do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Jumat, 12 Februari 2016

ASKEP CA. OVARIUM



ASKEP CA. OVARIUM

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 - 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.

Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)

B. Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Hipotesis incessant ovulation

Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

2. Hipotesis androgen

Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

C. Faktor Risiko

Diet tinggi lemak

merokok

alkohol

penggunaan bedak talk perineal

riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium

riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

nulipara

infertilitas

menstruasi dini

tidak pernah melahirkan

D. Tanda & Gejala

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :

haid tidak teratur

ketegangan menstrual yang terus meningkat

menoragia

nyeri tekan pada payudara

menopause dini

rasa tidak nyaman pada abdomen

dispepsia

tekanan pada pelvis

sering berkemih

flatulenes

rasa begah setelah makan makanan kecil

lingkar abdomen yang terus meningkat

E. Stadium

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium

1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul

1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba

2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya

3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.

2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.

3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.

STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

F. Penegakan Diagnosa Medis

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).

Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :

Kista cepat membesar

Kista pada usia remaja atau pascamenopause

Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan

Kista dengan bagian padat

Tumor pada ovarium

Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :

USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah

Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI

Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan alfafetoprotein

Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

G. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :

Operasi (stadium awal)

Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)

Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data diri klien

Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid

Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil

Pemeriksaan fisik

Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

2. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.d agen cidera biologi

Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran

Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon

3. Tujuan dan Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi

Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

Intervensi :

Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi

Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien

Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic

Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping

Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan

Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran

Tujuan : KLien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.

Intervensi :

Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri

Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan

Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim

Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon

Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.

- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual

Intervensi:

Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan

Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu

Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan

Identifikasi faktor budaya/nilai budaya

Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya

Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan

Tidak ada komentar: