari seluruh warga sekolah dan diakui keberadaanya.
Peraturan tersebut meliputi :
1. Tata
tertib siswa
2. Kode
etik guru dan karyawan
3. Peraturan
lain yang mengatur terhadap siapa saja yang pada saat itu berada di lingkungan
sekolah.
Dalam upaya menerapkan peraturan yang berlaku di sekolah,
maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sosialisasi
peraturan.
Kegiatan
ini dilakukan agar semua warga sekolah dan stakeholder mengetahui bahwa di
sekolah telah diterapkan peraturan. Bentuk sosialisasinya bisa melalui ceramah,
brosur, pemasangan di tempat strategis di lingkungan sekolah dan lain-lain.
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
4. Pemberian
funishmen dan reward.
C. Praktik
Kegiatan Berwirausaha
Kegiatan praktik berwirausaha di sekolah dimaksudkan agar
siswa mempunyai pengalaman awal dalam berwirausaha. Hal ini dapat dilakukan
melalui antara lain :
1. Keterlibatan
dalam Unit Produksi
Menempatkan Unit Produksi di sekolah, sebagai motor
penggerak keterlaksanaan kewirausahaan. Melalui lembaga ini, mulai dari tataran
penanaman konsep, penanaman sikap, pemahaman teknis serta pembekalan pengalaman
awal berwirausaha dapat dilakukan. Sebagaimana unit produksi adalah Suatu
proses kegiatan usaha yang di lakukan di sekolah, bersifat bisnis (profit
oriented) dengan para pelaku warga sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah
dan lingkungan, dalam berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang
di kelola secara profesional.
2. Ekstrakurikuler
Wirausaha
Kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan di arahkan untuk
dapat menanamkan sikap, pemberian pembekalan teknis dan memberikan pengalaman
berwirausaha. Adapun tahapan dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan
adalah sebagai berikut :
a. Exploring
( berlatih menggali peluang )
b. Planning
( merencanakan sistem kerja )
c. Doing
( praktik inovasi )
d. Commucating
( praktik komunikasi )
e. Reflecting
( evaluasi dan praktik refleksi )
BAB
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemaparan tersebut di atas dapat diambil simpulan
sebagai berikut :
1. Dunia
pendidikan dalam hal ini Sekolah Menegah Kejuruan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam melahirkan generasi wirausaha.
2. Untuk
itu Sekolah Menengah Kejuruan perlu di rencanakan, dilaksanakan dan
dikendalikan untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan tamatan yang bermental
wirausaha
3. Guna
melahirkan tamatan yang bermental wirausaha, maka perlu pembiasaan penerapan
wirausaha bagi siswa. Pembiasaan penerapan wirausaha di sekolah dapat ditempuh
melaui kegiatan belajar mengajar, penerapan nilai-nilai karakteristis
kewirausahaan di sekolah dan praktik berwirausaha.
4. Kegiatan
belajar mengajar dilakukan melalui : pertama, pelaksanaan mata pelajaran
kewirausahaan yang dirancang untuk membuka wawasan kewirausahaan, menanamkan
sikap kewirausahaan, memberikan bekal pengetahuan praktis dan memberikan
pengalaman awal berusaha; kedua, pengintegrasian nilai-nilai
karakteristik wirausaha ke dalam semua mata pelajaran.
4. Penerapan
nilai-nilai karakteristik kewirausahaan di sekolah dengan membuat peraturan
yang memuat nilai-nilai kewirausahaan dan mengikat kepada seluruh warga sekolah
dan siapa saja yang ada di lingkungan sekolah. Peraturan tersebut meliputi :
tata tertib siswa, kode etik guru dan karyawan, serta peraturan lain yang
mengatur terhadap siapa saja yang pada saat itu berada di lingkungan sekolah.
5. Kegiatan
praktik berwirausaha dilakukan melalui : mengikutsertakan siswa dalam kegiatan
Unit Produksi dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan. Dengan
melibatkan siswa dalam unit produksi, diharapkan penanaman konsep, penanaman
sikap, pemahaman teknis serta pembekalan pengalaman awal berwirausaha dapat
dilakukan. Sedangkan dengan kegiatan ekstrakurikuler, maka diharapkan dapat
menanamkan sikap, pemberian pembekalan teknis dan memberikan pengalaman
berwirausaha.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan bahwa :
1. Untuk
dapat melahirkan generasi wirausaha maka pembiasaan penerapan karakteristik
wirausaha harus dilakukan mulai dari sedini mungkin
2. Sekolah
harus dapat mempersiapkan diri sebagai lembaga yang mampu menginternalisasi
nilai-nilai wirausaha kepada peserta didiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Sonhadji, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan
Masyarakat. PT Nimas Multima. Jakarta. 285 hal
Anonim, 2003. Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan
Hidup. PT SIC bekerjasama dengan Lembaga LPKM Unesa. Surabaya. 86 hal
http://esinsin.wordpress.com. Peran Strategis Guru dalam Menanamkan Sikap Wirausaha
pada Siswa di SMK. Diakses 4 Oktober 2010.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009. Membangun Karakter Wirausaha Melalui Pendidikan
Berbasis Nilai dalam Pendidikan Non Formal. Diakses 4 Oktober 2010
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Lembaran Negara Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2007
tentang Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2007
tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, 2007. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. PT. Refika
Aditama. Bandung. 156 hal.
Prasetyo, 2009. Membangun Karakter Wirausaha melalui
Pendidikan Berbasis Nilai dalam Program Pendidikan Non Formal. http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo.
Riant Nugroho, 2009. Memahani Latar Belakang Pemikiran
Entrepreneurship Ciputra. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta. 192 hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar