BALI merupakan
salah satu daerah di Indonesia yang paling berhasil mengembangkan potensi
wisata dan budayanya. Tak heran bila pejabat-pejabat dari daerah lain
menjadikan Bali sebagai acuan dalam upaya memajukan sektor pariwisata di
daerahnya masing-masing.
Di antara mereka itu, tak terkecuali H Hasanuddin Rabali SH, M.Si. Menurut
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Muna, Sultra, ini, beberapa
obyek wisata di Bali pada awalnya tidak terkelola dengan baik. Tapi karena
adanya dukungan dari pemerintah dan seluruh masyarakat, Bali kini menjadi salah
satu daerah yang pendapatannya tertinggi di Indonesia dan banyak menciptakan
lapangan kerja bagi masyarakatnya.
‘’Kami ingin seperti itu juga. Dengan berkembangnya sektor pariwisata,
mungkin sektor-sektor ekonomi lainnya akan ikut dengan perkembangan pariwisata.
Jadi, salah satu harapan saya ke depan, sektor pariwisata ini menjadi sektor
unggulan dari semua dinas,’’ ujar Hasanuddin.
Pria berusia 47 tahun ini mengakui, pihaknya kini sedang mengadakan identifikasi
dan klarifikasi tentang obyek wisata dan seni budaya yang ada di daerahnya. Dan
setelah melihat kondisi yang ada, beberapa obyek wisata dan budaya yang perlu
dikembangkan antara lain obyek wisata danau atau sejarah, obyek wisata buatan
dan obyek wisata kuliner.
Ada beberapa obyek wisata sejarah atau danau yang sangat menarik di
Kabupaten Muna. Dari 126 obyek, 78 obyek di antaranya mempunyai potensi dan
nilai strategis mendukung pembangunan daerah.
‘’Dari 78 obyek tersebut, ada 8 yang menjadi skala prioritas kita di tahun
2009. Antara lain wisata belanja di Desa Masalili yang terkenal dengan tenunan
khas Muna, obyek wisata sejarah atau situs di Gua Liang Kobori, obyek wisata
Danau Napabale, serta festival layang-layang internasional yang sudah dikenal dunia
sejak 1996,’’ beber Hasanuddin.
Saat ini obyek wisata yang paling banyak dikunjungi masyarakat adalah Danau
Napabale. Hampir setiap hari masyarakat Kabupaten Muna dan masyarakat dari
kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya mengunjungi obyek wisata tersebut.
Selain dekat dengan kota, danau yang sangat indah dan tenang itu juga mempunyai
nilai historis, di mana pada zaman dulu merupakan tempat bertemunya pembeli dan
penjual dari beberapa pulau.
Pihaknya juga sudah mencari dan menggali kembali potensi seni budaya yang
selama ini tidak dikembangkan lagi atau cenderung tidak berkembang. Festival
layang-layang yang diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya, ia anggap
sebagai momen yang sangat bagus untuk memperkenalkan dan mempromosikan potensi
tersebut. Karena itu, ia mengharapkan pada sanggar-sanggar atau pemuka budaya,
agar mengembangkan dan memunculkan lagi untuk memberikan hiburan pada tamu-tamu
yang datang.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin Hasanuddin baru beberapa
bulan terbentuk, tepatnya pada 12 Desember 2007. Namun semua stoke holder,
termasuk pemerintah dan legislatif, sangat mendukung pengembangan pariwisata
Kabupaten Muna. Hal itu dapat dilihat dari anggaran yang dialokasikan untuk
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dari Rp 300 juta meningkat menjadi Rp 1,6
miliar.
Kenyataan tersebut menumbuhkan optimisme pada diri Hasanuddin bahwa
pariwisata Kabupaten Muna nantinya akan sama seperti Bali. Apalagi saat ini
Pemkab Muna sedang giat-giatnya mempercepat penyelesaian pembangunan bandara
Sugimanuru, yang direncanakan selesai akhir tahun ini. Jika pembangunan bandara
tersebut sudah rampung, wisatawan bisa langsung ke Muna, tidak perlu lagi turun
di Kendari dan bermalam di ibukota Provinsi Sultra itu.
Mengingat kondisi geografis Muna, sarana transportasi memang sangat
dirasakan urgensinya dalam upaya mengembangkan sektor wisata, baik transportasi
darat, laut maupun udara. Namun tak kalah pentingnya adalah kesiapan masyarakat
menerima wisatawan, karena tanpa dukungan masyarakat dalam memberikan keamanan
dan ketertiban, tidak akan berhasil.
‘’Sektor perhotelan dan restoran juga sudah mulai kita benahi, dan insya
Allah satu persatu akan kita sesuaikan dengan standar hotel pada tingkat
nasional atau daerah, paling tidak hotel itu masuk pada klasifikasi melati 1
atau melati 2,’’ terangnya.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Unhas pada 1985,
Hasanuddin merantau ke Sultra dan diterima bekerja di Kandep Transmigrasi pada
1986. Kurang lebih 22 tahun ia meniti karier di Kandep Transmigrasi. Usai
mengikuti jenjang pendidikan tingkat spamen pada tahun 2001, putra Sulsel ini
mendapat amanah menduduki jabatan Kepala Dinas Nakertrans selama kurang lebih 8
tahun.
Pada 1988, Hasanuddin pulang kampung, mencari gadis yang dipacarinya sejak
semester II. Saat itu sang idaman hati kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN
Alauddin. Setelah ketemu dan masih ada kecocokan, ia kemudian menikahinya.
‘’Alhamdulillah, sampai hari ini mudah-mudahan hanya satu (istri, red),’’ kunci bapak tiga anak yang hobi tenis meja ini. (Nining)
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar