BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang sangat
penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini
hanya tumbuh dari batang saja dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang
tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang dan
tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak
daun (axilla), umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama
berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya
matahari untuk fotosintesis. Sebenarnya
daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna
merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua
kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat
dilihat dengan jelas pada daun yang gugur). Daun merupakan organ terpenting
bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan daun?
2.
Apakah fungsi daun pada tumbuhan?
3.
Apakah perbedaan daun tunggal dan daun majemuk?
4.
Bagaimanakah bentuk daun berdasarkan tepi daun?
5.
Bagaimanakah daun berdasarkan tulang daun?
6.
Apakah daun dapat bermodifikasi?
C.
Manfaat Dan Tujuan
1.
Agar kita dapat mengetahui dan memahami morfologi daun.
2.
Agar kita dapat mengetahui fungsi daun pada tumbuhan.
3.
Agar kita dapat membedakan antara daun tunggal dan daun majemuk.
4.
Untuk lebih mengetaui bentuk daun berdasarkan tepi daun dan tulang daun.
5.
Untuk lebih mengetahui perkembangan daun dan bentuk-bentuk modifikasi daun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Daun
Dalam bidang botani, daun ialah sebuah organ tumbuhan yang
bertumbuh di atas tanah dan yang mengkhusus dalam fotosintesis. Untuk
tujuan ini, daun biasanya berbentuk lever untuk menghasilkan permukaan yang
luas supaya sel-selnya yang mengandungi kloroplas bukan saja
dapat didedahkan kepada cahaya, tetapi
juga untuk membenarkan cahaya melintasi sepenuh tisu-tisunya. Dalam kebanyakan,
daun-daun juga merupakan bagian tumbuhan untuk respirasi, transpirasi, dan gutasi. Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh
dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap
energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ
terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah
organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri
melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat
beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua
dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar
daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang.
Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan
fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun
tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat
mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Warna hijau pada daun
berasal dari kandungan klorofil pada daun.
Klorofil adalah senyawa pigmen yang
berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna
merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua
kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat
dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
Morfologi daun dapat dipengaruhi oleh lingkungan,
yaitu; dipengaruhi oleh: Suhu, unsur hara dalam tanah, kelembapan, keadaan
tanah. Contohnya:
1. Daun yang
berlubang-lubang atau bolong, disebabkan oleh ulat yang memakan daun tersebut.
2. Daun yang
kecil-kecil dan berkerut, disebabkan oleh struktur tanah yang kering dan
kurangnya unsure hara dalam tanah.
3. Daun yang
warnanya kuning, disebabkan oleh suhu yang tinggi atau panas dan tanah yang
kering.
4. Daun yang
lebar dan hijau, disebabkan oleh keadaan tanah yang lembab dan tersedianya
suplai air yang cukup.
5. Daun yang
mempunyai bagian pelepah atau upih daun (Vagina), tangkai daun (petiolus) dan
helaian daun (lamina), ujung daun, tepi daun, tulang rusuk daun, tulang daun,
tangkai daun, penumpu, dan tunas.
B.
Fungsi Daun
Daun mempunyai fungsi:
1. Tempat
Pembuatan Makanan (Fotosintesis)
Daun berguna sebagai dapur tumbuhan. Di dalam daun terjadi proses pembuatan
makanan (pemasakan makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan
proses hidupnya dan jika lebih disimpan. Tempat terjadinya fotosintesis pada
tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade,
sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
2. Sebagai
organ pernapasan (Respirasi).
Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata inilah,
pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan melepas
oksigen ke udara. Proses inilah yang menyebabkan kamu merasa nyaman saat berada
di bawah pohon pada siang hari.
3. Tempat
terjadinya transpirasi.
Tidak semua
air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air ini jika tidak
dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati.
4. Tempat
terjadinya gutasi.
Sebagian air
yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun, dalam bentuk uap air. Pada
malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun. Proses ini
disebut gutasi.
5. Alat
perkembangbiakkan vegetatif.
Bagi manusia, daun dapat digunakan
sebagai bahan makanan, contohnya daun pepaya dan singkong; obat-obatan,
contohnya daun jeruk dan jambu biji; rempah-rempah, contohnya daun salam jeruk
C.
Daun Berdasarkan Jumlah Anak Daun Dalam Satu Tangkai
1.
Daun Tunggal
Gambar 2. daun tunggal (pada daun
dewa)
Daun tunggal adalah daun yang
memiliki satu helai daun di setiap tangkainya. Bagian dari batang yang menjadi
tempat duduknya daun disebut nodus, dan sudut atas antara daun dan batang
disebut ketiak daun. Daun tunggal dapat mempunyai bagian-bagian daun yang
berbeda antara golongan tumbuhan satu dengan yang lain. Daun yang mempunyai
bagian pelepah atau upih daun (Vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina) disebut daun lengkap contohnya: pohon pisang, pohon pinang dan
bambu. Sedangkan daun yang tidak lengkap adalah daun yang hanya mempunyai
sebagian dari daun lengkap.
Yang termasuk Daun yang tidak lengkap:
1. Daun
bertangkai, adalah daun yang hanya mempunyai tangkai dan helaian daun.
2. Daun duduk,
adalah daun yang hanya terdiri dari helaian daun saja.
3. Daun
berupih, adalah daun yang hanya mempunyai upih daun dan helaian daun. contohnya
: daun rumput-rumputan
4. Daun yang
terdiri dari tangkai saja, biasanya daun yang seperti ini melebar menyerupai
helaian daun dan disebut phyllodia. contohnya: daun Oxalis bupleurifolis.
2. Daun
Majemuk
Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa helai daun di setiap tangkainya. yaitu jika
pada tumbuhan tersebut, tangkainya terlihat bercabang cabang, dan baru pada
cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya.
Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu
daun tunggal, yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara
toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu
helaian kecil yang tersendiri.
ü Bagian-bagian daun majemuk dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Ibu tangkai
daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat
duduknya helaian-helaian daun, yang masing-masing disebut anak daun (foliolum).
Ibu tangkai daun ini dapat dipandang sebagai penjelmaan tangkai daun tunggal,
ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang
mempunyai daun majemuk, letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
2. Tangkai anak
daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun.
Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada
daun tunggal. Oleh sebab itu, di dalam ketiaknya tidak pernah diketemukan
sebuah kuncup.
3. Anak daun
(foliolum). Bagian ini sesungguhnya adalah bagian helaian daun yang karena
dalam dan besarnya toreh, menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun
majemuk lazimnya mempunyai tangkai yang pendek atau hampir duduk pada ibu
tangkai, misalnya pada daun selderi (Apium graveolens L.). Adakalanya
anak daun mempunyai tangkai yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya
pada daun mangkokan (Nothoponax scutellarium Merr).
4. Karena daun
majemauk dapat dipandang berasal dari daun tunggal, pada daun majemuk dapat
pula kita temukan bagian-bagian lain, seperti pada daun tunggal, misalnya :
Upih Daun (vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya
memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Area catechu L).
5. Sama halnya
dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun mejemuk atau di dekat
pangkal ibu tangkai itu, dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti
misalnya pada daun mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat
pada daun kiri pangkal ibu tangkai daun , dan pada daun kacang kapri (pisum
sativum L.), yang disini merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta
menunaikan tugas daun sebagai alat untuk berasimilasi.
6. pada daun majemuk, semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya gugur
juga bersama-sama pula, sedangkan cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai
daun yang tak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi, tidak
runtuh bersama-sama pula.
7. seperti
halnya pada daun tunggal, pertumbuhan daun majemuk, juga terbatas, artinya
tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup. Suatu cabang,
biasanya selalu bertambah panjang dan mempunyai sebuah kuncup diujungnya.
8. pada daun
majemuk tidak terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada suatu cabang,
biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu
kuncup.
9. Meskipun
demikian, selalu ada hal-hal yang jika kurang saksama pemeriksaannya, dapat
menyesatkan, seperti misalnya pada pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels)
dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Kedua pohon ini mempunyai
daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama, masih memperlihatkan
pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umur yang berbeda.
Sering terlihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang
pada ujungnya masih ada anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).
10. Pada
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan kartu (Sauropus
androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang
berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok, dan terbatas pertumbuhannya
atau (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun ini sering dianggap
sebagai daun majemuk, tetapi ternyata salah karena dari ketiak-ketiaknya, pada
waktu-waktu tertentu, akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, tidak mungkin akan ditemukan bunga atau buah.
E. Daging
Daun (Intervenium)
Yang dinamakan daging daun ialah: bagian daun yang
terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Bagian inilah yang
merupakan dapur tumbuhan yang sesungguhnya. Di bagian ini zat-zat yang diambil
dari luar diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan kehidupan
tumbuh-tumbuhan tadi.
Tebal atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga
bergantung pada tebal tipisnya daging daun. Bertalian dengan sifat ini
dibedakan daun yang:
a.
Tipis seperti selaput (membranaceus), misalnya daun paku selaput
b.
Seperti kertas (Papyraceus), tipis tetapi cukup tegar misalnya daun pisasng
c.
Tipis lunak (herbaceus), misalnya daun selada air
d.
Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku misalnya daun kelapa
e.
Seperti kulit/belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal daun kaku,
misalnya daun nyamplung
f.
Berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya
F.
Sifat-sifat Lain Pada Daun
a.
Warna daun
Walaupun
umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang
pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula warna hijau pun
dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh dapat disebut
daun yang berwarna:
1.
Merah, misalnya daun bunga buntut anjing (Acalypha
wilkesiana M.Arg.)
2.
Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya
bermacam-macam daun puring (Colophyllum inophyllum L.)
3.
Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni
(Corcehorus capsularis L.)
Perlu
dicatat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh perseorangan,
mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun
suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat
sekali hubungannya dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran.
b.
Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi
atas dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin,
atau mengkilat, jika dibandingkan dengan sisi bawah daun. Kadang-kadang pada
permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik,
rambut-rambut, dan duri. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu
membedakan permukaan daun yang licin, gundul, kasap, berkerut,
berbingkul-bingkul, berbulu, berbulu halus dan rapat, berbulu kasar, serta
bersisik.
G.
Perkembangan Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang
dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian
panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial
daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat
aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan
primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem
apeks disebut plastokron. Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya
terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan
pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan berkembang pada
sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak
berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju
yang menutupi seluruh aspek pucuk .
Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara
berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya
ukuran daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan
penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari
meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang
menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda. Selain itu, ada
faktor lain yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda,
yaitu perbedaan fase hidup, gen dan kondisi lingkungan. Perbedaan dibentuknya
bentuk-bentuk daun agar kita mudah mengenali ciri khas dari setiap
spesies.Berikut perubahan struktur epidermis dan mesofil jika ditinjau dari
kondisi lingkungannya :
1. Tumbuhan Xerofit
hidup pada kondisi lingkungan kering
1. Ukuran daun
kecil ukuran sel kecil, dinding sel lebih tebal, jaringan pembuluh rapat.
2. Stomata
terlindung di bagian yang lebih dalam dari epidermis.
3. Jaringan
palisade umumnya lebih dari satu lapisan sel.
4. Pada
permukaan daun terdapat kutikula dan trikoma.
5. Pada
tumbuhan sukulen, terdapat banyak sel parenkim yang berfungsi untuk menyimpan
air.
2. Tumbuhan Hidrofit
tumbuhan yang hidup di air
a.
Jaringan penyokong dan pelindung tereduksi, jaringan
pembuluh berkurang (terutama xilem), terbentuk ruang udara yang cukup besar à
aerenkim.
b.
Epidermis pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk
pertukaran gas à Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil.
c.
Kutikula tipis.
d.
Stomata pada umumnya tidak ada. Pada daun tumbuhan air
yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas.
e.
Daun yang terendam dalam air termodifikasi menjadi
bentuk silindris, meminimalkan arus air yang melewati daun / mencegah koyaknya
daun.
f.
Beberapa tumbuhan air memiliki dua bentuk daun berbeda
: daun darat dan daun air pengendalian ekspresi gen dalam pembentukan
daun.
3. Daun pada tumbuhan
yang disimpan di tempat gelap
a.
Lamina lebih tipis dan area permukaan yang lebih lebar
dibandingkan dengan daun yang tumbuh pada kondisi cahaya normal.
b.
Laju fotosintesis rendah pada saat cahaya matahari
penuh.
c.
Laju fotosintesis daun di tempat terbuka pada
lingkungan terlindung.
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun
menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi
sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun
(bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan
pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada
daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip
atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari
perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya
kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung
juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti
inilah yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi
daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda.
H.
Modifikasi Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil
memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan,
keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah
tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya.
Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi
pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan
jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat
terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya
bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga
dapat termodifikasi menjadi bentuk lain.
Di bawah ini merupakan beberapa contoh daun yang
termodifikasi:
a.
Kantong Semar (Nephentes)
Kantong semar memiliki daun yang
ujungnya termodifikasi menjadi kantung perangkap. Kantung tanaman yang berumah
dua ini memiliki dua bagian, yaitu area licin di bagian atas dan area digesti
di bagian bawah. Bibir (peristom) dan bagian bawah tutup kantung mengandung
kelenjar nektar untuk menarik mangsa.
b. Venus
flytraps
Tanaman yang endemik di daerah Carolina Utara dan
Selatan ini memiliki daun yang termodifikasi menjadi penjebak serupa jepit
dengan beberapa rambut sensor gerak di dalamnya. Modifikasi daun dengan
dua lobus yang menutup bersamaan dengan cukup cepat untuk menangkap serangga.
Mangsa yang memasuki perangkap menyentuh rambut sensoris, yang membangkitkan
impuls listrik yang memicu penutupan perangkap tersebut. Pergerakan perangkap
itu sesungguhnya adalah respons pertumbuhan yang sangat cepat di mana sel-sel
di bagian luar setiap lobus mengakumulasi air dan membesar.Keadaan ini akan
mengubah bentuk lobus tersebut, yang menyatukan pinggiran lobus secara bersama.
Kelenjar dalam perangkap itu kemudian mensekresikan enzim pencernaan, dan
zat-zat makanan kemudian diserap oleh daun yang dimodifukasi.
c.
Sundew – Drosera
Genus ini memiliki lebih dari 100
spesies dengan ukuran (mulai dari beberapa mm hingga 1 meter) dan bentuk daun
yang beragam (mulai dari memanjang sampai membulat). Pada daun terdapat
kelenjar berbentuk bulat dengan tangkai panjang yang disebut tentakel. Jika ada
serangga yang tertangkap tentakel di sekitar mangsa akan bergerak mendekat.
Beberapa spesies bahkan menggulung atau menekuk daunnya untuk memperbesar area
kontak dengan mangsa. Drosera mampu menghasilkan enzim pencerna. Pada
ujung rambutnya dilapisi cairan yang sangat kental mirip embun dengan aroma
yang khas untuk menarik perhatian serangga. Serangga yang tertarik dengan aroma
sundew berusaha mendekat dan hinggap pada tumbuhan sundew. Apabila terkena
rambut-rambut halus sundew, serangga tersebut langsung menempel. Di saat
serangga ingin melepaskan diri, daun sundew yang panjang justru menggerakkan
daunnya ke arah bagian dalam untuk lebih merekatkan mangsanya.
d.
Kaktus
Pada tumbuhan, duri dapat dijumpai pada berbagai
organ. Duri merupakan organ aksesori dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari
pemangsa (serangga maupun herbivora). Duri
dapat berasal dari modifikasi daun atau
merupakan organ aksesori sejati. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk
anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang
lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun).
Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan
air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa
air.
I. Ujung
daun
Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang
beraneka rupa. Bentuk-bentuk ujung daun yang sering kita jumpai ialah :
a.
Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiriibu tulang sedikit
demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannnya pada puncak daun membentuk suatu
sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Ujung daun yang runcing lazim kita dapat
pada daun-daun bangun: bulat memanjang, lanset, segitiga, delta, belah
ketupat,dll. Sebagai contoh ujung daun oleander (Nerium oleander L.).
b.
Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun
nampak sempit panjang runcing, misalnya ujung daun sirsak (Annona muricata
L.),
c.
Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul
(lebih besar dari 90°), sering kita jumpai pada daun bangun bulat telur
terbalik atau bangun sudip. Misalnya ujung daun sawo kecik (manilkara kauki
Dub.)
d.
Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur,
terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun ginjal,
misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), ujung daun
teratai besar (nelumbium nelumbo Druce),
e.
Rompang (truncatus),ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya
ujung anak daun semanggi (marsilea crenata presl.), daun jambu monyet (Anacardium
Occidentale L.),
Gambar 34.
ujung daun jambu monyet (Anacardium Occidentale L.)
f.
Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemeriksaan yang teliti. Seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daun merupakan salah satu
organ tumbuhan yang
tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan
terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Daun mempunyai fungsi: Tempat pembuatan makanan
(Fotosintesis), sebagai organ pernapasan (Respirasi), tempat terjadinya transpirasi,
tempat terjadinya gutasi, alat perkembangbiakkan vegetatif. Adapun daun
berdasarkan jumlah anak daun dalam satu tangkai yaitu daun tunggal dan daun
majemuk. Menurut susunan anak daun pada
ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan menjadi: daun majemuk menyirip (pinnatus),
daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus), daun majemuk bangun kaki
(pedatus), daun majemuk campuran (digitato
pinnatus). Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan menjadi: tulang
daun menyirip, tulang daun menjari, tulang daun melengkung, tulang daun
sejajar. Dalam garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam: rata
(ineger) contohnya pada daun nangka, dan bertoreh (divisus). daging daun ialah:
bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Daun
baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap
primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika
primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua)
telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun
itu sendiri. Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara
berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Pada umumnya
daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat
beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan
adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik
bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami
modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau
penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi
tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau
hanya bagian-bagian tertentu dari daun.
B. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan
olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Tjitrosoepomo,
Gembong. 1986. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gajah Mada University
MAKALAH
MORFOLOGI
DAUN
DISUSUN
OLEH :
NAMA : MULIASTI
NIM : 91304039
JURUSAN : AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN WUNA
(
STIP WUNA )
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
yang tiada hentinya bagi ALLAH SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan, rahmat dan karunia-Nya, kami tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi Tugas Botani Umum.
Dalam
penyusunan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuan. Namun sebagai manusia biasa, yang
tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun demikian telah berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.
Oleh sebab itu kami mohon
untuk saran dan kritiknya yang membangun. Atas kesediaan waktunya
untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Ingatlah pepatah “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”, artinya teruslah berlatih dan belajar. Jangan mudah menyerah.
Ingatlah pepatah “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”, artinya teruslah berlatih dan belajar. Jangan mudah menyerah.
Raha, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….....…........ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………….. ………....................... 1
B.
Rumusan
masalah.............................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian
Daun............................................................................................... 2
b.
Fungsi Daun....................................................................................................... 2
c.
Daun Berdasarkan Jumlah Anak Daun Dalam Satu Tangkai........................... 3
d.
Daging Daun (Intervenium) ................................................................................. 4
e. Sifat-sifat
Lain Pada Daun.................................................................................... 5
f. Perkembangan
Daun............................................................................................ 7
g. Modifikasi
Daun................................................................................................. 8
h.
Ujung daun.......................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….................... 12
4.2 Saran................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar