Makalah : Komunikasi Keperawatan
Dosen
: ICE, S.Kep.
“ FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM
KOMUNIKASI “
O L E H :
KELOMPOK 2
o Safiudin
o Fandi
Aklim Mangkarsi
o Zainal
o Abdul
Rahmat Untul
o Sarifuddin
o Ld.
Reskal
o Pariamlin
o Saharmadin
o Ld
Sariadi
o Jayamin
o Wa
Nani
o Fauzia
Arfa
o Fitriani
Amrin
|
o Nur
Fitri Handayani
o Ervi
o Nuraihi
o Wd.
Munarti
o Dewi
Yati Yuliana
o Malsia
o Erniwati
o Nurnaningsih
o Restia
o Lisnawati
o Sartin
Rahman
o Damayanti
o Ferlin
|
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB. MUNA
2011.
KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulilllah kami haturkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya yang diberikan kepada kami sehingga dapat
merampungkan tulisan ataupun makalah yang menjadi tugas kelompok kami.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas pada mata kuliah Komunikasi Keperawatan dengan dosen yaitu Ibu ICE,
S.Kep. yang dipercayakan kepada kelompok kami yang pada dasarnya mengulas
tentang Faktor-Faktor Yang Menghambat Komunikasi yang secara garis
besarnya membahas tentang hal-hal yang dapat menghambat komunikasi.
Kami menyadari bahwa dengan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang
kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan dalam hal ini masih sangat sederhana
sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu,
kami menghargai segala bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak
lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan yang lebih bijaksana di
tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Tidak ada kata yang patut kami
ucapkan selain rasa terima kasih yang mendalam bagi dosen yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya yang insya Allah kelak menjadi pengalaman yang sangat
berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan
tugas makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana yang
kami harapkan.
Raha,
April 2011
Penyusun.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB
II PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan
Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang
bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga;
sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis,
dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai
gologan dan lapisan, menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi,
tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi
hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan
Hal di atas merupakn hal yang menghambat komunikasi dan
masih banyak lagi hal-hal yang dapat menghambat komunikasi. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas lagi mengenai hal-hal yang dapat
menghambat komunikasi.
B.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu
guna memenuhi tugas dari salah satu dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi
Keperawatan yang diberikan kepada kelompok kami guna membahas tentang hal-hal
yang dapat menghambat komunikasi.
C.
Manfaat
Makalah ini dapat menjadi sumber
bacaan bagi kita guna menambah dan memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan kita
mengenai hal-hal atau factor-faktor yang menjadi penghambat komunikasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor
Penghambat Komunikasi
1.
Hambatan sosio-antro-psikologis
a.
Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan
Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang
bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga;
sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis,
dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai
gologan dan lapisan, menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi,
tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi
hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan
sosiologis.
b.
Hambatan antropologis
Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai
makhluk “homo sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Dalam
komunikasi misalnya, komunikator dalam melancarkan komunikasinya dia akan
berhasil apabila dia mengenal siapa komunikan dalam arti ‘siapa’ disini adalah bukan
soal nama, melainkan ras, bangsa, atau suku apa si komunikan tersebut. Dengan
mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma
kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Perlu kita ketahui komunikasi berjalan lancar jika suatu
pesan yang disampaikan komunikator diterima olehg komunikan secara tuntas,
yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam
pengertian accepted atau rohani. Teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan
tidak akan berfungsi.
c.
Hambatan psikologis
Factor psikologis sering menjadi hambatan dalam
berkomunikasi. Hal ini umunnya disebabkan sikomunikator dalam melancarkan
komunikasinya tidak terlebih dahulu mengkaji si komunikan. Komunikasi sulit
untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya; juga jika komunikasi menaruh
prasangka kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan tidak enak.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan tidak enak.
Berkenaan dengan factor-faktor penghambat komunikasi yang
bersifat sosiologis-antropologis-psikologis itu menjadi permasalahan ialah
bagaimana upaya kita mengatasinya. Cara mengatasinya ialah mengenal diri
komunikan dengan mengkaji kondisi psikologinya sebelum komunikasi terjadi, dan
bersikap empatik kepada komunikan.
2.
Hambatan semantic
Kalau hambatan sosiologis-antrop[ologis-psikologis terdapat
pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada komunikator. Factor
semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Agar proses komunikasi
itu berjalan denga baik seorang komunikator hareus benar-benar memperhatikan
gangguan semantis ini, sebab salah mengucap atau salah tulis dapat menimbulkan
salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa ,menimbulkan
salah komunikasi. Gangguan semantis juga kadang-kadang disebabkan oleh aspek
antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki
makna yang berbeda. Salah komunikasi ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata
yang tidak tepat, dalam komunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat
dimengeri atau yang denotatif.
Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi,
seorang komunikator harus mengucapakan pertanyaan yang jelas dan tegas, memilih
kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disususn dalam
kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.
3.
Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contohnya: suara telepon yang kurang jelas, berita
surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang kurang jelas pada
pesawat televise dan lain-lain. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin
diatasi oleh komunikator tapi biasanya memerlukan orang-orang yang ahli di bidang
tersebut misalnya teknisi.
4.
Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi oleh gangguan lingkungan terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah suara riuh (bising)
orang-orang atau lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang dan
lain-lain. Untuk menghindari hambatan ini, komunkator harus mengusahakan tempat
komunikasi yang bebas dari gangguan seperti yang telah disebutkan tadi.
Selain itu, “Mengapa
komunikasi gagal?” komunikasi gagal karena ada faktor-faktor penghambat,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Persepsi
Ini adalah salah satu hambatan komunikasi yang umum dijumpai. Perbedaan
bahasa sering kali berkaitan erat dengan perbedaan dalam persepsi individu.
Cara mengatasi perbedaan persepsi dan bahasa pesan harus dijelaskan sehingga
dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan berbeda.
2. Reaksi Emosional
Reaksi emosional mempengaruhi cara kita memahami pesan orang lain dan cara
kita mempengaruhi orang lain dengan pesan kita sendiri. Jika kita berada pada
lingkungan yang mengancam kekuasaan kita, maka kita akan memberikan reaksi
dengan mempertahankan diri atau agresif. Pendekatan terbaik untuk berhubungan
dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan
mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
3. Ketidakkonsistenan Komunikasi Verbal dan
Nonverbal
Kita sering berpendapat bahasa lisan dan tulisan sebagai medium utama
komunikasi, tetapi pesan yang kita kirimkan dan kita terima amat dipengaruhi
faktor nonverbal seperti, gerkan tunuh, pakaian, ekspresi wajah, gerakan mata,
dan sentuhan badan. Kunci untuk menghilangkan ketidakkonsistenan dalam
komunikasi adalah mewaspadai dan berjaga-jaga agar komunikasi nonverbal selaras
dengan pesan verbal.
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi.
Kurang cakap dalam berbicara (terutama di depan umum), berbicara
tersendat-sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan tidak sabar.
2.
Sikap yang kurang tepat.
Seorang dosen yang sedang memberi kuliah sambil duduk
diatas meja sehingga akan memberi kesan yang kurang baik bagi mahasiswa.
3.
Kurang pengetahuan.
Seorang yang kurang pengetahuannya, jarang membaca atau
mendengar radio atau televisi, akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembicaraan orang lain.
4. Kurang memahami sistem social
5. Prasangka
yang tidak beralasan
6. Jarak fisik
Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan
komunikator berjauhan ataupun terlalu berdekatan
7. Tidak ada
persamaan persepsi
8. Indera yang rusak
9. Berbicara yang
berlebihan.
Berbicara berlebihan seringkali
akan mengakibatkan penyimpangan dari pokok pembicaraan
10. Mendominir pembicaraan
George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel
sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap
komunikasi yang efektif, yaitu :
1.
Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang
ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun
tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita,
itulah yang ingin kita dengar.
2.
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.
Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa
yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi
tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.
Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan
berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima
pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim
dan penerima pesan.
5. Kata
yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian.
6.
Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara,
tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-,
mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7.
Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang
akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang
diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8.
Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang
bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah
beberapa hal yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari
anekdot tadi dapat kita lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si
nenek dengan si cucu. Nenek mengartikan kata nyanyi dengan arti
sebenarnya, sedangkan si cucu, -karena telah biasa menggunakan kata nyanyi
untuk buang air kecil-, mengartikan “nyanyi” sebagai buang air kecil.
Semoga kita bisa meminimalisir hambatan-hambatan tersebut, sehingga
komunikasi yang efektif bisa terjadi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyak
sekali hal-hal dan faktor-faktor yang
dapat menghambat komuikasi.Tetapi pada umumnya hal-hal yang dapat menghambat
komunikasi diantaranya yaitu: Kecakapan yang kurang dalam
berkomunikasi, Sikap yang kurang tepat, Kurang pengetahuan, Kurang memahami sistem social, Prasangka yang tidak beralasan, Jarak fisik, Tidak ada persamaan persepsi, Indera yang rusak, Berbicara yang
berlebihan, Mendominir pembicaraan.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kami
membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
o Effendy. O. U. Dinamika Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1992
o Tierney Elizabeth. 101 Cara
Berkomunikasi Lebih Baik. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar