MAKALAH KMB I
DOSEN : Ns.
MUSRIANI, S.Kep. M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM PADA ANAK
OLEH
KELOMPOK 8
1. LA
GOLO
2. ELIAS
3. HASRAT
4. SAIFUDIN
AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)
PEMKAB. MUNA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Marilah kita panjatkan puji syukur
kehadiraj Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah
kita
diberikan nikmat kesehatan hingga sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula
shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman.
Dimana yang telah mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat
menikmati indahnya keimanan dan Islam.
Dengan
penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas KMB I ini, yang diberikan oleh dosen Ns.Musriani,S.Kep.M.Kes, kepada kami
sebagai tugas dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah KMB I. Dalam penulisan dan penyusuan
kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Raha,18 November 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................. 1
C. Batasan Masalah ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN
TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
KEJANG
DEMAM
A. Konsep Dasar...................................................................... 2
1. Pengertian..................................................................... 2
2. Etiologi......................................................................... 2
3.
Klasifikasi..................................................................... 3
4.
Patofisiologi.................................................................. 5
5.
Manifestasi Klinik 6
6. Komplikasi.................................................................... 7
7. Pemeriksaan
Penunjang................................................. 8
8.
Penatalaksanaan Medik 8
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan................ 11
1. Pengkajian..................................................................... 11
2. Diagnosa
Keperawatan................................................ 12
3. Intervensi Keperawatan................................................ 13
4. Evaluasi......................................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan......................................................................... 16
B. Saran................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejang demam merupakan kejang yang
terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem
saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat
aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak
tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan
tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal
kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang
dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok
tertarik untuk membahas tentang penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada anak.
B. Tujuan
Tujuan
penuliksan makalah ini adalah agar kami dapat menjelaskan :
1. definisi
penyakit kejang demam pada anak.
2. etiologi
penyakit kejang demam pada anak.
3. manifestasi
klinik penyakit kejang demam pada anak .
4. patofisiologi
penyakit kejang demam pada anak.
5. komplikasi
penyakit kejang demam pada anak.
6. pemeriksaan
diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
7. penatalaksanaan
penyakit kejang demam pada anak.
8. asuhan
keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dapat kami ajukan, yaitu kami
hanya menjelaskan mengenai Asuhan Keperawatan Kejang Demam Pada Anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar Kejang Demam
1. Pengertian
Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
Kejang demam (febrile convulsion)
ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)
Kejang Demam (KD) adalah kejang
yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan
oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)
Kejang demam adalah terbebasnya
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan
kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada
anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi
III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan
kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah
5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson,
1995).
Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem
saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya
kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi
untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan
neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini
terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi
saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997; 229).
2. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta
Kedokteran belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang
demam ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
1. Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan
metabolic
3. Penyakit
infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
4. Keracunan
obat
5. Faktor
herediter
6. Idiopatik.
3. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan
natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas
otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi.
4.
Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi
atas:
Kejang demam
sederhana : Kejang demam yang berlangsung
singkat. Yang digolongkan kejang demam sederhana adalah
a. kejang
umum
b. waktunya
singkat
c. umur
serangan kurang dari 6 tahun
d. frekuensi
serangan 1-4 kali per tahun
e. EEG
normal
Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi
criteria Livingston untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :
a. Umur
anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. Kejang
berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
c. Kejang
bersifat umum.
d. Kejang
timbul dalam 16 jam pertama
e. Pemeriksaan
neurologist sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan
EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan.
g. Frekuensi
bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
5.
Manifestasi klinis
Gejala berupa
1. Suhu
anak tinggi.
2. Anak
pucat / diam saja
3. Mata
terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya
kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan
sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal.
6. Serangan
tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
7. Kejang
dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali
kejang berhenti sendiri.
6.
Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan
:
1. Kerusakan
sel otak
2. Penurunan
IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat
unilateral
3. Kelumpuhan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Untuk
membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT
SCAN
Untuk
mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan
Abses.
3. Pungsi
Lumbal
Pungsi lumbal
adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal
tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi,
lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada
komplikasi dan penyakit kejang demam.
8. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang
perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan
Fase Akut
Seringkali
kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi
terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan
dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik.
Obat yang paling
cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau
intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2
mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam
habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi
jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit
gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak
berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga,
berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena
perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan
pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan
iritasi vena.
Bila kejang
berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur
1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan
fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan
dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi
200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi
pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan
dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
2. Mencari
dan mengobati penyebab
Pemeriksaan
cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung
lama.
3. Pengobatan
profilaksis
Ada 2 cara
profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis
terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten
diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi
3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal
tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu
lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan
hipotonia.
Profilaksis terus
menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat
menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy
dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital
4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah
asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama
1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila
ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
1. sebelum
kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan
(misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2. Kejang
demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara
dan menetap.
3. Ada
riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4. bila
kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang
multiple dalam satu episode demam
Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin
memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada
waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping
antipiretik.
B. Konsep Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas
/ Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan
dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang
terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda :
Perubahan tonus / kekuatan otot
Gerakan involunter /
kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Iktal :
Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital
normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.
c. Eliminasi
Gejala :
Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal :
Peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus sfingter.
Posiktal : Otot
relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine / fekal ).
d. Makanan dan cairan
Gejala :
Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan
aktifitas kejang.
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit
kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala,
anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit
kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap /
tingkah laku yang berhati –hati.
Perubahan pada
tonus otot.
Tingkah laku
distraksi / gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : Fase
iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan
sekresi mukus.
Fase posiktal : apnea.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Tidak
Efektinya Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan Peningkatan Sekresi Mukus
3. Gangguan
volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu tubuh
4. Resiko
tinggi kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang
5. Perubahan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
▶
TTV stabil
▶
Menunjukkan adanya
keseimbangan cairan seperti output urin adekuat.
▶
Turgor kulit baik
▶
membrane mukosa mulut
lembab
Intervensi :
1. Ukur
dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
R/ : menentukan
kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh
2. Berikan
makanan dan cairan
R/ : memnuhi
kebutuhan makan dan minum
3. Berikan
support verbal dalam pemberian cairan
R/ :
meningkatkan konsumsi cairan klien
4. Kolaborasi
berikan pengobatan seperti obat antimual.
R/ : menurunkan
dan menghentikan muntah klien
5. Pantau
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
R/ Untuk mengetahui
status cairan klien.
2. Dx 2 Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d
Peningkatan Sekresi Mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
▶
sekresi mukus berkurang
▶
tak kejang
▶
gigi tak menggigit
Intervensi :
1. Ukur
Tanda-tanda vital klien.
R/ : untuk
mengetahui status keadaan klien secara umum.
2. Lakukan
penghisapan lendir
R/ : menurunkan
resiko aspirasi
3. Letakan
klien pada posisi miring dan permukaan datar
R/ : mencegah
lidah jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas
4. Tanggalkan
pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
R/ : untuk
memfasilitasi usaha bernafas
3. Dx. 3 Gangguan volume cairan kurang dari
kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Keseimbangan cairan terpenuhi
1. Observasi
TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan
suhu tubuh dari yang normal membutuhkan penambahan cairan.
2. Hitung
Intak & Output setiap pergantian shift.
R/ Untuk
mengetahui keseibangan cairan klien.
3. Anjurkan
pemasukan/minum sesuai program.
R/ membantu
mencagah kekurangan cairan.
4. Kolaborasi
pemeriksaan lab : Ht, Na, K.
R/ mencerminkan
tingkat / derajat dehidrasi.
4. Dx. 4 Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat
kejang
Tujuan : Agar tidak terjadi kejang berulang
1. Observasi
TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan
suhu tubuh dapat mengakibatkan kejang berulang.
2. Observasi
tanda-tanda kejang.
R/ untuk dapat
menentukan intervensi dengan segera.
3. Kolaborasi
pemberian obat anti kejang /konvulsi.
R/ menanggulangi kejang
berulang.
5. Dx. 5 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Peningkatan status nutrisi
1. Tingkatkan
intake makanan dengan menjaga privasi klien, mengurangi gangguan seperti
bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.
R/ cara khusus
meningkatkan napsu makan.
2. Bantu
klien makan
R/ membantu
klien makan.
3. selingi
makan dengan minum
R/ memudahkan
makanan untuk masuk.
4. Monitor
hasil lab seperti HB, Ht
R/ : Monitor
status nutrisi klien
5. Atur
posisi semifowler saat memberikan makanan.
R/ : Mengurangi
regurtasi.
4. Evaluasi
1. Kekurangan
volume cairan tidak terjadi
2. Bersihan
Jalan Nafas kembali efektif
3. Keseimbangan
kebutuhan cairan klien tercukupi.
4. Resiko
tinggi kejang berulang tidak terjadi
5. kebutuhan
Nutrisi klien dapat terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif
Mansjoer. 2000)
2. Kejang
demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)
3. Kejang
Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)
B. Saran
1. saya
mengharapkan kritik dan pesan yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/askep
kejang.diakses tanggal 16 november
2012.raha.
http://www.google.com/askep
kejang demam pada anak.diakses
tanggal 16 november 2012.raha.
http://www.google.com/makalah
asuhan keperawatan kejang demam.diakses
tanggal 17 november 2012.raha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar