Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif
ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak
sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan
tetapi, kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan
menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem
intensif. Menurut Pararto Wicaksono, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal
berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai kontribusi sebesar
30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat
diperoleh dengan cara : membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit,
membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk
menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau
dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatif dan
positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang
panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai
kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata
bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas
tidak lebih lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama bahwa pakan
mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk
ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita
beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa
diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti
sisa dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya.
Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan
kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi
metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai
tingkatan umur adalah sebagai berikut :
* 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
* 19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
* 34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
* 47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
* 58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
* 66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
* 72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
* 74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad
libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur
dengan vitamin+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang baik : jarak
kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat
masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak
rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak
berhembus langsung ke dalam kandang. Penyucihamaan kandang dan peralatannya
dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan
desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak
pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan
obat.
Ukuran kandang : tidak ada
ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar
kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu
mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter
persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2
minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi
litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15
cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada
lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi
dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8
minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa
bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok
biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau
postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau tatalaksana
pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha
peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas
belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen
pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung
bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
* Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan
dan kesehatan
* Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman
berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
* Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol
pakan dan kesehatan dengan ketat
Model pemeliharaan ayam kampung
secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol
penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara
intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.
5. Pengendalian
Penyakit
Hal yang tak kalah pentingnya adalah
pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan statement “mencegah lebih
baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan
antara lain :
1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang
dan manusianya
2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi secara teratur
4.Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
5. Manajemen pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap binatang lain.
Demikian cara beternak ayam kampong
pedaging, semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam hal beternak dan
menjadikan cara beternak kita lebih baik.(hms)
","sa� e i ��D �C fareast-font-family:"Times New Roman"'>
Kandang induk : 100 cm x 125 cm
/ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm
/ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125
cm /ekor
Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak
minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
Kambing mencapai dewasa kelamin pada
umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat
bobot badan
mencapai 55 - 60 kg.
Lama birahi 24 - 45 jam, siklus
birahi berselang selama 17 - 21 hari.
Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu
makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan
bengkak dan mau/diam bila
dinaiki.
Ratio jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan
kambing adalah :
Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5
bulan).
Masa melahirkan, penyapihan dan
istirahat ± 2 bulan.
Pengendalian Penyakit
Hendaknya ditekankan pada pencegahan
penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan
vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang
kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru
(pneumonia), orf, dan koksidiosis.
Pasca Panen
Hendaknya diusahakan untuk selalu
meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit,
tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan
tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar
permintaan akan kambing cukup tinggi.
Harga diperkirakan berdasarkan :
berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.
CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING
Pengeluaran
Bibit
Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp.
250.000,- Rp. 250.000,-
Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp.
200.000,- Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 1.450.000,-
Kandang Rp. 500.000,-
Makanan Rp. 200.000,-
Obat-obatan Rp. 100.000,-
Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,-
Pemasukan
Dari anaknya
Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk
menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing yang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor.
Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akan dihasilkan :
12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,-
Dari induk
Pertambahan berat induk 50 gram per
ekor per hari, maka setelah 2 tahun akan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50
gr x 365 = 127,75 kg. Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg =
232,75 kg. Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp.
10.000,-=Rp.2.327.500,-
Dari kotoran :
Selama 2 tahun bisa menghasilkan ±
70 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 70.000,-
Keuntungan
Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp.
70.000 == Rp. 4.197.500,-
Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000
== Rp. 2.250.000
Keuntungan selama 2 th: Rp.
4.197.500,- dikurang Rp. 2.250.000 == Rp. 1.947.500,- atau Rp. 81.145,- per
bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar