“ H I V/ A I D S “
KELOMPOK : VII
ASDAR
SAMSIA HAJAR
WD. SRI RIZKY IRA
HASTATI
SRI AYU TRISNAWATI
WAODE SUFIANI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEM.KAB MUNA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Penderita AIDS” dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas ilmu keperawatan dasar III serta sebagai syarat menempuh ujian
semester.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami
berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah
ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun
materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Raha, April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I : PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan penulisan
3. Rumusan masalah
BAB
II : PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
a). Defenisi
b). Etiologi
c). Patofisiologi
d). Tanda dan gejala
e). Komplikasi
f). Pemeriksaan Diagnostik
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
2) Riwayat kesehatan
3) Pola aktivitas sehari-hari
4) Pemeriksaan Fisik
5) Analisa data
6) Diagnosa Keperawatan
BAB
III : PENUTUP
a).Kesimpulan
b).
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di
dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun
baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di
dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3
juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan
anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4
dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan
jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal
29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan
29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal
tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS
di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus
HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2. Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi AIDS.
2.
Untuk mengetahui etiologi/penyebab AIDS
3.
Untuk mengetahui cara penularan AIDS
4.
Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
5.
Untuk mengetahui patofisiologi AIDS
6.
Untuk mengetahui pathway AIDS
7.
Untuk mengetahui komplikasi klien dengan AIDS
8.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada klien AIDS
9. Untuk mengetahui
penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet pada klien AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli
antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang
menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel
T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999).
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi
klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia,
2005).
B. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus
limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV),
adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah
masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan
HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein
yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur
genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang
membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari
protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)
ร
Cara Penularan
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000
)antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan
seksual, dengan risiko penularan 0,1-1 %
tiap hubungan seksual
b. Melalui darah,
yaitu:
·
Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
·
Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
·
Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
·
Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air
susu ibu(ASI)14%.
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus
HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun.
Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS
dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus
HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus
harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit.
Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel,
virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan
partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi
limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki
suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.
CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4
biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem
tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
PENYIMPANGAN
KDM HIV/AIDS
Hubungan
seks, transfusi darah, palsenta ibu
HIV masuk
dalam tubuh
Peredaran
darah
Menginfeksi sel
sasaran; sel T
Perlekatan pada
reseptor sel T
oleh gp 120
HIV
Fusi HIV pd membran sel oleh gp41
Masuk pada
bagiian
tengah sitoplasma
limfosit
Transkripsi RNA virus menjadi cDNA
Terintegrasi ke dlm kromosom pejamu
Membentuk 2 untai DNA;provirus
Meninggalkan inti
sel
Sitoplasma
Pemotongan protein
virus
oleh HIV
protease
menyebar ke seluruh sel tubuh
Segmen2 kecil
mengelilingi sarkoma
kaposi multi organ
RNA
virus
jaringan kulit invasi ke
saluran gastrointestinal
Membentuk
partikel vesikel
pd kulit, herpes melekat dan
merusak sel-sel
virus
menular
lesi-lesi kutaneus
mukosa saluran GI
Menyerang sel-sel rentan lain turgor kulit jelek iritasi mukosa
di seluruh
tubuh GANGGUAN INTEGRITAS merangsang gerakan peristaltik
menyerang jaringan limfoid KULIT diare
Destruksi
sistem imun
pengeluaran cairan dan elektrolit
AIDS gatal,
bersisik KEKURANGAN
VOLUME
Penurunan
sistem imun stimulasi serabut saraf nyeri
CAIRAN
RESIKO INFEKSI transmisi
impuls saraf kandidiasis oral, oral
hairy leukoplakia
Perubahan status kesehatan Ke medula spinalis ketidaknyamanan intake makanan
hospitalisasi menarik diri dari sosial Saraf
pusat anorexia
takut/khawatir tantang panyakit perasaan malu Respon nyeri nutrisi
inadekuat
stress
psikologi ISOLASI SOSIAL NYERI kelemahan PERUBAHAN
NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH
ANSIETAS
INTOLERANSI AKTIVITAS
D. TANDA DAN
GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala
yang ditemui pada penderita AIDS :
Panas lebih dari 1 bulan,
Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan, Badan menjadi kurus sekali, Diare
,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening, Kesadaran menurun, Penurunan
ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi
lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan
gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi,
sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
2.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
akan diperoleh hasil positif.
3.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan
gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan
HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia
pneumocystis (PCP)
2.
Tuberculosis (TBC)
3.
Esofagitis
4.
Diare
5. Toksoplasmositis
6.
Leukoensefalopati multifocal prigesif
7.
Sarcoma Kaposi
8.
Kanker getah bening
9.
Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).
G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Tes Laboratorium
Telah
dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
ร Tes antibody
serum
Skrining Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
ร Tes blot
western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
ร Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
ร Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
ร T8 ( sel
supresor sitopatik )
Rasio terbalik
( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
ร P24 ( Protein
pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
ร Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
ร Reaksi rantai
polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi
sel perifer monoseluler.
ร Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
b. Budaya
Histologis,
pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur,
bakteri, viral.
c. Neurologis
EEG, MRI,
CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d. Tes Lainnya
ร Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi
interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
ร Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi
awal pneumonia interstisial
ร Skan Gallium
Ambilan
difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
ร Biopsis
Diagnosa
lain dari sarcoma Kaposi
ร Brankoskopi / pencucian
trakeobronkial
Dilakukan
dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Biodata
a.
Identitas klien
1). Nama :
2). Umur :
3). Jenis
kelamin
4). Status
perkawinan
5). Agama
6).
suku/bangsa
7).
Pendidikan
8).
Pekerjaan
9).
Pendapatan
10). Alamat
11). Tanggal masuk RS
12). Tanggal
pengkajian
13).
Diagnosa medis
14). No.
Register
15). Ruangan
16). RS
b.
Identitas penanggung
1). Nama
2). Umur
3). Jenis
kelamin
4). Status
5). Agama
6).
Suku/bangsa
7).
Pendidikan
8).
Pendapatan
9). Hubungan
dengan klien
10). Alamat
2.
Riwayat
kesehatan
ร
Keluhan utama : Perasaan
lemah, diare, rasa muntah, nyeri abdomen.
ร
Riwayat keluhan utama :
Klien dibawah di rumah sakit setelah beberapa kali BAB yang disertai muntah
serta merasakan nyeri, kualitas nyeri yaitu hilang timbul dengan skala 6 (0-10)
yaitu skala sedang, nyeri tersebut dirasakan pada bagian abdomen, waktu nyeri
tidak menentu.
ร
Riwayat kesehatan dahulu : Klien belum pernah
masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama ataupun berbeda, klientidak
memiliki penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
ร
Riwayat kesehatan
keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama ataupun
penyakit keturunan.
3.
Pola
aktivitas sehari-hari :
a). Makan dan minum :
·
Sebelum sakit : Klien
mengatakan makan 3kali sehari dengan porsi cukup, yaitu nasi, ikan dan sayur. Sedangkan untuk kebutuhan minum klien yaitu
dengan frekuensi 6-7 gelas/hari, yakni air putih.
·
Selama sakit : Klien
mengatakan jarang makan sebab tidak ada nafsu makan, sedangkan untuk kebutuhan
minum klien biasanya 3-4 gelas/hari.
b). Istrahat dan tidur :
·
Sebelum sakit : Klien
mengatakan, waktu tidur malam yaitu jam 22.00-05.00, sedangkan untuk tidur
siang yaitu jam 13.00-15.00.
·
Selama sakit : Klien
mengatakan waktu tidur tidak menentu.
c). Aktivitas :
·
Sebelum sakit : Klien
mengatakan dapat melakukan berbagai jenis aktivitas dengan baik dan aktif.
·
Selama sakit : Klien
mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
d).
Eliminasi :
·
Sebelum sakit : Klien
mengatakan BAB dalam konsistensi padat, berwarna kecoklatan, serta berbau khas
amoniak dengan frekuensi 1-2kali/hari, sedangkan untuk BAK klien biasanya
berwarna kuning dengan bau khas dan denganfrekuensi 3-4 kali/hari.
·
Selama sakit : Klien
mengatakan BAB dalam konsistensi feses encer/cair, dengan frekuensi
5-6kali/hari. Sedangkan untuk BAK klien yaitu berwarna kuning, bau khas amoniak
dengan frekuensi tetap yaitu 3-4kali/hari.
4.
Pemeriksaan
fisik (Head to toe)
a). Keadaaan umum : Lemah
b). Kesadaran : Composmentis
c).
Tanda-tanda vital :
· Tekanan
darah :
130/80 mmHg
· Nadi : 90 x/menit
· Respirasi :
24 x/menit
· Suhu :
39 0 C
d).
Kepala
· Inspeksi :
Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan lurus, tidak terdapat ketombe, tidak ada alopesia, tidak ada trauma
dan pembengkakan pada kepala.
· Palpasi :
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
e).
Mata
· Inspeksi :
Mata simetris kiri dan kanan,tidak ada radang pada kelopak mata, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
· Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tekanan intra okuler baik.
f).
Hidung
· Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat
secret, tidak ada radang atau infeksi, terpasang oksigen 3liter/menit.
· Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada
nyeri tekan.
g).
Telinga
· Inspeksi : Bentuk
simetris, auricula bersih, tidak ada tumpukan serumen.
· Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa.
h).
Mulut dan tenggorokan
· Inspeksi : Tidak
tampak cianosis pada bibir, bibir Nampak bersih, tidak ada caries, tidak ada
peradangan, lidah Nampak bersih serta mukosa berwarna merah.
i).
Leher
· Inspeksi : Tidak
ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak tampak ada kekakuan.
· Palpasi :
Tidak terdapat massa, dan tidak ada nyeri tekan.
j). Sistem Respirasi
· Inspeksi :
Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, frekuensi pernapasan 24kali/menit.
· Palpasi :
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
k).
Abdomen
· Inspeksi : Permukaan
perut datar,warna kulit sawo matang, tidak tampak adanya luka, tidak tampak
adanya asites.
· Palpasi :
Bunyi peristaltic usus terdengar 6kali/menit
· Perkusi :
Bunyi thympani
· Auskultasi : Tidak
ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
l). Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
· Inspeksi : Tampak
terpasang infuse, Tidak ada atrofi, tidak ada cianosis pada kuku.
· Palpasi :
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan, klien dapat merasakan sentuhan.
2) Ekstremitas bawah
· Inspeksi : Klien
dapat menggerakan kedua kakinya tetapi kekuatan ototnya berkurang, tidak tampak
ada kekakuan sendi, tidak terdapat atrofi.
· Palpasi :
Tidak terdapat massa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan.
5.
Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
keperawatan
|
1
|
DS :
-
DO :
Penurunan sistem
imunitas tubuh
|
Hubungan seks, transfusi darah, plasenta
HIV masuk ke dalam tubuh
Peredaran darah
Menginfeksi sel sasaran; sel T
Perlekatan pada reseptor sel sasaran
Fusi HIV pada membran sel
Masuk pada sitoplasma
Transkripsi RNA virus
Integrasi ke dalam kromosom sel pejamu
Membentuk 2 untai DNA; provirus
Meninggalkan inti sel
Pemotongan protein virus oleh HIV
protease
membentuk segmen kecil partikel virus
menular
Menyerang sel-sel rentan lain ke
seluruh tubuh
Menyerang jaringan limfoid
Destruksi sistem imun
Acquired imunodefisiensi syndrome
(HIV)
Penurunan sistem imun
|
Resiko
infeksi
|
2
|
DS :
- Pernyataan
mudah lelah
DO :
- Diare
- Turgor
kulit jelek
- Peristaltik
usus meningkat
- Mata
cekung
- Membran
mukosa kering
- Fese
encer
|
Virus menular
Menyebar keseluruh tubuh
Sarkoma kaposi multi organ
invasi ke saluran gastrointestinal
Iritasi sel mukosa gastrointestinal
Merangsang gerakan peristaltik
Diare
|
Kekurangan
volume cairan
|
3
|
DS :
- Pernyataan
mual
- Anorexia/penurunan
nafsu makan
DO :
- Berat
badan menurun
- Muntah
- Kandidiasi
pada lidah
|
Penyebaran HIV ke seluruh tubuh
Sarkoma kaposi multi organ
Kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia
Ketidaknyamanan intake makanan
Anorexia
Nutrisi tidak adekuat
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
4
|
DS :
- Mengeluh
adanya rasa nyeri
DO :
- Nampak
meringis kesakitan
- Skala
nyeri dalam rentan 0-10
- Penurunan
rentan gerak
- Nampak
gelisah
|
Lesi-lesi kutaneus
Gatal, bersisik
Stimulasi serabut saraf nyeri
Transmisi impuls saraf ke medula
spinalis
Saraf pusat
Respon nyeri
|
Nyeri
|
6.
Diagnosa
Keperawatan
a). Resiko
infeksi berhubungan dengan imunodefisiensi.
b) Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan sekresi gastrointestinal ditandai
dengan diare berat, berkeringat,muntah ditandai dengan membran mukosa kering.
c).
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nutrisi inadekuat ditandai dengan penurunan berat badan, hilangnya nafsu
makan, mual muntah.
d). Nyeri berhubungan dengan
infalamsi/kerusakan jaringan, lesi kutaneus ditandi dengan rasa gatal pada
kulit, ketidaknyamanan, keluhan nyeri.
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
|
Resiko tinggi
terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodefisiensi
|
· Tidak
adanya infeksi
· Bebas
dari tanda-tanda infeksi
|
Mandiri
:
·
Lakukan pemeriksaan
pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses,dan cairan
muntah
·
Amati/laporkan
epistaksis,hematoria, perdarahan vaginal non –menstruasi atau pengeluran
darah melalui lesi/orisium tubuh/daerah penusukan terapi intravena
·
Pantau perubahan
tanda-tanda vital dan warna kulit,
mis: tekanan darah, denyut nadi,pernapasan, pucat kulit/perubahan warna
·
Pantau perubahan
tingkat kesadaran, dan gangguan penglihatan
·
Hindari injeksi IM,
pengukuran rektal, suposituria,selang rektal
·
Mempertahankan
lingkungan yang aman mis: menjaga agar
seluruh benda yang diperlukan dan bel pemanggil berada dalam jangkauan pasien
dan menjaga tempat tidur pasien tetap rendah
·
Pertahankan istirahat
ditempat tidur, kursi apabila trombosis di bawah 10.000 atau sesuai kebutuhan
perseorangan kaji aturan obat-obatan
Kolaborasi
:
·
Tinjau ulang
pemeriksaan laboratorium mis: PT, PTT, waktu pembekuan, trombosit, HB/HT
·
Berikan produk darah
sesuai indikasi
·
Hindarkan
penggunaan produk asipirin
|
·
Mempercepat deteksi adanya perdarahan /penantauan awal
dari terapi mungkin dapat perdarahan kritis
·
Perdarahan spontan
mengindikasikan trombositopenia imun
·
Timbulnya
perdarahan/hemoragi dapat menunujukan adanya kegagalan sirkulasi atau syok
·
Perubahan dapat menunjukan
adanya peradarahan otak
·
Melindungi pasien
dari prosedur berkenaan dengan
penyebab perdarahan mis: se3lang rektal dapat merobek mukosa rectal
·
Mengurangi cedera
yang tidak disengaja, yang dapat menyebabkan perdarahan.
·
Mengurangi
kemungkinan cedera, meskipun aktivitas harus tetap dipertahankan.
·
Mendeteksi gangguan
kemampuan pembekuan, mengidentivikasi kebutuhan terapi.
·
Transfusi diperlukan
pada waktu terjadi perdarahan terus menurus/perdarahan spontan massif
·
Mengurangi agregasi
trombosit,ketidakseimbangan/perpanjangan proses koagulasi
|
2.
|
Kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan peningkatan sekresi gastrointestinal ditandai
dengan diare berat, berkeringat,muntah ditandai dengan membran mukosa kering.
|
·
Mempertahankan
hidrasi
·
Tanda-tanda vital
stabil
·
Turgor kulit balik
|
Mandiri
:
·
Pantau TTV termasuk CVP bila terpasang . catat
hipertensi, termasuk perubahan postural.
·
Cara peningkatan suhu
dan durasi demam .berikan kompres hangat sesuai indikasi.petahankan tetap
kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
·
Kajio turgor
kulit5,membran mukosa,dan rasa haus.
·
Ukur haluaran urine dan berat jenis urin. Ukur
/kaji jumlah kehilangan diare. catat kehilangan takkasatmata.
·
Timbang berat badan
sesuai indikasi.
·
Pantau pemasukan oral
dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
·
Buat cairan mudah
diberikan pada pasien, gunakan cairan yang mudah di toleransi oleh pasien dan
yang menggantikaN elektrolit yang di butuhkan mis: gaturade, air daging.
|
·
Indikator dari volume
cairan sirkulasi.
·
Meningkatkan
kebutuhan metaabolisme dan diaforesis yang berlebihan yang di hubungkan denga
demam dlam meningkatkan kehilangan cairan takkasatmata.
·
Indi kator tidak
langsung dari status cairan.
·
Peningkatan
berat jenis urine/penurunan haluaran
urine menunjukkan perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi.
·
Meskipun kehilangan
berat badan dan dapat menunjukkan penggunaan otot,fluktuasi tiba-tiba
menunjukkan sstatus hidrasi.
·
Mempertahankan
keseimbangan cairan ,mengurangi rasa
haus, dan melembabkan membran mukosa.
·
Meningkatkan
pemasuklan.cairan tertentu mungkin telalu menimbulkan nyeri untuk
dikonsumsi mis: jeruk asamkarena lesi
pada mulut
|
3.
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan nutrisi inadekuat ditandai dengan penurunan berat badan,
hialngnya nafsu makan,mual muntah.
|
· Mempertahankan
berat badan.
· Masukan
oral adekuat.
· Nafsu
makan kembali normal.
|
Mandiri
:
·
Kaji kemampuan untuk
mengunyah, merasakan, dan menelan
·
Auskultasi bising usus
·
Timbang bera
serangkaian badan sesuai kebutuhan .
evaluasi berat badan dalam adanya berat badan yang tidak sesuai.gunakan
serangkaian berat badan dan atropometrik.
·
Hilangkan rangsang
lingkungan yang berbahaya/kondisi yang memperburuk refleks gag.
·
Berikan perawatan
mulut yang terus menurun,awasi tindaklan pencegahan sekresi.hindari obat
kumur yang mengandung alkohol.
·
Raencanakan diet
dengan pasien/oraang terdekat,jika memungkinkan ,sarankan”makanan dari
rumah”.sedikan makanan/ kudapan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat
nutrisi, tidak bersifat asam dan juga
minuman dengan pilihan yang di sukaAI PASIEN. Mendorong konsumsi makanan
berkalori tinggi , yang dapat merangsang nafsu makan.catat waktu,kapaan nafsu
makan menjadi baik dan pada waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan yang lebih besar.
|
·
Lesi mulut,tenggorok
dan esofagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk
mengelola makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.
·
hipermotilita,
saluran intestinal umum terjadi dan di hubungkan dengan muntah dan diare,
yang dapat mempengaruhi pilihan diet/ cara makan. CATATAN: tidak mampu
mentoleransi laktosa dan malabsorpsi berhubungan dengan terjadinya diare dan
mungkin membutuhkan perubahan pada diet/ formula tambahan MIS: sumber
makanan.
·
Indikator kebutuhan
nutrisi / pemasukan yang adekuat.CATATAN: karena adanya penekanan sistem imun
, maka beberapa tes darah yang umumnya di gunakan untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna.
·
Mengurangurangi
stimulus pusat muntah di medulla.
·
Mengurangi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual muntah,lesi oral, mengeringkan
mukosa,dan halitosis. Mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan .
·
Melibatkan pasien
dalam rencana memberikasn perasaan kontrol lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan.
Memenuhi kebutuhan akan makanan non-institusional mungkin juga meningkatkan
pemasukan.
|
4.
|
Nyeri yang
berhubungan dengan infalamsi/kerusakan jaringan, lesi kutaneus ditandi dengan
rasa gatal pada kulit, ketidaknyamanan, keluhan nyeri.
|
· Nyeri
hilang/terkontrol
· Menunjukan
ekspresi kenyamanan.
· Dapat
melakukan istrahat dengan baik.
|
Mandiri
:
·
Kaji keluhan nyeri,
perhatikan lokasi,intensitas, (skala1-10), ferkuensi, dan waktu.menandai
gejala nonverbal mis: gelisah,takikardia, meringis.
·
Dorong pengungkapan
perasaan.
·
Berikan
aktivitas hiburan,mis: membaca,
berkujung, dn menonton telivisi
·
Lakukan tindakan
paliatif, mis: pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.
·
Berikan kompres
hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah
pemberian
·
Instrusikan
pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi,
relaksasi progesif, tehnik napas dalam
·
Berikan perawatan
oral
Kolaborasi
:
·
Berikan
analgetik/antipiuretik, analgesik narkotik. Gunakan ADP ( analgesic yang
dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam dngan dosis prn
|
·
Mengindikasikan
kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan /refelusi
komplikasi
·
Dapat mengurangi
ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi presepsi akan ansietas rasa
sakit.
·
Memfokuskan kembali
perhatian; mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi.
·
Meningkatkan
relaksasi/menurunkan ketegangan otot
·
Injeksi ini diketahui
sebagai penyebab rasa sakit dan akses steril
·
Meningkatkan
relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan narkotik analgesik ( depresan
SSP) dimana telah terjadi proses degeneratif neuro motorik.
·
Ulserasi/lesi oral
mungkin menyebabkan ketidak nyamanan,
·
Memberikan penurunan
nyeri/tidak nyaman ; mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien berdasarkan
waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah
kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan,bahwa
penyakit HIV/AIDS adalah adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
·
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a).AIDS adalah infeksi oportunistik
yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (
sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
b).AIDS adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.
B.
Saran
o Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
o Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Heri.”Asuhan
Keperawatan HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.
com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)
Mansjoer,
Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Marilyn
, Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price
, Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC
UGI.2012.”Diet
Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.
blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)