1. Latar Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina
Cina
merupakan negara yang memiliki sejarah cukup tua. Negara ini diperintah oleh
berbagai dinasti. Kepala pemerintahannya disebut kaisar. Salah satu dinasti
asing yang pernah menguasai Cina adalah dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644 –
1912 yang berasal dari Manchuria.
Nasionalisme Cina tersulut setelah rakyat kecewa
terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti keturunan Cina. Kebencian
itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar dalam
Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah dan bertanggung jawab atas
penderitaan rakyat Cina akibat penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya
revolusi pun pecah. Kaisar Manchu tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri
dan Cina menjadi republik. Namun republik ini rapuh karena panglima perangnya
saling bertikai.
Dr. Sun Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina
ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi
Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Revolusi
nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya
revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih dikuasai
orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang). Demi membentuk
Cina bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai
1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen
mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis).
Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan
Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya 1924. Sebab-sebab
timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut:
a. Lenyapnya
kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. DinastiManchu yang pernah
membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang
Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
b. Pemerintahan
Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
c. Adanya
korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan
Istana Manchu.
Istana Manchu.
d. Kekalahan
Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
e. Munculnya
kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal pahampaham Barat, seperti
liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian
muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu
2. Tokoh Tokoh Nasionalisme China
a. Sun Yat-Sen
Dr. Sun Yat Sen
merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan
San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan
sosialisme.Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober
1911. Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih
dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang). Demi
membentuk Cina bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral
Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr.
Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai
Nasionalis). Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya dapat
dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya
1924.Pengganti Dr. Sun Yat Sen adalah Chuang Kai Shek.
Ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Sun Yat-Sen sebagai salah satu tokoh dan juga pelopor revolusi dan
nasionalisme di China ini antara lain adalah: Tiga Prinsip Rakyat (San Min Chu
I), adalah sebuah politik filsafat yang dikembangkan oleh Sun Yat-sen sebagai bagian
dari filosofi untuk membuat Cina yang bebas, makmur, dan kuat bangsa. Filosofi ini telah diklaim sebagai landasan Republik China
pemerintahan seperti dibawa oleh Kuomintang
(KMT). Prinsip-prinsip yang juga muncul dalam
baris pertama Lagu Kebangsaan Republik Cina.
Adapun isi dari ketiga
prinsip rakyat tersebut adalah:
· Prinsip
Minzu
Prinsip ini
biasanya diterjemahkan sebagai nasionalisme, harfiah Rakyat,
relasi atau pemerintah rakyat. Dengan ini, Sun meyakini bahwa
kebebasan itu dari dominasi imperialis.Untuk mencapai hal ini ia percaya bahwa
Cina harus mengembangkan sebuah "civic-nasionalisme", sebagai lawan
kepada "nasionalisme etnis", sehingga dapat menyatukan semua
perbedaan etnis Cina, terutama terdiri dari lima kelompok utama dari Han , Mongol, Tibet,Manchu, dan Muslim (seperti Uyghurs), yang bersama-sama dilambangkan oleh Lima Warna Bendera Republik
Pertama (1911-1928). Rasa nasionalisme ini berbeda dari gagasan
"etnosentrisme," yang setara dengan makna yang sama nasionalisme
dalam bahasa Cina.
· Prinsip
Minquan
Prinsip
ini biasanya diterjemahkan sebagai demokrasi (harfiah Rakyat daya atau pemerintah oleh Rakyat). Bagi
Sun, ini mewakili pemerintah konstitusional Barat. Pertama, ia membagi
kehidupan politik yang ideal untuk Cina dalam dua set kekuasaan atau kekuatan:
1. Kekuatan Politik
Ini adalah kekuatan
masyarakat untuk mengekspresikan keinginan politik mereka, mirip dengan yang
diberikan kepadarakyat atau parlemen di negara-negara lain, dan diwakili oleh Majelis Nasional. There are four of
these powers: (選舉), (罷免), (創製), and (複決). Ada empat
kekuatan ini: pemilu, ingat, inisiatif, dan referendum. These may be equated to " ". Ini dapat
disamakan dengan "hak-hak sipil".
2. Kekuatan Pemerintahan
Di sini ia memperluas
Eropa-Amerika teori konstitusional dari tiga cabang pemerintahan dan
sistem check and balance dengan memasukkan
tradisi administrasi Cina tradisional untuk menciptakan pemerintahan lima
kantor cabang (masing-masing yang disebut yuanatau
'pengadilan'). The , the , and the came from thought;
the and the came from Chinese tradition.The Legislatif Yuan, yang Eksekutif Yuan, dan Yuan Yudisial berasal dari Montesquieuan pikiran; diControl Yuan dan Ujian Yuan berasal dari
tradisi Cina. (Note that the Legislative Yuan was first intended as a
branch of governance, not strictly equivalent to a national
parliament.) (Perhatikan bahwa Yuan Legislatif pertama kali dimaksudkan
sebagai cabang pemerintahan, tidak sepenuhnya sama dengan parlemen nasional.)
· Prinsip
Minsheng
ini kadang-kadang
diterjemahkan sebagai kesejahteraan rakyat (mata pencaharian)
Pemerintah untuk Rakyat atau bahkan sosialisme, meskipun pemerintah Chiang Kai-shek menjauhi
menerjemahkan seperti itu. The concept may be understood as or
as ("for the people", "to pleasure the people")
governmental measures. Konsep dapat dipahami sebagaikesejahteraan sosial atau
sebagai populis ( "untuk rakyat", "untuk kesenangan
rakyat") langkah-langkah pemerintah.
Tradisi moral yang
dianjurkan oleh Dr Sun adalah terdiri dari "jalan kerajaan" dan
berarti emas. Mantan berarti "apa yang menjadi," sementara yang
kedua berarti "tempat untuk menjadi."Tiga Prinsip Rakyat sesuai akan
diundangkan dengan cara berikut:
1. Prinsip Nasionalisme
· Untuk
membebaskan orang-orang Cina dari oligarki.
· Memberikan
setiap kelompok etnis di Cina kesempatan yang sama Untuk membantu memberikan
orang-orang di dunia dari segala bentuk penindasan.
2. Prinsip Demokrasi
· The
anthentic kesetaraan; equably dari titik awal; kesetaraan kesempatan; layanan
untuk mencegah ketidaksetaraan kesetaraan.
· Cukup
hak-hak yang dinikmati oleh seluruh rakyat; langsung suara untuk memilih
pejabat dan membuat hukum.
· Sebuah
pemerintah mahakuasa
3. Prinsip Penghidupan
· Pemerataan
kepemilikan tanah.
· "Tanah
ke kemudi" program.
· Kontrol
modal swasta dan pembangunan modal nasional.
Berlakunya
Tiga Prinsip Rakyat akan memberikan semua orang-orang Cina dengan kesempatan
untuk menjadi sama etnis, politik dan ekonomi-sekutu. Zaman baru dari
budaya Cina telah dimulai sejak Dr Sum mendirikan Republik demokratis pertama
di Asia. Sudah pasti bahwa orang-orang Cina, sebagai pemegang tradisi
moral yang lama, akan mencapai tujuan: untuk membangun yang kuat dan makmur
Cina dan untuk mempromosikan persaudaraan bangsa-bangsa di dunia
Mesir di bawah Dinasti Mamluk merupakan
negara Islam yang selamat dari kehancuran yang dilakukan bangsa Mongol. Mesir
yang semula merupakan daerah taklukan Turki dari tahun 1517, tiba-tiba ingin
memisahkan diri dari Turki dan menjadi negara merdeka. Berbagai macam cara
dilakukan Mesir agar bisa merdeka dari Turki. Hal tersebut memunculkan
pertentangan. Puncak dari pertentangan tersebut adalah meletusnya perang
Mesir-Turki yang berlangsung selama dua fase yakni 1832-1833 dan 1839-1840.
Dalam peperangan tersebut, pihak Mesir lebih tangguh karena dibantu Prancis,
sementara pihak Turki mengalami kekalahan.
Serangan Prancis di bawah komando
Napoleon telah membawa perubahan dalam alam pemikiran Mesir, yaitu dengan
masuknya paham-paham baru seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Adalah
Muhammad Ali yang menjabat sebagai Gubernur Mesir datang sebagai utusan Usmani
untuk mengalahkan Prancis. Setelah Prancis pergi dari Mesir, yang kalah dalam
pertempuran laut dengan Inggris, Muhammad Ali kemudian berhasil mengalahkan
Dinasti Mamluk pada tahun 1805 M. Diadakan pembaharuan dibidang pertahanan,
pendidikan dan ekonomi non pertanian.
Muncullah keinginan untuk memisahkan
diri dari Turki dan menjadikan Mesir sebagai negara yang mereka. Hal ini
terlaksana dengan dikalahkannya pasukan Turki dalam pertempuran Konya tahun
1832.
Namun, karena Inggris pun memiliki
kepentingan politik terhadap Turki, maka dengan cepat mereka bergabung dan
membentuk suatu aliansi yang terdiri dari Prusia, Rusia, dan Austria untuk
menghadapi kekuatan Mesir. Melihat peristiwa tersebut Mesir pun segera membuat
perjanjian guna meredam perselisihan dengan Inggris, pada tahun 1840 dengan
nama Konvensi Alexandria. Adapun beberapa poin yang ditetapkan dalam
kesepakatan terebut ialah bahwa Mesir masih tetap jajahan Turki, Mesir harus
melepaskan Syiria dari kekuasaannya, serta pemimpin Mesir yang berasal dari
keturunan Mohammad Ali harus gelar Khedive.
Konsesi yang dibuat Mesir dengan
Prancis untuk menggali Terusan Suez pada masa pemerintahan Khedive Ismail,
tenyata tidak diinginkan oleh Inggris, karena Inggris memandang bahwa proyek
penggalian Terusan Suez itu merupakan usaha Prancis untuk menanamkan
pengaruhnya di Mesir. Kecurigaan Inggris tersebut malah membuat Inggris sendiri
ingin merebut Terusan Suez dari Mesir dan Prancis. Pada 1863-1878 pemerintah
Mesir mengalami kemerosotan dalam bidang ekonomi sehingga mendorong Mesir untuk
menjual saham Terusan Suez kepada Inggris pada tahun 1875.
Pembukaan Terusan Suez dibangun oleh
Ferdinad de Lessep, pada tahun 1869. Dengan dijualnya Terusan Suez kepada
Inggris bukan berarti utang-utangnya terhadap negara lain jadi habis.
Perekonomian Mesir dari waktu ke waktu semakin bobrok, hingga akhirnya
pemerintahan Mesir sendiri mulai dicampuri oleh tangan-tangan Eropa khususnya
Inggris dan Perancis.
Ketetapan-ketetapan yang
dikeluarkannya pun berasal dari Inggris dan Prancis yang membuat rakyat Mesir
terlantar dan menderita. Dampak dari hal tersebut muncul perlawanan-perlawanan
guna menentang kesewenang-wenangan Inggris dan Perancis.
Pada 1882 muncul pemberontakan Arabi
Pasha yang dipengaruhi paham Jamaludin Al Afghani. Pemberontakan ini merupakan
tonggak dari nasionalisme Mesir yang menuntut agar segera diubahnya sistem
pemerintahan di Mesir. Tuntutan tersebut dianggap membahayakan posisi Inggris
di Mesir. Sebagai antisipasinya, dengan cepat Inggris segera mengirimkan
pasukannya untuk menyerang Arabi Pasha. Desakan tersebut membuat Arabi Pasha
menyerahkan diri dan mengakui kekalahannya dari pihak Inggris. Sejak saat
itulah Inggris memegang kekuasaan penuh di Mesir.
Walaupun Arabi Pasha telah
tertangkap namun cita-citanya sedikit demi sedikit terus diperjuangkan oleh
para tokoh nasionalis. Hal itu mulai nampak dari diadakannya Kongres Nasional
di bawah Mustafa Kamil dengan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan secara
penuh. Lagi-lagi Inggris berkehendak lain, mereka mulai melucuti tubuh kongres
dengan menangkap dan membuang tokoh-tokohnya. Akan tetapi tindakan Inggris
tersebut tidak membuat takut dan jera para tokoh nasionalis. Dengan munculnya
Partai Wafd tahun 1919 di bawah pimpinan Saad Zaghul Pasha, menandakan bahwa
semangat nasionalisme di Mesir masih tetap berkobar.
Pada November 1918 di bawah pimpinan
Saad Saglul, kaum nasionalis menuntut agar Mesir diberikan kemerdekaan penuh.
Dua kali Zaglul Pasha ditangkap dan diasingkan oleh Inggris; pertama ke Malta
dan yang kedua ke Gibraltar.
Atas gerakan yang kontiyu, akhirnya
Inggris tidak mampu lagi menghadapi pemberontakan rakyat Mesir, sehingga
terpaksa mengeluarkan unilateral declaration pada 28 Februari 1922 yang isinya
sebagai berikut:
(a) Inggris mengakui kedaulatan
Mesir;
(b) Inggris berhak atas terusan
Suez, Mesir dijadikan daerah operasi militer dan dipertahankan dari agresi
bangsa asing;
(c) status Sudan ditangguhkan.
Walaupun belum merdeka penuh pada 15
Maret 1922, Ahmad Fuad menyatakan dirinya sebagai Raja Mesir. Sedangkan
golongan nasionalis, menentang unilateral declaration, karena mereka menuntut
merdeka penuh. Barulah pada tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh.
Sesudah Perang Dunia II, Mesir dan
Israel menyerang Palestina di tahun 1948, tetapi tidak berhasil. Akibatnya
Mesir mendapat kecaman dari negara-negara di dunia. Akibat peristiwa muncul
tuntutan dari para perwira muda, di bawah komando Kolonel Gamal Abdel Nasser
untuk dilakukan pembersihan. Tetapi Raja Farouk mengabaikan tuntutan ini.
Terjadilah peristiwa kudeta oleh Jenderal Mohammad Najib pada 23 Juli 1952, dan
secara resmi Mesir berubah menjadi republik sejak 18 Juli 1953.
Pada tahun 1956 Gamal Abdel Nasser
melakukan nasionalisasi Terusan Sues. Kemudian ditutup pada tahun 1967 karena
menjadi rebutan antara Prancis dengan Inggris dan dibuka lagi tahun 1975 oleh
Presiden Anwar Sadat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar