do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Senin, 28 Maret 2016

MAKALAH PENGATURAN SUHU TUBUH



BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.
b. Rumusan Masalah
- Bagaimana tinjauan teori mengenai regulasi suhu dan proses konduksi
- Bagaimana regulasi suhu dan proses konduksi pada system integument
c. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Integumen mengenai “Regulasi Suhu dan Proses Konduksi” .
2. Tujuan Khusus.
- Untuk mengetahui tinjauan teori mengenai regulasi suhu dan proses konduksi.
- Untuk mengetahui mengenai regulasi suhu dan proses konduksi pada system integument.

BAB II
TINJAUAN TEORI
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin
Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relative konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh kita. Mis kenaikan suhu 10 derajat Celcius bisa mempercepat proses biologis 2 - 3 kalinya. Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi + 1 derajat Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4 - 6 subuh) dan mencapai puncaknya pada sore hari (jam 2 - 3 sore).
Kulit dan Homeostasis
1.                  Reseptor panas dan dingin terletak dalam kulit. Saat suhu tubuh meningkat, hypothalamus mengirimkan sinyal saraf menuju kelenjar keringat dan menyebakan pelepasan air sekitar 1-2 liter perjam untuk mendinginkan tubuh.
2.                  Hipothalamus juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah di kulit membuat lebih banyak darah mengalir ke area tersebut dan menebabkan panas terlepa dri permukaan kulit.
3.                  Saat suhu tubuh menurun, kelenjar keringat mengkerut dan produksi keringat berkurang. Jika suhu tubuh terus menerus berkurang, tuuh akan menjaga thermiogenesis, dengan cara meningkatkan laju metabolisme dan dengan menggigil.
4.                  Kehilangan air lewat kulit berlangsung dalam dua cara; a. penguapan dan b. berkeringat.




BAB III
PEMBAHASAN
REGULASI SUHU TUBUH DAN PROSES KONDUKSI
A. Kulit sebagai Pengatur Suhu
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Di samping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, sati di antaranya oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai pengatur suhu, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang di jaga tetap sekitar 37 derajat selsius.
Mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur ke berbagai gradient suhu antara kulit dan lingkungan eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Kapasitas insulatif kulit dapat di ibah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama, menyediakan pasok makanan ke kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah membawa panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan nutrisi.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml sampaI 2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas, maka suhu kulit lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke permukaan, dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi dan konduksi – konveksi. Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di transfer melalui konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di lepaskan dari kulit ke lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur system saraf simpatik. Aktifitas simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas.
Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vas -dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar keringat bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan, dan hilangnya panas dibatasi. Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:
1.                  Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah kulit.
2.                  dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
3.                  dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian.
4.                  dengan konveksi ( pengaliran ) karena mengalirnya udara yang telah panas, maka udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
Cara mendinginkan tubuh yang terlampau panas, baik dengan membiarkan udara mengalir menyentuh kulit dengan cara mengipas, mengusap badan, atau merendam kedalam air dingin.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan
àmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
B. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat merupakan kelenjar eksokrin yang eksresinya dikeluarkan melalui pori- pori yang tersebar luas di seluruh permukaan kulit. Kelenjar keringat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan atas sekresinya, yaitu :
1. Kelenjar ekrin .
Kelenjar ekrin, tersebar di seluruh permukaan tubuh, memproduksi keringat jernih yang terutamamengandung air,NaCl, dan urea.
2. Kelenjar apokrin
Kelenjar apokrin dijumpai terutama pada ketiak dan daerah genital. Disamping mensekresikan air, NaCl, dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat dari bahan dasar protein bersusu yang merupakan medium ideal untuk mikroorganisme yang berada dalam kulit.
Kelenjar keringat, berada di bawah pengendalian system saraf. Di samping sebagai alat eksresi, kelenjar keringat merupakan bagian penting dari alat regulasi suhu tubuh. Bila suhu lingkungan cukup panas, maka kelenjar keringat akan mensekresikan keringat kepermukaan tubuh untuk kemudian di uapkan airnya. Penguapan ini menggunakan panas tubuh, sehingga dengan demikian penguapan keringat berlaku sebagai system keadaan darurat untk membebaskan panas apabila system pendingin pembuluh darah tidak bekerja dengan baik untuk memelihara homeostasis.Kehilangan panas dan penyimpanan panas di atur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.
C. Pengertian suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static ). Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral ( suhu nyaman ). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik ). Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
3. Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
Sifat-sifat reseptor suhu:
a. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya bergantung pada suhu kulit itu sendiri.
b. Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls
c. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
d. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap rangsang suhu dikulit.
e. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen mensarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
D. Macam – macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
·                     Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
·                     Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
·                     Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
·                     Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid.
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin.
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi.
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
F. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
            Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
            Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.
           
b. Saran
            Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Integumen”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Tidak ada komentar: