do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Minggu, 20 Maret 2016

makalah fiqih



Kata pengantar

Segala puji hanya diserahkan kepada AllahSWT. Yang telah mensyariatkan hukum islam kepada umat manusia. Shalawat dan salam, semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa syariat islam untuk diimani, dipelajari, dan dihayati serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam jual beli, menurut agama islam di bolehkan memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau membatalkannya. Karena terjadi suatu hal. Dan iniah yang dinamakan khiyar (pilihan).
 Dalam makalah ini dibahas tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan khiyar. Hubungan tersebut dapat berupa kebendaan (muamalah madiyah) ataupun tata kesopanan (muamalah adabiyah). Terlebih, dalam amal perbuatan dan kegiatan hidup sehari-hari.
 Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa fisik-material, maupun yang berupa mental-spiritual

.







BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam mempelajari ilmu fiqih ada beberapa hal yang penting untuk dikatahui dan untuk dipelajari salah satunya adalah mempelajari muamalah dan cabang –cabang nya serta hukum yang terkandung didalamnya. Karena dengan mempelajari ilmu fiqih maka dapat membantu seseorang dapat memahami apa itu muamalah dalam kehidupan sehari-hari dan secara sempurna

Dalam islam pada hakikatnya rasulullah saw. Diutus ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat lil-alamin. Semua sunnah rasulullah saw menjadi panduan utama setelah alquran bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan. Dan salah satu yang dapat terlihat pada diri rasulillah saw adalah ketika berhijrah ke madinah, dan salah satu da’wah rasulullah saw. Adalah di pasar. Yang mana pasar itu ditempati para penjual dan pembeli. Maka dari ada nya penjual dan pembeli di pasar tersebut, maka terjadilah transaksi jual beli yang melibatkan istilah pilihan terhadap barang yang akan di perjual belikan.

Dalam islam istilah pilihan biasa di sebut khiyar. Yang mana khiyar ini merupakan salah satu hak yang harus dimiliki antara penjual dan pembeli. Dengan demikian proses jual beli akan berlangsung dengan perasaan aman dan nyaman.

Maka dari itu, rasulullah saw. Mencontohkan kepada setiap manusia yang di muka bumi pada masa-masanya untuk selalu berjalan sesuai syariat yang telah di tentukan aleh allah swt.
Dalam kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kapada semua pihak yang telah mendukung dan memberikan motivasinya. Demikianlah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

B.     Rumusan Masalah

Dari  uraian di atas dapat di susun rumusan masalah sebagai berikut
1.      Menjelaskan arti khiyar dan dan dalilnya
2.      Menjelaskan macam- macam khiyar
3.      Menjelaskan tata cara khiyar
4.      Mampu melaksanakan khiyar dengan benar

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian khiyar dan dalilnya
2.      Mengetahui  dan menjelaskan macam-macam khiyar
3.      Menegetahui dan menjelaskan tata cara khiyar
4.      Mengetahui dan mampu melaksanakan khiyar dengan benar
BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Khiyar

1.      Secara Kata Bahasa Arab.
Menurut kamus besar bahasa arab al-munawwir, kata-kata khiyar dapat di jumpai dengan kata-kata “الحيار ولاختيار ‘’ artinya pilihan. Sedangkan ‘’ حر ية ‘’ artinya kebebasan memilih dan ‘’احتيارا  ‘’ dengan kemauan sendiri serta ‘’ artinya kebaikan dikiuti kata-kata “ الخيرية ‘’ berdasarkan kemauan sendiri.
Jadi khiyar secara bahasa dapat diartikan ‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan sendiri.

2.      Secara Terminology Ulama’
Sedangkan menurut istilah yang disebutkan didalam kiitab fiqih islam yaitu ‘’khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan aqad jual beli atau di urungkan, (ditarik kembali tidak jadi jual beli).
Diadakannya khiyar oleh syara’ agar kedua orang yang berjual beli agar dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh. Supaya tidak terjadi penyesalan di kemudia hari, lantaran merasa tertipu.
Secara terminologis para ulama fiqh mendefinisikan al-khiyar dengan:

أَنْ يَكُوْنَ لِلْمُتَعَاقِدِ الْخِيَارُبَيْنَ إِمْضَاءِ الْعَقْدِ وَعَدَمِ إِمْضَائِهِ بِفَسْخِهِ رفقا لِلْمُتَعَا قِدَيْنِ.
         
Artinya : hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

3.      Pendapat Ahli Fiqih
a.       Menurut ulama fiqih pengertian khiyar yaitu

انيكون للمتعاقدالحق في امضاء العقد او فسخه ان كا ن الخيار شرط اورءسة او عيب                                    او ان يختاراحد البيعين ان كان الخيارخيار ثعيين
Artinya sesuatu keada yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan aqadnya, yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, ‘aib atau ru’yah, atau hendaklah memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin.’

a.       Menurut dr. H. Hendi suhendi, m.si.
Yatiu menurut agama islam di bolehkan memilih atau melanjutkan jual beli atau membatalkannya.
b.      Menurut asy-syekh muhammad bin qosim al-ghozali
Khiyar adalah bagi penjual dan pembeli ada hak khiyar (memilih) antara meneruskan atau membatalkan jual belinya.
Maksudnya yaitu bagi penjual dan pembeli ada hak tetap untuk memilih beberapa macam aqad jual beli di tempatnya (khiyar majlis) seperti pesanan (salam), selama keuanya belum terpisah artinya suatu masa tidak terpisah kedua belah pihak menurut kebiasaan.
c.       Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah
Sedangkan pengertian khiyar menurut kompilasi hukum ekonomi syariah (khes) pasal 20 (8) adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang dilakukannya.





4.      Dasar Hukum Dan Penjelasannya
Adapun dasar hukum khiyar pada jual beli yaitu :
           
عَنِ ابنِ عُمَرَ، عَنِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ اَنَّهُ قَالَ:,, اِذَاتَبَايَعَ الرَّجُلاَنِ فَكُّلُ وَاحِدٍمِنْهُمَابِاْلخِيَا رِمَالَمْ يَتَفَرَّقَا، وَكَانَاجَمِيْعًا، اَوْيُخَيْرُاَحَدُهُمَااْلآخَرَ. فَاِنْ خَيَّرَاَحَدُهُمَاْالآَخَرَ. فَتَيَايَعَا عَلى ذلِكَ، فَقَدْوَجَبَ اْلبَيْعُ. وَاِنْ تَفَرَّ قَابَعْدَاَنْ تَبَايَعَاوَلَمْ يَتْرُكْ وَاحِدٌمِنْهُمَااْلبَيْعَ، فَقَدْوَجَبَ اْلبَيْعُ،،.

Artinya: “apabila ada dua orang mengadakan akad jual beli, maka masing-masing boleh khiyar selagi belum berpisah, sedangkan mereka berkumpul; atau salah seorang dari mereka mempersilahkan yang lain untuk khiyar, kalau salah seorang sudah mempersilahkan yang lain untuk khiyar kemudian mereka mengadakan akad sesuai dengan khiyar tersebut, maka jual beli jadi; dan apabila mereka berpisah sementara tidak ada seorangpun yang meninggalkan jual beli (tetap memilih( dilaksanakan khiyar dalam khiyar. Khiyar, maka harus jadi.

B.     Pembagian Khiyar

Jumlah khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama hanafiyah, jumlahnya ada 17.

 ulama malikiyah membagi khiyar menjadi dua bagian yaitu ‘’khiyar al-taammul (melihat, meneliti), yakni khiyar secara mutlaq dan khiyar naish (kurang), yakni apabila terdapat kekurangan atau ‘aib pada barang yang dijual (khiyar al-hukmy). Ulama malikiyah berpendapat bahwa khiyar majlis itu batal.

Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa khiyar terbagi menjadi menjadi dua yaitu khiyar at-tasyahi dan khiyar naqishah.

Khiyar at-tasyahi yaitu khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transksi sesuai seleranya terhadap barang, baik didalam majlis maupun syarat.

Khiyar naqishah yaitu adanya perbedaan dalam lafaz atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau adanya penggantian.

Adapun khiyar yang didasarkan pada syara’ menurut ulama syafi’iyah ada 16 (enam belas) dan menurut ulama hanabilah jumlah khiyar ada 8 (delapan) macam.

C.    Pembagian Khiyar Yang Paling Masyhur

Khiyar yang paling masyhur itu terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1.      Khiyar Syarat
a.      Arti Khiyar Syarat
Menurut ulama fiqih khiyar syarat yaitu:
اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيْنِ اَوْلِكِيْلَهُمَا اَوْ لِغَيْرِهُمَاالْحَقِّ فىِ فَسْحِ الْعَقْدِاِوْاِمْضَائِهِ خِلاَلَ مُدَّةٍ مَعْلُوْمَةٍ

Artinya’’ sesuatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang aqad atau masing-masing yang aqad atau selain kedua belah pihak yang aqad memiliki hak atas pembatalan  atau penetapan aqad selama waktu yang ditentukan.’’
Contohnya:
‘’seorang pembeli berkata’’
   ‘’saya beli dari kamu barang ini, dengan catatan saya ber-khiyar (pilih-pilih) selama sehari atau tiga hari.’’

Khiyar di syariatkan antara lain untuk menghilangkan unsur kelalaian atau tipu-menipu bagi pihak yang aqad.
Adapaun khiyar syarat ini akan membuat dua macam khiyar yaitu khiyar masyru’ dan khiyar rusak.
b.      Permasalahan Yang Terjadi Pada Khiyar Syarat
a.       Khiyar masyru’ (disyariatkan)

Yaitu khiyar yang ditetapkan batasan waktunya.
Adapun dasar khiyar ini yaitu pada hadits nabi yang diriwayatkan hibban ibn munqid yang menipu dalam jual beli, kemudian perbuatannya itu di laporkan kepada rasulullah. Lalu beliau bersabda :
Artinya: jika kamu bertransaksi (jual-beli), katakanlah, tidak ada penipuan dan saya khiyar selama tiga hari. “ (hr. Muslim).

Batasan khiyar ini menurut ulama hanafiyah, jafar, dan syafiiyah berpendapat bahwa khiyar dibokehkan dengan waktu yang ditentukan selagi tidak lebih dari tiga hari. Dan khiyar ini juaga berdasarkan hadits dari ibn. Umar tettang pernyataan anas.

Ulama hanafiyah, jafar berpendapat jika melewati tiga hari , jual beli tersebut batal akan tetaoi akad tersebut akan menjadi shahih, jia di ulangi dan tidak melewati tiga hari.

Imamsyafii pu berpendapat bahwa khiyar yang melebihi tiga hari membatalkan jual-beli, dan kurang dari tiga hari, hal tersebut adalah rukhshah (keringanan).

Ulama hanabilah , khiyar khiyar dibolehkan menurut kesepakatan orang yang akad, baik sebentar maupun lama.

Ulama malikiyah berpendapat bahwa khiyar syarat dibolehkan dngan sesuai kebutuhan.

b.      Khiyar rusak.
Menurut pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama hanafiyah, syafiiyah, dan hanabilah, khiyar yang tidak jelas batasan waktunya adalah tidak sah, seperti pernyataan “ saya beli barang ini dengan syarat saya khiyar selamanya”. Perbuatan ini mengandung unsure tidak jahalah (ketidakjelasan).

Menurut ulama syafiiyah dan hanabilah, jual beli seperti itu batal. Khiyar sangat menentukan aqad, sedangkan batasanya tidak diketahui, sehingga akan menghalangi aqid (orang yang melakukan akad) untuk menggunakan (tasharruf) nbarang tersebut.

Ulama hanafiyah berpendapat jual beli tersebut fasid, tetapi tidak batal. Sedangkan ulama malikiyah berpendapat bahwa pwnguasa diharuskan membatasi khiyar secara adat. Sebab khiyar tergantung pada barang yang dijadikan akad. Namun tidak boleh terlalu lama melewati batasan khiyar yang telah ditentukan dengan sesuatu yang tidak jelas seperti mensyaratkan khiyar menunggu turunnya hujan atau sampainya seseorang.









c.       Khiyar Majlis
a.      Pengertian Khiyar Majlis
Khiyar majlis menurut pengertian ulama’ fiqih
اَنْ يَكُوْنَ لِكُلِّ مِنَ الْعَا قِدَيْنِ حَقٌّ فَسْحُ الْعَقْدِ مَادَامَ فِى مَجْلِسٍ الْعَقْدِ لَمْ يَتَفَرَّقَاَ بِاَبْدَانِهَايُخَيِّرُاَحَدُهُمَااْلا خَرَ فَيُخْتَارُ لُزُوْمُ اْلعَقْدِ

Artinya: ‘ hak bagi semua pihak yang melakukan ajad untuk membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad.

Khiyar majlis di kenal dikalangan ulama syafiiyah dan hanabilah.
Dengan demikian , akad akan menjadi lazim jika kedua belah pihak telah berpisah atau memilih. Khiyar majlis hanya ada pada akad yang sifatnya pertukaran, seperti jual beli, upah-mengupah dan lain-lain.
b.      Pendapat-Pendapat Para Ulama Tentang Khiyar Majlis
Berkaitan dengan khiyar majlis pendapat para ulama terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Ulama hanafiyah dan malikiyah.
Golongan ini berpendapat bahwa akad menjadi lazim dengan adanya ijab dan qabul, serta tidak bisa hanya dengan khiyar sebab allah swt.  Menyuruh untuk menepati janji, sebagai mana firmannya :

او فوابلعقد

Artinya : kamu semua harus menepati janji.




Sedangkan khiyar menghilangkan keharusan tersebut. Selain itu akad tidak sempurna selain adanya keridoaan.
Sebagai amana firmannya:
لاَّاَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةًعَنْ تَرَا ض ٍمِّنْكُمْ
النساء: 29

Artinya : kecuali dengan jalan perniagaan  yang dilakukan suka sama suka. (qs. An-nisa’ : 29)
Golongan ini tidak mengambil hadits-hadits yang berkenaan dengan keberadaan khiyar majlis, sebab mereka tidak mengakuinya.
Adpun hadits tentang khiyar majlis tersebut yaitu:

(البيعان بالخيار مالم يثفرقا اويقولل احدهما للاخر.٠٠٠اخثر٠ (رواه البخاري ومسلم

Artinya: orang yang berjual beli  ( penjual dan pembeli) berhak khiyar sebelum keduanya berpisah, atau salah satunya mengatakan kepada yang lain dengan yang berkata, pilihlah!
( hr. Bukhari muslim)

Ulama hanafiyah berpendapat yang di maksud akad pada jual beli tersebut adalah orang yang melakukan tawar-menawar sebelum akad. Untuk berakad atau tidak. Sedangkan kata-kata ‘’berpisah’’ pada hadits tersebut adalah berpisah dari segi ucapan bukan badan.

Menurut wahbah al-juhaili ‘’hadits tentang khiyar majlispun tidak dapat dikatakan menyalahi keridhaan, sebab khiyar majlis justru untuk memperkuat adanya keridhaan.

Ulama ini berpendapat adanya khiyar majlis jika pihak yang akad menyatakan ijab dan qobul, akad tersebut masih termasuk akad yang boleh  atau tidak lazim selagi keduanya masih berada di tempat atau belum berpisah badnnya. Keduanya masih memiliki kesempatan untuk membatalkan , menjadikan atau saling berpikir.
3.      Khiyar ‘Aib
Menurut ulama fiqih arti khiyar ‘aib(cacat) yaitu:

اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيِنِ الْحَقَّ فِى فَسْخِ الْعَقْدِاَوْاِمْضَاءِهِ اِذَا وُجِدَ عَيْبٌ فِى اَحَدِ الْبَدْ لَيْنِ وَلَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ عَالِمًابِهِ وَقْتَ الْعَقْدِ
 artinya: keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan akad atau menjadikannya.
Penyebab khiyar aib adalah adanya cacat pada barang yang dijual belikan (ma’qul alaih) atau harga (tsaman), karena kurang nilainya atau tidak sesuai dengan maksud, atau orang yang dalam akad tidak meneliti kecacatannya ketika akad.
                        khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya ialah:

اَلْمُسْلِمُ اَخُواْلمُسْلِمِ لَايَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ اَخِيْهِ بَيْعًا وَفِيْهِ عَيْبٌ اِلَّابَيّنَةٌ لَهُ.
 (رواه بن ماجه عن عقبة بن عار)

Artinya: “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali jika menjelaskanya terlebih dahulu.




4.      Khiyar Ru’yah
                        khiyar ru’yah ialah hak pembeli untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad ketika dia melihat obyek akad dengan syarat dia belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya dia pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah terjadi perubahan atasanya.
           
 konsep khiyar ini disampaikan oleh fuqoha hanafiyah, malikiyah, hanabilah dan dhahiriyah dalam kasus jual beli benda yang ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum pernah diperiksa. Sedangkan menurut imam syafi’i khiyar ru’yah ini tidak sah dalam proses jual beli karena menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib (tidak ada ditempat) sejak semula dianggap tidak sah. Adapun landasan hukum mengenai khiyar ru’yah sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
من اشترى شيئا لم يراه فهو بالخيار اذاراه (رواهالدارقطنى عن أبي هريرة)

“barang siapa yang membeli sesuatu yang belum pernah dilihatnya, maka baginya hak khiyar ketika melihatnya.” (hr ad-daruqutni dari abu hurairah).

5.         Khiyar Naqd (Pembayaran)

                        khiyar naqd tersebut terjadi apabila dua pihak melakukan jual beli dengan ketentuan jika pihak pembeli tidak melunasi pembayaran, atau pihak penjual tidak menyerahkan barang dalam batas waktu tertentu. Maka pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad.




D.    Tata Cara Khiyar

1.      Cara Menggunakan Khiyar
Dimaklumi bahwa akad atau jual beli yang di dalam nya terdapat khiyar adalah akad yang tidak lazim.dengan demikian,akad tersebut akan menjadi lazim jika khiyar tersebut gugur.
Cara menggugur kan khiyar ada tiga:
a.       .penggguran jelas (sharih)
Pengguguran sharih adalah pengguguran oleh orang yang berhiyar ,seperti menyatakan, “dengan demikian akad menjadi lazim (shahih).sebalik nya ,akad gugur dengan pernyataan ,”saya batal kana tau saya gugur kan akad ini.
b.       pengguran dengan dilalah
Penguguran degan dialah adalah tasharruf (beraktivitas dengan barang tersebut). Dari pelaku khiyar yang menunjukkan bahwa jual beli tersebut jadi di lakukan, seperti pembeli menghibahkan barang tersebut kepada orang lain, sebaliknya, [ebeli mengembalikan kepemilikan kepada penjual. Pembeli menyerahkan kembali barang kepada penjual bahwa ia membatalkan jual beli atau akad.
c.        pengguguran khiyar dengan kemadaraatan.

Penggugaran khiyar dengan adanya kemdaratan terdapat dalam beberapa keadaan, antara lain berikut ini.
1.      Habis waktu
Khiyar menjadi gugur setelah habis waktu yang telah ditetapkabn walupun tidak ada pembatalan dari yang khiyar. Dengan demikian, akad menjadi lazim. Ha itu sesuai dengan pendapat ulama’ syafiiyah dan hanabilah. Menurut ulama malikiyah, akad idak laxim dengan berkahirnya waktu , tetapi harus ada penetapan berakhirnya waktu, tetapi harus ada penetapan atau pembatalan dari yang berkhiyar sebab khiyar merupakan hak bukan kewajiban.
Contohnya, janji seorang tuan terhadap budak (al-mukattab) untuk dimerdekakan pada waktu tertentu. Budak tersebut tidak menjadi merdeka karena habis nya waktu.
2.      Kematian orang yang meberi syarat.
Menurut ulama’ hanafiyah, khiyar syarat tidak dapat diwariskan, tetapi gugur dengan meninggalnya orang yang memberikan syarat.
Ulama hanabilah berpendapat bahwa, khiyar menjadi batal dengan meninggalnya orang yang member syarat, kecuali jika ia memang mengamanatkan untuk membatalkannya, dalam hal ini khiyar menjadi ahli waris.
Ulama syafiiyah dan malikiyah berpendapat bahwa khiyar menjadi gaknya ahli waris. Dengan demikian, tidak gugur dengan meninggalnya orang yang meninggalkan syarat,
3.      Adanya hal-hal yang semakna dengan mati.
Khiyar gugur dengan adanya perkara-perkara yang semakna dengan mati, seperti gila, mabuk, dan lain-lain. Dengan demikian, jika akal seseorang hilang karena gila, mabuk, tidur, atau hal lainya, akad menjadi lazim.
4.      Barang rusak ketika masih khiyar
Jika barang masuk ditangan penjual batallah jual beli dan khiyarpun gugur.
Jika barang sudah ada ditangan pembeli jual beli batal jika khiyar berasal dari penjual, tetapi pembeli harus mengantinya.
Jika barang sudah ada ditangan pembeli dan khiyar berasal dari pembeli jual beli menjadi lazim dan khiyar menjadi gugur.
Ulama syafiiyah seperti halnya ulama hanafiyah berpendapat bahwa: jika barang rusak denga sendirinya, khiyar gugur dan jual belipun menjadi batal.
5.      Adanya cacat pad barang.
Jika khiyar berasal dari penjual, dan cacat terjadi dengan sendirinya khiyar gugur dan jual-belipun batal.
Jika khiyar berasal dari pembeli dan ada cacat, khiyar gugur, tetapi jual beli tidak gugur, seba barang berada pada tanggung jawab pada pembeli.
2.      Hukum Akad Pada Khiyar.

Ulama hanafiyah berpendapat bahwa tidak terjadi akad pad jual beli yang mengandung khiyar, tetapi ditanggung sampai gugurnya khiyar.

Ulama malikiyah dalam riwayat ahmad, barang yang ada pada masa khiyar masih milik penjual, sampai gugurnya khiyar, sedangkan pembeli belum memiliki hak sempurna terhadap barang.

Ulama syafiiyah berpendapat, jika khiyar syarat berasal dari pembeli, barang menjadi milik pembeli. Sebalik nya, jika khiyar berasal dari penjual, barang menjadi hak penjual. Jika khiyar syarat berasal dari penjual atau pembeli, ditunggu sampai jelas (sampai gugurnya khiyar).

Ulama hanabilah berpendapat bahwa, dari siapapun khiyar berasal, barang tersebut menjadi milik pembeli. Jual beli dengan khiyar, sama seperti jual beli lainnya, yakni menjadikan pembeli sebagai pemilik barang yang tadinya milik penjual.

3.      Cara Membatalkan Atau Menjadikan Akad.

Membatalkan atau menjadikan akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan dengan adanya maksud (niat) dan khiyar (pilihan).
Dengan kata lain, pembatalan, menurut ulama hanafiyah, cukup dengan lisan apabila pembatalan dengan  lisan tersebut diketahui oleh pemilik barang, baik pemilik barang (penjual) ridha ataupun tidak. Sebaliknya, jika pembatalan tersebut tidak diketahui oleh penjual, baik khiyarnya berasal dari penjual atau pembeli, pembatalan di tangguhkan sampai diketahui penjual. Apabila habis waktu khiyar dan penjual tidak mengetahuinya akad menjadi lazim.
Ulama malikiyah, syafiiyah, dan hanabilah berpendapat bahwa apabila khiyar berasal dari pembeli, pembatalan akad menjadi sah walaupun tidak diketahui oleh penjual. Hal ini kerena adanya khiyar menunjukkan bahwa penjual rela aabila pembeli membatalkan kapan saja pembeli mengiginkanya.

E.     Tujuan Khiyar

            tujuan khiyar ialah agar orang-orang yang melakukan transaksi perdata  tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya. Status khiyar, menurut ulama fiqh, adalah disyari’atkan atau dibolehkan karena suatu keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

F.     Khiyar Dan Permasalahannya

Siapa pemilik hak khiyar, penjual atau pembeli saja? Bagaimana hukum kasus tentang “ barang yang sudah di beli tidak boleh dikembalikan”.
            pada dasarnya khiyar pada jual beli diperbolehkan. Akan tetapi tergantung ketika akad jual beli berlangsung. Khiyar tidak sah jika salah satu pihak merasa dirugikan atau salah satu darinya ada sebuah kebohongan. Dalam pembahasan diatas sudah sangat jelas mengenai sah dan batalnya khiyar. Sah jika syaratnya terpenuhi, khiyar akan batal jika persyaratan tidak terpenuhi atau salah satu pihak merasa dirugikan. Karena unsur kebohongan, untuk itu apabila kita membeli sesuatu harus teliti, cermat dan hati-hati.
          


  pemilik hak khiyar adalah penjual dan pembeli, jadi apabila ada penjual yang sudah menuliskan “barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”. Itu merupakan akad dari penjual maka pembeli sebelum membeli atau mengesahkan jual belinya harus lebih teliti. Tetapi apabila kita merujuk pada hadits:

عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اْلمُتَبَا يِعَانِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِا لْخِيَارِ عَلَى صَا حِبِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّ قَا إِلاَّ بَيْعَ الْخِيَا رِ.

Artinya: “ setiap penjual dan pembeli berhak memilih (khiyar) atas yang lainnya selama belum berpisah, kecuali jual beli khiyar. Boleh dikembalikan akan tetapi ada perjanjian akad dengan penjual meskipun sudah tertera “barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan.


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Secara bahasa dapat diartikan ‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan sendiri.
Sedangkan menurut istilah yang disebutkan didalam kiitab fiqih islam yaitu ‘’khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan aqad jual beli atau di urungkan, (ditarik kembali tidak jadi jual beli).
Secara terminologis para ulama fiqh mendefinisikan al-khiyar dengan:

أَنْ يَكُوْنَ لِلْمُتَعَاقِدِ الْخِيَارُبَيْنَ إِمْضَاءِ الْعَقْدِ وَعَدَمِ إِمْضَائِهِ بِفَسْخِهِ رفقا لِلْمُتَعَا قِدَيْنِ.
           
Artinya : hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.
Menurut ulama fiqih khiyar syarat yaitu:

اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيْنِ اَوْلِكِيْلَهُمَا اَوْ لِغَيْرِهُمَاالْحَقِّ فىِ فَسْحِ الْعَقْدِاِوْاِمْضَائِهِ خِلاَلَ مُدَّةٍ مَعْلُوْمَةٍ

Artinya’’ sesuatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang aqad atau masing-masing yang aqad atau selain kedua belah pihak yang aqad memiliki hak atas pembatalan  atau penetapan aqad selama waktu yang ditentukan.




Khiyar majlis menurut pengertian ulama’ fiqih

اَنْ يَكُوْنَ لِكُلِّ مِنَ الْعَا قِدَيْنِ حَقٌّ فَسْحُ الْعَقْدِ مَادَامَ فِى مَجْلِسٍ الْعَقْدِ لَمْ يَتَفَرَّقَاَ بِاَبْدَانِهَايُخَيِّرُاَحَدُهُمَااْلا خَرَ فَيُخْتَارُ لُزُوْمُ اْلعَقْدِ

Artinya: ‘ hak bagi semua pihak yang melakukan ajad untuk membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad.
Menurut ulama fiqih arti khiyar ‘aib(cacat) yaitu:

اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيِنِ الْحَقَّ فِى فَسْخِ الْعَقْدِاَوْاِمْضَاءِهِ اِذَا وُجِدَ عَيْبٌ فِى اَحَدِ الْبَدْ لَيْنِ وَلَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ عَالِمًابِهِ وَقْتَ الْعَقْدِ

 artinya: keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan akad atau menjadikannya.
Cara menggugur kan khiyar ada tiga:
a.       .penggguran jelas (sharih)
b.      Pengguran dengan dilalah
c.       Pengguguran khiyar dengan kemadaraatan.

Membatalkan atau menjadikan akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan dengan adanya maksud (niat) dan khiyar (pilihan).
Tujuan khiyar ialah agar orang-orang yang melakukan transaksi perdata  tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya.
Pada dasarnya khiyar pada jual beli diperbolehkan. Akan tetapi tergantung ketika akad jual beli berlangsung.



B.Saran
          Diharapkan dalam pembuatan makalah ini harus mengikuti petunjuk dari baginda nabi Muhammad SAW., yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadist.

Tidak ada komentar: