BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
SISTEM PENGINDRAAN
Pancaindra
adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa
kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.
Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan,
penciuman dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus
dan rasa sakit.
Dalam segala hal, serabut saraf
sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus mengumpulkan rangsangan yanh khas
tempat setiap organ berhubungan. System indra memerlukan bantuan system saraf
yang menghubungkan badan indra dengan system saraf pusat. Organ indara adalah
sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam
badan sendiri untuk diteruskan sebagai impils saraf melalui serabut saraf
kepusat susunan saraf. Setiap organ menerima stimulus tertentu, kesan yang sesuai
sebagai system organ indra haanyaa maampu meneerimaa stimulus, menghasilkan dan
mengirimstimulus dari impuls saraf. Organ indra dapat diklasifikasimenjadi dua
yaitu : organ indra umum seperti reseptor raba tersebar disekitar seluruh tubuh
dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang penyebarannya terbatas
pada lidah.
Kelenjar
air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang terlihat pada sudut dalam kantong
konjungtifa dari saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air
mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan ini
menguap, sebagiab lagi masuk kehidung melalui saluran nasolakrimalis.
INDRA
PENLIHATAN
( MATA )
A.
ANATOMI FISIOLOGI MATA
ANATOMI MATA
Berikut adalah anatomi
dari pada mata :
Mata adalah organ penglihatan, yang berfungai
untuk melihat semua gambar-gambar/ bayangan-bayangan yang nyata didepan kita.
Tanpa adanya mata kita sulit untuk melakukan aktifitas sehari-hari
-
Organ Luar Mata
1.
Bulu mata
Bulu mata berfungsi
menyaring/pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagai alat
kecantikan.
2.
Alis
mata
Dua potong kulit
tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu mata.Alis mata berfungsi menahan
keringat agar tidak masuk ke bola mata.
3.
Kelopak mata
Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata
bawah,fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada
mata (menutup dan membuka mata)
-
Organ Dalam Mata
Bagian-bagian
pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak
untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
2.
Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
3.
PupilDanIris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
4.
LensaMata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
5.
RetinaatauSelaputJala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
FISIOLOGI MATA
Organ sensorik kompleks yang mempunyai
fungsi optikal untuk melihat dan saraf
untuk tranduksi sinar.Aparatus optik mata membentuk dan mempertahankan
ketajaman fokus objek dalam retina.Prinsip optik:sinar dialihkan berjalan dari
satu medium lain dari kepadatan yang berbeda ,fokus utama pada garis yang
berjalan melalui pusat kelengkungan lensa sumbu utama.
Indra penglihatan menerima rasangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantara serabut nervus optikus,menghantarkan rangsangan ini kepusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang
letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh
kornea lensa badan ekueus dan vitrous Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan
bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang di fokuskan
1.
BLASTOMA
a.
Pengertian
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas utama intraocular yang di temukan pada anak-anak , pada
usia dibawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Massa tumor
di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus ( endovitik).
b. Patofisiologi
Ratino blasto
↓
Masa tumor di dalam struktur mata
↓
Tumor semakin membesar
↓
↓
Masa tumor di dalam struktur mata
↓
Tumor semakin membesar
↓
penekanan
pembulu darah
Peradangan
vitreus daerah mata
Proses penyakit
Proses penyakit
↓
Lesimenonjol
berbentuk bulat suplai oksigen berkurang
Berwarna merah jambu
Berwarna merah jambu
↓
Metabolisme anaerob
Perubahan
struktur anatomi mata
↓
Perubahan fungsi
Perubahan fungsi
↓
Asam
laknat meningkat
sensorik motorik mata Perubahan citra diri
↓
sensorik motorik mata Perubahan citra diri
↓
nyeri
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat
↓•
ganguan
komunikasi visual Merangsang mediator
nyeri (histamine,bradikinin,serotin,dll)
penurunan aktivitas Metaphase ke otak
nyeri (histamine,bradikinin,serotin,dll)
penurunan aktivitas Metaphase ke otak
↓
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓Gangguan rasa nyaman
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓Gangguan rasa nyaman
dan aman
c. Etiologi
Retinablastoma terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel syaraf
retina yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel
normal seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor.
Retinoblastoma dapat menyerang ke dalam mata dan jaringan di sekitarnya.
Retinoblastoma juga dapat menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak
dan tulang belakang.
Pada umumnya tidak jelas apa yang
menyebabkan terjadinya retinoblastoma. Tetapi adalah hal yang mungkin jika ini
merupakan kondisi bawaan. Mutasi gen yang meningkatkan risiko r etinoblastoma
dan kanker lain dapat menurun dari orang tua ke anak.
d. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi
dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke
luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2. ABLASIO RETINA
a.
Pengertian
Ablasio adalah suatu
keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina,ablasio retina
merupakan masalah mata yang serius dan memerlukan perawatan yang serius pula.
Ablasio retina
terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen
retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel
fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat
hilangnya penglihatan
b.
Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina
dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang
matur dapat berpisah :
- Jika
terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
- Jika retina tertarik
oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti pada
retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
- Walaupun
jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi,
yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)
Ablasio retina idiopatik
(regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang retina.
Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan
yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi
kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap
melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.
c.
Etiologi
a.
Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
d.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain
glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.
- Pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena
perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
- Teknik pencitraan
seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk membantu
diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing
intraokuli dan tumor
e.
Cara Pengobatan
Manajemen Terapi Ablatio
Retina
Untuk
memperbaiki Ablatio Retina dilakukan
prosedur operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
·
Mengatasi kecemasan
·
Membatasi aktivitas
·
Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan
bola mata
·
Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah
akomodasi dan kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah operasi
·
Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
·
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
·
Evaluasi penutup mata
·
Bantu semua kebutuhan ADL
·
Perawatan dan pengobatan sesuai program
3. Presbiopi
a. Pengertian
suatu bentuk gangguan refraksi, dimana
makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya
umur.Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran
kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan
memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.
b. Patofisiologi
Pada mekanisme
akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya
perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga
lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa menjadi lebih keras
(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung,dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
-
Kelemahanototakomodasi
-
Lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisnya akibat sklerosis lensa.
c.
Etiologi
-
Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan
degenerasi.
-
Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet ( cahaya
matahari ) dan angin
(udarapanas) yang mengenai kongtungtiva bulbi
(udarapanas) yang mengenai kongtungtiva bulbi
d.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus dilakukan, karena
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik kadang sudah dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis pterigium. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada
jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterigium yang didapat
adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada
stromanya.
Pengobatan pterigium
tergantung dari keadaan pteriumnya sendiri, dimana pada keadaan dini tidak
perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses inflamasi dapat diberikan
steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut
misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi
media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan
kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi pterigium.
e. Pengobatan
Obat-obatan
yang sering digunakan pada kasus pterigium adalah :
- Pemakaian
air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata)
1. Untuk membasahi
permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air. Obat ini
merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar,
Gen Teal (OTC)
2. Air
mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata
pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air
mata yang tak teratur. Keadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterygium.
- Salep
untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular.
alep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas
yang lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan yang lebih kental ini akan
cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini
sering dipergunakan pada malam hari terkecuali bila pasien merasakan sakit
dalam pemakaiannya.
- Obat
tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata
dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam
penatalaksanaan pterygia yang inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan
yang inflamasi pada permukaan okular di dekat jejasnya. Prednisolon asetat
(Pred Forte 1%) – suatu suspensi kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk
mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan
inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal
lain.
Tindakan
pembedahan untuk ekstirpasi pterygia biasanya bisa dilakukan pada pasien rawat
jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila diperlukan dengan
memakai sedasi. Perawatan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada
malam hari, dan dirawat memakai obat tetes mata atau salep mata
antibiotika atau antiinflamasi.
Pembedahan pterigium dapat dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain :
Teknik Bare sclera
a. Anastesi : proparacain atau pantokain atau dapat juga menggunakan kokain 4%
yang diteteskan maupun dioles dengan kapas pledget, kemudian diberikan suntikan
subkonjungtiva dengan lidokain 1-2 % .
b. Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi.
c. Siapkan lid spekulum
d. Lakukan pengujian untuk menunjukkan otot yang terkait dengan pterigium.
e. Lakukan fiksasi dengan benang ganda 6.0 pada episklera searah jam 6 dan jam
12.
f. Posisi mata pada jahitan korset.
g. Buatlah garis demarkasi pterigium dengan cautery.
h. Gunakanlah ujung spons atau kapas untuk membersihkan darah ketika sedang
dilakukan pengikisan pterigium dari apek dengan menggunakan forcep jaringan.
i.
Laksanakan pembedahan dari kepala
pterigium yang ada di dekat kornea mata dengan menggunakan scarifier. Traksi
dengan forcep ukuran 0.12 mm akan memudahkan pengangkatan pterigium.
j.
Bebaskan sklera dari pterigium.
-
Menggunakan westcott gunting untuk
memotong sepanjang tanda cautery.
-
Kikislah pterigium dengan gunting.
-
Pindahkan semua jaringan pterigium
dari limbus dengan menggunakan sharp sehingga tampak jaringan sklera yang
telanjang.
-
Jika perlu, mengisolasi rektus otot
horizontal dengan suatu sangkutan otot untuk menghindari kerusakan jaringan
yang akan membentuk sikatrik.
k. Pindahkan pterigium dilimbus dengan menggunakan gunting.
l.
Gunakan cautery untuk menjaga
keseimbangan.
m. Menghaluskan sekeliling tepi limbus.
-
Dengan menggunakan burr intan
-
Dengan tepi punggung mata pisau
scarifier.
n. Berikan antibiotik dan steroid topikal.]
o. Kemudian tutup mata dengan kasa steril dan fiksasi
4. HIPERMETROPIA
a.
Pengertian
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan
keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang
retina.
b.
Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya
pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak
adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata
jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.
c.
Etiologi
Penyebab
timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga
Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia,
Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan
sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu
lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga
Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada
kornea, aqueus humor, lensa,
dan vitreus humor. Gangguan yang
dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi
kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada
komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes
Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal,
yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)
3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga
hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran
posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada lagi (afakia).
d.
Pemeriksaan penunjang
Kita bisa memeriksa mata klien dengan menggunakan Snellen
Chart – Eye Chart karena alat in fungsinya untuk memeriksa ketajaman mata
seseorang. Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda atau
orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut. Dan
ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola bentuk tertentu.
Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E” terbalik dalam
orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika pemeriksaan dilakukan
manusianya hanya menunjukkan arah mana masing-masing “E” yang dilihat. Seperti
halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris memiliki lingkaran dengan bagian dari
segmen yang berbeda dihilangkan, dan pengujian menjelaskan di mana setiap
bagian yang tidak terpenuhi atau patah
berada.
Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat pemeriksaan
menebak gambar.
Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai
uji ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan
telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki
beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat dan kurang
pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat cocok untuk
anak-anak karena menyerupai video game.
Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat.
Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat.
e. Pengobatan
Yang dilakukan
untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain
dengan:
·
Koreksi penglihatan dengan bantuan
kacamata
·
Pemberian tetes mata atropin.
·
Menurunkan tekanan dalam bola mata.
·
Penggunaan lensa kontak kaku :
memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
·
Latihan penglihatan : kegiatan
merubah fokus jauh – dekat.
5. Hordeolum
a. Pengertian
Hordeolum (
stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian
atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman
Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1
kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi
kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2
jenis :
1.
Hordeolum interna terjadi pada
kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva
(selaput kelopak mata bagian dalam).
2.
Hordeolum eksterna
(bintitan/timbilen), terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan
nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
b. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
stafilokokus aureus. Yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Dapat terjadi di kelenjara minyak Meibom, kelenjar Zeis atau
Moll. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan
inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.
c. Etiologi
Hordeolum
adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan
oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkana
d. Pengobatan
Adapun cara pengobatan pada penyakit ini
adalah
1.
Kompres hangat selama sekitar 10-15
menit, 4 kali sehari.
2.
Antibiotik topikal (salep, tetes
mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin,
Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai
anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
3.
Antibiotika oral (diminum),
misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral
digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika
topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis
antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan
berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat
ringannya hordeolum.
1.
Obat-obat simptomatis (mengurangi
keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen,
asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
2.
Penatalaksanaan Bedah
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase
pada hordeolum, apabila:
a. Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal
dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu.
b. Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.
Setelah insisi
dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar
benar-benar sembuh sempurna.
3.
Manajemen Preventif
a. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh
wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c.
Jaga kebersihan peralatan make-up
mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
e. Hindari mengucek-ucek atau menekan
hordeolum.
f. Jangan memencet hordeolum.
Biarkan hordeolum pecah dengan
sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau
cairan dari hordeolum.
g. Tutup mata pada saat membersihkan
hordeolum.
h. Untuk sementara hentikan pemakaian
make-up pada mata.
i.
Lepaskan lensa kontak (contact
lenses) selama masa pengobatan.
Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum
kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa
timbul secara berulang.
INDRA PENDENGARAN
( TELINGA )
A.
ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
ANATOMI TELINGA
Berikut
adalah gambar dan bagian-bagian telinga :
Telinga
merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks – pendengaran dan
keseimbangan. Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-
hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara, tergantung pada kemampuan mendengar. Kita memiliki sepasang telinga yang terdiri
dari 3 bagian yaitu :
1.
Telinga luar
2.
Telinga tengah
3.
Telinga dalam
Bagian- bagian telinga
-
Telinga luar
merupakan
bagian telinga yang berguna sebagai penangkap getaran suara, yang termaksud
telinga luat yaitu daun telinga, lubang
telinga dan saluran telinga laur.
Telinga luar
terdiri aurikulla ( pinna) dan kanalis auditorius esternus, dipisahkan dari
telinga tengah oleh struktur seperti cakaram yang dinamakan membrane timpani (
gendang telinga ). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat disis kepala oleh kulit dan tersusun terutama
oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Orikulus membantu pengumpulan gelombang suara dalam perjalananya sepanjang
kanalis auditorius esternus. Tepat didepan meatus auditorius esternus adalah
sendi temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan
ujung jari dimeatus auditorius esternus ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius esternus panjangfnya sekitar 2,5 cm. sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan vibrosa padat dimana kulit terlekat. 2/3
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit. Kanalis auditorius esternus
berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mengsekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme dari pembersihan diri
telinga, mendororng sel kulit tua dan serumen dibagian telinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
-
Telinga tengah
Bagian telinga
ini terdiri dari selaput pendengaran, tulang-tulang pendengaran dan saluran
eustachius. Telinga tengah tersusun atas membrane timpani ( gendang telinga)
disebelah lateral dan kapsul otik disebelah medial, celah telinga terletak
diantara keduanya. Membrane timpani terletak pada akhiran kanalis audotorius
esternusdan menandai batas lateral telinga tengah. Membrane ini, yang
diameternya sekitar 1 cm dan sangat tipis, normalnya berwarna kelabu mutiara
dan translusen. Telingah tengah merupakan rongga berisi udara yang merupakan
rumah bagi osikuli ( tulang telingah ) dan dihubungkan dengan tuba
eustachii ke nasofaring. Juga
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara dibagian mastoid tulang temporald.
Telinga tengah mengandung tiga tulang terkecil ( osikuli) di tubuh yaitu
maleus, inkus, dan stapes. Osikulin dipertahankan pada tempanya oleh persendian, otot, dan ,ligament, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat) di
dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dan telinga
dalam. Bagian datarn kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara
dihantarkan ditelinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan getaran suaran.
Jendela bulat ditutpi oleh membrane yang sangat tipis, dan dataran kaki stapes
ditahan oleh anolus yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Baik
anolus jendela bulat maupun jendela oval sangat mudah mengalami robekan. Bila
ini terjadi, cairan dari telinga dalam akan mengalmi kebocoran ketelingta
tengah, kondisi ini dinamakan vistula perilinfe. Tuba eustachii yang lebar
sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga tengah ke
nasovaring. Normalnya, tuba estachii selalu tertutup, namun dapat terbuka kibat
kontraksi otot palatum ketika mengalami maneuver valsavah / dengan menguap atau
menelan. Tuba bertindak sebagai saluran drainase untuk sekresi normal dan
abnormal teling tengah dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga dng teknan
atmosfer.
-
Telinga dalam
Telinga
ini terdiri dari tingkap jorong, dan rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat
cairan yang bergetar jika ada bunyi. Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian
petrous temporal. Organ untuk pendengaran ( koklea) dan keseimbangan ( kanalis
semisirkularis) , begitu juga saraf cranial VII ( nervus fasialis) dan VIII (
nervus kokleovestibuler) , semuanya merupakan dari bagian komplek anatomi ini.
Koklea dan kanalis semisirkukaris bersama-sama menyusun tulang labirint. Ketiga
kanalis semisirkularis- posterior, superior dan lateral- terletak membentuk
sudut 90⁰
satu sama lain dan mengandung organ reseoptor yang berhubungan dengan
keseimbangan. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu
sebagai berikut :
1.
Tiga saluran setengah lingkaran
2.
Ampula
3.
Utrikulus
4.
Sakulus
5.
Koklea atau rumah siput
FISIOLOGI TELINGA
Gelombang
bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran
ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane
pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi
tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran
membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti
dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam
otak melalui saraf pendengaran.
B.
PENYAKIT PADA TELINGA
1. Gangguan telinga
luar
-
Otalgia : rasa nyeri pada telinga.
Penyebabnya : akibat adanya iritasi local karena
banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan
faring. Nyeri disebabkab oleh nyeri yang terjadi didekat sendi
temporomandibularis.
-
Inpaksi serumen : secara normal serumen dapat tertimbun dalam
kanalis eksternus dan dalam jumlh dan warna yang bervariasi. Meskipun biasanya
tidak perlu dikeluarkan, kadang-kadang daapat mengalami impaksi, menyebabkan
otalgia rasa penuh dalam telinga, atau kehilangan pendengaran. Usaha
membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut atau alat
lainnya bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infeksi
atau kerusakan gendang telinga.
-
Benda asing : kadang-kadang benda bisa masuk tanpa
disengaja kedalam telinga yang mencoba membersihkan kanalis esternus atau
mengurangi gatal. Efeknya dapat berkisar dari tanpa tanpa gejala sampai gejala
nyeri berat dan penurunan pendengaran. Serangga yang memasuki telinga biasanya
dapat dikeluarkan dengan meneteskan tetes telingan yang akan melunakkan
serangga dan memungkinkannya terbilas.
-
Otitis eksterna : infeksi utmanya bakteri, jamur,
merupakan masalah yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis
eksterna (infeksi telinga luar) termksud air dalam kanalis audotorius
eksternus( telinga perenang)
-
Otitis eksterna
maligna : bentuk yang jarang namun
lebih serius infeksi infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna (
osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progesif, melemahkan bahkan
terkadang fatal pada kanalis auditorius eksternus, jaringan sekitarnya, dan
dasar tengkorak. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonaas Aeruginosa pada klien
dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti diabetes.penanganan yang
berhasil meliputi pengontrolan diabetes, pemberian antibiotika ( biasanya
intravena ), dan perawatan luka local agresif. Penanganan antibiotika
parenteral standar meliputi kombinasi bahan anti pseudomonas dan
aminoglikosida, keduanya mempunyai potensial efek samping serius. Karena
aminoglikosida serum klien dan fungsi ginjal dan auditori klien harus dipantau
selama terapi. Perawatan local meliputi debridement terbatas jaringan yang
terinfeksi, termasuk tulang dan kartilago, tergantung peluasan infeksi.
-
Massa ditelinga
luar : Tampak penonjolan tulang kecil, keras
dibagian tulang posterior bawah kanalis telinga yang dinamakan eksostosis.
Biasanya terjadi bilateral. Kulit yang menutupinya normal. Banyak orang
menganggap eksostosis disebabkan karena pemajanan terhadap air dingin, seperti
pada penyelam atau atlet selancar. Tumor maligna juga dapat ditemukan ditelinga
luar. Tumor yang paling banyak adalah karsinoma sel basal pada pina dan karsinoma
sel skuamosa dalam kanalistelinga. Bila tidak ditangani, karsinoma sel skuamosa
akan menyebar melalui tulang temporal, menyebabkan paralisis nervus fasialis
dan kehilangan pendengaran. Karsinoma harus ditangani secara bedah.
2.
Gangguan Telinga Tengah
-
Perforasi membrana
timpani : gangguan ini biasanya disebabkan oleh trauma
atau infeksi. Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak, cedera ledakan,
atau hantaman keras pada telinga. Perforasi yang lebih jarang, disebabkan oleh
benda asing ( mis. Lidi kapas, peniti, kunci ) yang didorong terlalu dalam
kedalam kanalis auditorius eksernus. Selain perforasi membrane timpani, cedera
terhadap osikulus dan bahkan telinga dalam dapat terjadi akibat tindakan ini,
jadi, usaha klien untuk membersihkan kanalis auditorius ekssternus sebaiknya
dilarang. Selama infeksi, membrane timpani dapat mengalami rupture bila tekanan
dalam telinga tengah lebih besar dari tekanan atmosfer dalam kanalis auditorius
eksternus.
-
Otitis Media
Akuta : yaitu infeksi akut telinga tengah. Penyebab
utama pada gangguan ini adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga
tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran penapasan atas,
inflamasi jaringan disekitarnya ( mis. Sinusitis, hipertrofi, aadenoid ), atau
reaksi alergi (mis. Rhinitis alergika ). Bakteri yang umum ditemukan sebagai
organisma adalah Streptococcus pneumoniaae, Hemophylus influenza, dan Moraxella
catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan klien kemungkinan melalui
tubaeustachii akibat kontaminasisekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat
masuk melalui telinga tengah bila ada perforasi membrane timpani. Eksudat
purulen biasanya da dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan
pendengaran konduktif.
-
Otitis Media Serosa (
efusi telinga tengah ) : gangguan ini mengeluarkan cairan, tanpa
bukti adanya infeksi aktif, dalam telinga tengah. Secara teori, cairan ini
sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi
tuba eustachii. Kondisi ini ditemukan terutama pada anak-anak ; perlu dicatat
bahwa, bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya
disfungsi tuba eustachii perlu dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat
pada klien setelah menjalani radioterapi dan barotraumas ( mis. Penyelam ) dan
pada klien disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas
atas yang terjadi. Barotrauma terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak
dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan barometric, seperti pada penyelam
atau saat pesawat udara turun, dan cairan terperangakp didalam telinga tengah.
Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa
yang menderita otitis media serosa uni lateral menetap.
-
Otitis Media
Kronik : yaitu yang berhubungan dengan patologi
jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.
Infeksi kronik telinga tengah tak hanya menyebabkan kerusakan membrane timpani
tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hamper selalu melibatkan mastoid.
Sebelum penemuan antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam
jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut
telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus
maastoiditis akut sekarang ditemukan pada klien yang tidak mendapatkan
perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani.
Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi kronik ini dapat
mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit
kedalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ketelinga
tengah. Kulit dari membrana timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan
berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat
kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat
tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialais, kehilangan pendengaran
sensorineural dan atau gangguan keseimbangan ( akibat erosi telinga dalam ),
dan abses otak.
-
Otosklerosis :
ini mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan pembentukan baru tulang
spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis, yang mengakibatkan
fiksasi stapes. Lebih sering pada wanita, biasanya bersifat herediter dan
memberat karena kehamilan. Efisiensi transmisi suara dapat terhambat karena
stapes tidak dapat bergerak dan mengahntarkan suara dari maleus dan inkus ketelinga
dalam. Kondisis ini dapat mengenai satu atau kedua telinga dan muncul sebagai
kehilangan pendengaran konduksi atau campuran progresif. Klien mungkin mengeluh
menderita tinnitus tapi bisa juga tidak. Pemeriksaan otoskopik biasanya
menemukan membrane timpani yang normal. Konduksi tulang lebih baik dari
konduksi udara pada uji rinne. Audiogram akan mengutkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif atau campuran, khususnya pada frekuensi rendah.
3.
Gangguan Telinga Dalam
-
Mabuk perjalanan :
adalah gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh gerakan konstan,
seperti terjadi pada penumpang kapal laut atau perahuatau ketika mengendarai
komidi putar, berayun, dan atau ketika menaiki mobil. Sindrom ini
bermanifestasi sendiri dengan berkeringat, pucat, mual, dan muntah yang
disebabkan karena stimulasi berrlebihan vestibuler. Manifestaasi tersebut
daapat menetap selama beberapa jam setelah stimmulasi berhenti. Antihistamin
yang dijual bebas sering digunakan untuk menangani vertigo, seperti
Dramamneatau bonine, dapat membantu mengurangi sedikit gejala. Obat kolenergik,
seperti koyo skopolamin, dapat berguna dan dapat diganti setiap bebeerapa hari.
Efek sampingnya berupa mulut kering dan pusing dapat timbul pada pemakaian obat
ini dan ternyata lebih mengganggu dari penyakitnya sendiri. Klien harus
diperingatkan untuk menghindari potensial aktivitas berbahaya
sepertimengendarai mobil atau menjalankan mesin berat bila merasa pusing.
-
Penyakit meniere :
penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang dokter perancis, Prospeer
Meniere, yang pada tahun 1861 pertama kali menerangkan mengenai trias gejala (
vertigo tak tertahankan episodic, tinnitus, dan kehilangan pendengaran
sensorineural berfluktuasi ) sebagai penyakit telinga dan bukan erupakan
penyakit sentral atau otak. Etologi penyakit meniere tidak diketahui namun
terdapat berrbagai teori, termasuk pengaruh neuro kimia dan hormonal abnormal
pada aliran darah yang menuju kelabirin, reaksi alergi, damn gangguan autoimun.
Beberapa ahli menyalahkan gangguan mikrovaskular ditelinga dalam sehingga
terrjadi peningkatan diatas normal kadar metabolid ( glukosa, insulin,
trigliserida, dan kolesterol ) dalam darah.
-
Labirinitis : adalah
inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi
berkembang ketelinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduct
koklear. Infeksi bakteri yang diseebabkan otitis media, atau kolesteatoma,
dapat memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval.
Labirintis viral merupakan diagnosis medis yang sering namun hanyya sedikit
yang diketahui mengenaai kelainan ini, yang mempengaruhi keseimbangan maupun
pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah
gondonggan rubela, rubeola, dan influenza. Neuritis vesbuler dapat menyebabkan
gejala yang sama seperti labirintis kecuali bahwaa pendengarannya tak akan
terpengaruh. Labirintis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan,
biasanya disertai muual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu,
dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat,
yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih
ringan. Pengobatan labirintis bakterial meliputi terapi antibiotika intravena,,
penggantian cairan, dan pemberian supresanvestibbuler maaupun obat aanti
muntah. Pengobatan ini dinamakan sistomatik dengan mengguanakan obat anti
muntah daan antiverttigo.
-
Ototksisitas :
beberapa obat diketehui mempunyai efek buruk terhadap koklea, aparatus
vestibularis, atau saraf cranial VIII. Obat intra vena, khususnya
aminoglikosida, adalah yang paling sering mmenyebabkan ototksisitas dan secara
jalas menghancurkan sel rambut pada organ Corti. Untuk mencegah kkehilangan
pendengaran atau keseimbangan, klien yang menndapatkan obat ototoksik harus
dikonsulkan mengenai tanda dan gejala efek sampinng obat tersbut. Klien yang
mendapat antibiotika intravena, harus dipantau dengan audiogram dua kali
seminggu selama masih mendapayt obat tersebut.
-
Neuroma Akuustik :
adalah tumor jinak tumbuh lambat saraf cranial VIII, biasanya tumbuh
dari sel Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor ini tumbuh
didaalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai kesudut serebelopontin
sampai menekan batang otak. Kebanyakan neuroma akustik terjadi uni lateral
kecuaali pada penykit von Rechklinghausen ( neurofibromatosis atau NF-2 )
dimaana terjadi tumor bilateral. Gejala ini sering timbul pada klien dengan
neuroma akustik adalah tinnitus unilateral dan kehilangan pendengaran atau tanpa
vertigo / gangguan keseimbangan.
INDRA PENECAP
( LIDAH )
A. ANATOMI FISIOLOGI LIDAH
ANATOMI LIDAH
Berikut adalah gambar dan bagian-bagian dari lidah
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan
dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot.
Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap
terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan
(papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu
bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur.
Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian
samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang. Pada mamalia dan
vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini
peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor.
Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk
seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada
permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut,
faring dan laring, walaupun sedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang
tersebar dan ada pula yang berkeompok
dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila.
Terdapat empat macam papila lidah:
1. Papila foliate, pada pangkal
lidah bagian lateral,
2. Papila fungiformis, pada bagian
anterior.
3. Papila sirkumfalata,
melintang pada pangkal lidah.
Ketiga papila di atas mengandung kuncup pengecap, dan
4. Papila Filiformis, terdapat
pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua
macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat
silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat
kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui
lubang-lubang pengecap (taste pores).Kuncup-kuncup pengecap pada semua
vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf kranial
Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon
empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Pada lidah
reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah,
sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian kanan dan kiri lidah. Pangkal
lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa
asin.
Bagian- bagian lidah
Lidah
terletak didalam mulut yang merupakan indra
pengecap. Permukaan lidah kasar karena terdapat
bintil yang disebut
papilla.Pada papilla tersebut terdapat saraf
pengecap.Lidah merupakan
otot yang tebal. Pada pangkal lidah terdapat
kelenjar limfa dan permukaan
lidah berlapiskan selapt yang ber lender.
Fisiologi Lidah
Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti
makanan yang enak atau tidak enaka atau sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa
asam, asin, pahit, menis dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar.
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut memberi
rangsangan ke ujung ujung saraf pengecap.Rangsangan dari
makanan tersebut kemudian diteruskan ke otak.Dengan demikian
kita dapat merasakan makanan atau minuman itu
B. Penyakit Pada Lidah
Salah satu penyakit lidah adalah kangker lidah.
Penyakit ini banyak di derita oleh para perokok. Cara menghindarinya dengan
berhenti merokok terutama pada perokok yang merokok cigarette, cerutu dan
merokok menggunakan pipa.
Selain kanker lidah masih ada juga penyakit lidah yang
lain, diantaranya sebagai berikut :
1. Oral candidosis
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidanya tampak tertutup lapisan
berwarna putih. Lapisan ini biasa dilepas saat dikerok. Penyebabnya adalah
jamur yang disebut candida albicans.
2. Atropic Glossitis
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidahnya yang terlihat licin dan
mengkilat. Penyakit ini biasanya muncul
karena kekurangan zat besi. Tidak heran jika penyakit ini di derita oleh
penyakit anemia.
3. Geodrafic Tongue
Kondisi lidah seperti dalam peta, ada bentuk-bentuk seperti pulau, biasanya
bewarna merah, akan lebih licin dn biasanya semakin parah jika diikuti dengan
bintik-bintik bewarna putih tebal.
4. Fissured Tongue
Lidah pecah-pecah kadang-kadang garisnya hanya satu ditengah dan kadang-
kadang juga bercabang-cabang.
5.
Glossopyrosis
Lidahnya terasa panaas seperti terbakar. Tidak temukan gejal apapun dalam
pemeriksaan, hal ini kebanyakan terjadi akibat psikomatis serta kelainan pada
saraf.
INDRA PENCIUMAN
( HIDUNG )
A.
ANATOMI FISIOLOGI
HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
Alat
penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nerfus
olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selapuit lender hidung
dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat
khusus yang mengeluarka fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan
serabut-serabut daribulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf
olfaktorius terletak diatas lempeng tulang etmoidalis.
Konka
nasalis terdiri dari lipatan selaput lender. Pada bagian puncaknya terdapat
saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas hidung dan kita mencium bau suatu
udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui
konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung :
-
Konka nasalis superior
-
Konka nasalis media
-
Konka nasalis inferior
Disekitar
rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus paranasalis yang
terdiri dari :
-
Sinus maksalaris ( rongga tulng hidung )
-
Sinus sfenoidalis ( rongga tulng baji )
-
Sinus frontalis ( rongga nasalis inferior )
Sinus
ini diliputi selaput lender. Jika terdapat peradangan pada rongga hidung,
lendir-lendir dari sinus paranasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir
keluar akan menjadi sinusitis.
FISIOLOGI PENCIUMAN
Bau yang masuk kedalam rongga hidung akan merangsang
saraf ( nervus olfaktorius ) dari bulbus olfaktorius. Indra bau bergerak
melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai
daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pasa lobus temporalis diotak
besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang
diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu
bau uang sama untuk waktu yang cukup lama.
B.
Penyakit Pada hidung
a.
Adapun
penyakit-penyakit yang biasa menyerang hidung yaitu :
1.
Epistaxis
2.
Sumbatan jalan napas
bagian atas
3.
Polip hidung
4.
Salesma(cold) dan
influenza(flu)
5.
Hidung yang tersumbat
dan pilek
6.
Gangguan
sinus(sinusitis)
7.
Peradangan hidung
karena alergi (rhinitis alergica)
b.
Factor pencetus
1.
Pada Epistaxis
-
Trauma (korek korek
lubang hidung dengan jari atau benda lain)fraktuk tulang hidung karna
kecelakaan lalulintasatau kena tinju
-
Ada gangguan
pembengkuan darah (demam berdarah, leukimia)
-
Tekanan darah tinggi(
angiofibroma , karsinoma )
-
Tumor di dalam lubang
hidung, apapun penyebabnya
2.
Pada sumbatan jalan
napas bagian atas
-
Trauma larynx
-
Laryngitis acuta
-
Laryngitis dipterica
-
Tumor larynx
-
Corpus alineum
3.
Pada polip hidung
-
Polip hidung biasanya
tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti
di daerah sekitar lubang sinus pada lubang hidung. Beberapa faktor lain yang
meningkatkan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sitis) yang
menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karna kelainan anatomi dan adanya
pembesaran konka
4.
Pada selesma(COLD) dan
influenza(FLU)
-
Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang pada umumnya dapat menyebabkan dapat menyebabkn
batuk, pilek, sakit leher dan kadang kadang panas atau sakit pada persendian
5.
Pada hidung yang
tersumbat dan pilek
-
Terjadi karena salesma
atau alergi
6.
Pada gangguan sinus
-
Infeksi / peradangan
baik di daerah rongga hidung maupun tenggorokan
-
Adanya sumbatan di
daerah rongga hidung seperti polip, pembesaran tulang kunka hidung, tulang
hidung bengkok
-
Adanya alergi pada
hidung sehingga mengakibatkan sumbatan
-
Pengaruh lingkungan
pada hidung sehingga mengakibatkan hidung tersumbat
7.
Peradangan hidung
karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
-
Karna adanya reaksi
alergi pada hidung yang di timbulkan oleh masuknya substansi asing kedalam
saluran tenggorokan
c.
Pengobatan
1.
Pada Epistaxis
tenangkan
pasien dan posisikan kepala lebih tinggi dari pada jantung. Kepala dan badan
condong ke depan agar darah tak tertelan, keluarkan gumpalan darah dari hidung
dengan meniup pelan, tekan bagian hidung yang lunak dengan ibu jari dan
telunjuk selama 5 menit. Jika setelah 5 menit epistaxis masih terjadi, tekan
ulang selama 10 menit. Setelah perdarahan terhenti jaga agar posisi kepala
lebih tinggi daripada posisi jantung, jangan mengorek atau meniup melalui
hidung, mengangkat beban berat atau membungkuk untuk menghindari epistaxis
ulang.
2.
Pada sumbatan jalan
napas bagian atas
3.
Pada polip hidung
Obat semprot
hidung yang mengandung corticosteroid (dexametasone, kartison, hidrikortison,
prednison, metilprednison, fluticasone, mometasone, budesonide) kadang bisa
memperkecil ukuran polip atau kadang menghilangkan
4.
Pada selesma(COLD) dan
influenza(FLU)
5.
Pada hidung yang
tersumbat dan pilek
Dengan
mengonsumsi obat flu
6.
Pada gangguan sinus
-
Hirup sedikit air
garam kedalam hidung
-
Letakan kompres hangat
di bagian wajah
-
Gunakan tetes hidung
decongestan seperti phenyleprine
-
Anti biotika seperti
tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa digunakan untuk meredakan sinus
7.
Peradangan hidung
karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
Gunakan
antihistamin seperto chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang biasa di jual untuk
mengobati mabuk jalanan
INDRA PERABA
(KULIT )
A.
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
ANATOMI
KULIT
Berikut adalah
gambar kulit :
1.
pengertian
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat bagian luar yang
menutupindan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar
keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan Kulit ynag terdiri dari :
1.
Epidermis
2.
Dermis
3.
Subkutis
Pembuluh darah
dan saraf
-
Pembuluh darah
Pembuluh darah
kulit yang terdiri dari dua anyaman pembuluh darah dan nadi yaitu :
a.
Anyaman pembuluh nadi
kulit atas atau luar, ayaman ini bterdapat antara stratum papilaris dan stratum
retikularis, dari ayaman ini berjalan arteriole padatiap –tiap papilakori
b.
anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau
dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan subtikutis.
-
Persarafan kulit
Kulit juga
seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang
terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik. Sedangkan saraf sensorik berguna
menerima rangsangan atau kulit.
2.
Bagian-bagian kulit
1.
Rambut
Sel epidermis
yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam epidermis. Folikel
rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat papil tempat
rambut tumbuh akar berada didalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian
sebelah luar disebut batang rambut. Pada
folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut :
a.
Rambut panjang
dikepala, pubis, dan jenggot
b.
Rambut pendek dilubang
hidung, liang telinga dan alis
c.
Rambut bulu lanugo di
seluruh tubuh
d.
Rambut seksual dipubis
dan aksila ( ketiak)
2.
Kuku
Adalah
bagian-bagian sel epidermis kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung
kuku menurut garis lekukan pada kulit. Npalung kuku mendapat persarafan
pembuluh darah yang paling banyak.
3.
Kelenjar kulit
Kelenjar kulit
mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar merupakan jalan
untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan ( kelenjar keringat)
Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi
sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam
berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit
melindungi darikehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultrviolet,
dan sebagai barier dari infasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dan
merespon rngsangn raba karena banyanyan akhiran saraf seperti pada daerah
bibir, puting dan ujung jari.
Kulit
memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi
fungsi tersedut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorbsi askresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan pembentukan vitamin D.
B.
Penyakit Pada Kulit
1.
Kusta
a.
Pengertian
Kusta (lepra
ataumorbus haspen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae (M. Leprae)
b.
Etiologi
m. leprae
merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obliga intraseluler, menyerang saraf
perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati,
dan sum-sum tulang dan susunan saraf pusat. Masa membela diri M. Leprae 12-12
hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai 40 tahun.
c.
Patofisiologi
Cara penularan
yang pasti belum diketahui, tetapi menurutsebagian besar ahli melalui saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung lama dan erat). Kuman mencapai
permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga
melalui air susu ibu. Tempa implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi
pertama.
Timbulnya
penykit kusta pada seseorang tidak mudah sehinga tidak perlu ditakuti. Hal ini
bergantung pada beberapa faktor, antara lain sumber penularan, kuman kusta,
daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim.
Sumber
penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe
MB (multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat
Bila seseorang terinfeksi M. Leprae,sebagian besar
(95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi inderminate. Dari
5%inderteminate, 30% bermanifestasi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
d.
Pengobtan
Obat yang
digunakan :
a.
Pemberian obat
antireaksi
-
Aspirasi 600-1200 mg
yang diberikan tiap 4 jam 4-6x sehari
-
Klorokuin 3x150 mg/
hari
-
Pretnison 30-80
mg/hari , dosis tunggal pada pagi hari sesudah makan atau dapat juga diberikan
secra dosis terbagi misalnya 4x2 tablet/ hari, berangsur-angsur
diturunkann 5-10 mg/ 2 minggu setelah
terjadi respon maksimal
b.
Oemberian analgetik
dan sedative
-
Aspirasi 600-1200 mg
yg diberikan tipa 4 jam, 4-6x /hari
-
Parasetamol 300-1000
mg yang diberikan 4-6x/ hari ( dewasa)
-
Antimon 2-3 ml secara
selang-seling deberikan, maksimal 30 ml
2.
Herpez zoster
a.
Pengertian
Merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi firus farisela zoster, yang menyerang
kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktifitas firus yang terjadi setelah
infeksi primer. Kadang-kadang infeksi
primer berlangsung sublikns. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama,
lebih sering mngenai usia dewasa.
b.
Etiologi
Penyebab
penyakit herpez zoster adalah reaktifasi firus farizela zestor
c.
Patofosiolgi
Virus ini
berdiam diganglion susunan saraf tepid angglion kranalis kulit yang timbul
memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut.
Kadang virus ini juga menyerang ganglion anteriol, bagian motorik karanialis
sehungga memberikan gejla-gejala motorik.
d.
Pengobatan
Obat yang
digunakan :
-
Asikolofir 5x 800
mg/hari selama7 hari, sejak lesi muncul dalam 3 haro pertama karena lewat dari
masa ini pengobatan tidak efektif
-
Lisoprinosin 50 mg / hari
BB/ hari, dosis maksimal 3000 mg sehari.
Onat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul
3.
Dermatitis
a.
Pengertian
Dermatitik
atopik ( DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamisi yang didasari oleh faktor
herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema
, papula, fesikel, kusta, skuama dan krulitus yang hebat bila residif biasanya
disertai infeksi, atau alergi faktor psikologi, atau bahan kimia atau iritan.
b.
Etiologis
Terdapat stigma
atopi (herediter) pada pasien berupa :
-
Alergi terhadap
berbagai alergen pritein (polifalen)
-
Pada kulit dermatitis
atopik terdapat perubahan suhu ( hawa udara panas dingin)
c.
Patofisiologi
Belum diketahui
sdengan pasti. Pada pasien dermatitis atopik kapasit dapat untuk menghasilkan
IGE secara berlebihan diturunkan secara genetik. Demikian pula defesiensi sel T
penekan (superior)
d.
Pengobatan
-
Thymopentin untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem
digunakan timopentin subkutan 10 mg / dosis 1x/ hari selama 6 minggu, atau 3 x/
minggun selam 12 minggu
-
Interferon gamma dosii
yang digunakan antara 50 mg – 100 mg/ m2/ hari subkutan diberikan selama 12
minggu
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A. K. Muda. Kamus Lengkap
Kedokteran. Penerbit Citas Media Pers Surabaya.
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi
Savitri. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI.
Anderson Silvia Price (1996).
Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Andi Santoso Agustinus, Dr. (1994). Struktur
dan Fungsi Tubuh Manusia. Akademi Perawatan St. carolus, Jakarta.
Averdi Roezim Dr, (1993). Buku
Pelajaran THT. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Brunner dan Sudddarth. Buku ajar
Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
John Gibson, MD. (1995). Anatomi Dan
Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Syaifuddin, Drs. H. (1997). Anatomi
Fisiologi Untuk Siswa Oerawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar