BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Efusi
pleura adalah
akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi
ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan
pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura
sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan
plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5
gr/dl. Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis
dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel
mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan
yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura
viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak, diafragma,
dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru
dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini
berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu
pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan
parientalis diantaranya:
·
Pleura visceralis :
Ø Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel
mesothelial yang tipis < 30mm.
Ø Diantara celah-celah sel ini terdapat sel
limfosit
Ø Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat
endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Ø Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa
jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Ø Lapisan terbawah terdapat jaringan
interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a.
Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Ø Menempel kuat pada jaringanparu
Ø Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
·
Pleura
parietalis
Ø Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel
mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Ø Dalam jaringan ikat tersebut banyak
mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh
limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan
alirannya sesuai dengan dermatom dada
Ø Mudah menempel dan lepas dari dinding dada
di atasnya
Ø Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI
PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
·
Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
·
Untuk mengetahui etiologi efusi
pleura
·
Untuk mengetahui manifestasi
efusi pleura
·
Untuk mengetahui patofisiologi
efusi pleura
·
Untuk mengetahui diagnosis
efusi pleura
·
Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
·
Untuk mengetahui pencegahan efusi pleura.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi efusi
pleura
Penyebab paling sering efusi pleura
transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli
paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif
disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma
merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.
Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura
di Negara berkembang termasuk Indonesia.
Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit
autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan
(sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus,
penyakit pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig
(asites, dan efusi karena adanya tumor ovarium).
@ Berdasarkan Jenis Cairan
Kalau seorang pasien ditemukan
menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada
banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama
adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau
eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Efusi pleura eksudatif terjadi
jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura
mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif
melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam
cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari
tiga kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi
satu pun dari tiga kriteria ini :
- Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
- LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6
- LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di dalam serum
PARAMETER
|
TRANSUDAT
|
EKSUDAT
|
warna
BJ
Jumlah
set
Jenis
set
Rivalta
Glukosa
Protein
Rasio
protein T-E/plasma
LDH
Rasio
LDH T-E/plasma
|
Jernih
<
1,016
Sedikit
PMN
< 50%
Negatif
60
mg/dl (= GD plasma)
<
2,5 g/dl
<
0,5
<
200 IU/dl
<
0,6
|
Jernih,
keruh, berdarah
<
1,016
Banyak
(> 500 sel/mm2)
PMN
< 50%
Negatif
60
mg/dl (bervariasi)
<
2,5 g/dl
<
0,5
<
200 IU/dl
<
0,6
|
Efusi
pleura berupa:
a. Eksudat,
disebabkan oleh :
- Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.
- Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura.
- Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus, dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.
- Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan, sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura, menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan, dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.
- Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru, mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga karena :
v Infasi tumor ke pleura, yang merangsang
reaksi inflamasi dan terjadi kebocoran kapiler.
v Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru
dan jaringan limfe pleura, bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum,
menyebabkan gangguan aliran balik sirkulasi.
v Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan
tekanan-tekanan negatif intra pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan
pleura yang ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura
tersebut mungkin menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi.
Diagnosis dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan
blopsi pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy).
- Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel-sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi untuk dilakukannya tube thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:
v Adanya pus yang terlihat secara
makroskopik di dalam kavum pleura
v Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan
gram pada cairan pleura
v Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50
mg/dl
v Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan
0,15 unit lebih rendah daripada nilai pH bakteri
v Penanganan keadaan ini tidak boleh
terlambat karena efusi parapneumonik yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya
dalam waktu beberapa jam saja.
- Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma.
- Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.
b. Transudat, disebabkan oleh :
- Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah
decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya adalah perikarditis
konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat
terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada
sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu
peningkatan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi
pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang)
sehingga filtrasi cairan ke rongg pleura dan paru-paru meningkat.
Tekanan hidrostatik yang
meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang
bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih
sering terjadi pada sisi kanan.
Terapi ditujukan pada payah
jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan istirahat, digitalis,
diuretik dll, efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-kadang torakosentesis diperlukan juga bila
penderita amat sesak.
- Hipoalbuminemia
Efusi terjadi karena rendahnya
tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik
darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.
Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian garam.
Tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.
- Hidrothoraks hepatik
Mekanisme yang utama adalah
gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil yang ada pada diafragma ke
dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan biasanya cukup besar
untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis tidak dapat
mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan
tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa
(peritoneal venous shunt, torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran
melalui bedah, atau torakotomi pipa dengan suntikan agen yang menyebakan
skelorasis.
- Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh
ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan tumor ovarium jinak
dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa : tumor ovarium
kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah
tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh
tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke
pleura melalui porus di diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.
- Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan
sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral ataupun bilateral.
Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi
melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara
cairan pleura dengan cairan dialisat.
- Darah
Adanya darah dalam
cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada hemothoraks selalu
lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi
tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah
terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi
segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.
@. Berdasarkan Kuman Penyebab
- Mycobacterium Tuberculosis
a. Bakteriologi
Penyebabnya adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 03-0,6 mm. Kuman ini tahan
terhadap asam dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini
dapat hidup pada udara kering maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam
sifat dormant yang suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali.
Kuman ini hidup sebagai
parasit intraseluter didalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat
lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan predileksi penyakit tuberkulosis.
- Patogenesis
·
Tuberkulosis
Primer
Penularan terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nudei dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi terhisap oleh oang
sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman dapat masuk
lewat luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Kuman yang menetap di jaringan
paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat
terbawa ke organ tubuh lain. Kuman yang bersarang tadi akan membentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Dari
sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju illus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hillus
(limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis
regional = kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1)
Sembuh
sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2)
Sembuh
dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di
hillus atau kompleks (sarang) Ghon
3)
Berkomplikasi
dan menyebar secara:
Ø Per kontinuitatum, yakni menyebar ke
sekitarnya
Ø Secara bronkogen pada paru ysng
bersangkutan maupun paru yang di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama
tertelan besama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus
Ø Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya
Ø Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
Semua kejadian diatas
tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer.
·
Tuberkulosis
Post-Primer
Kuman yang dormant pada
tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen
menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer). Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal
posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim
paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu
granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar
dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam
jaringan ikat.
Bergantung dari imunitas
penderita, virulensi, jumlah kuman, sarang dapat menjadi :
1)
Diresorpsi
kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
2)
Sarang
yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan
sembuh delam bentuk perkapuran.
3)
Sarang
dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya
dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan
keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini
mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi
jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.
Kavitas dapat :
Melus
kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti
perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.
Memadat
dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat
mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas
lagi.
Bersih dan menyembuh,
disebut open heated cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang
terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.
Pada penvakit TBC paru, efusi
pleura diduga disebabkan oleh rupturnya fokus subpleural dari jarngan nerotik
perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura,
menimbulkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Hal ini didukung dengan
ditemukannya limfossit T, Interleukin-2 dan Interleukin reseptor pada cairan
pleura.
Cara penyebaran lainnya diduga
secara hematogen dan secara perkontinuitatum dari kelenjar-kelenjar getah
bening servikal, rnediastinal, dan dari abses di vertebrae.
Efusi pleura yang disebabkan
oleh TBC dapat juga berupa empyema, yaitu buila terjadi infeksi sekunder karena
adanya fitula bronchopulmonal, atau berupa chylothoraxs yaitu bila terdapat
penekanan kelenjar atau tarikan fibrin pada duktus thoracicus. Efusi yang
disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraxs kiri, jarang yang
masif. Pada thoraxosentesis ditemukan cairan berwarna kuning jernih, mengandung
> 3 gr protein/ 100 ml, bila cairan berupa darah, serosanguineous atau merah
muda diagnosis TBC harus diragukan.
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam
jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang
melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1.
Efusi pleura transudativa,
biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
kongestif.
2.
Efusi pleura eksudativa terjadi
akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit
paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat,
asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari
efusi pleura adalah:
ü Gagal jantung
ü Kadar protein darah yang rendah
ü Sirosis
ü Pneumonia
ü Blastomikosis
ü Koksidioidomikosis
ü Tuberkulosis
ü Histoplasmosis
ü Kriptokokosis
ü Abses dibawah diafragma
ü Artritis rematoid
ü Pankreatitis
ü Emboli paru
ü Tumor
ü Lupus eritematosus sistemik
ü Pembedahan jantung
ü Cedera di dada
ü Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid,
fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
ü Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang
baik.
Dalam keadaan normal,
hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis
cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,
cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
a)
Hemotoraks (darah di dalam
rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:
1.
pecahnya sebuah pembuluh darah
yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
2.
kebocoran aneurisma aorta
(daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura
3.
gangguan pembekuan darah. Darah
di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah
dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
b)
Empiema (nanah di dalam rongga
pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga
pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
1.
Pneumonia
2.
Infeksi pada cedera di dada
3.
Pembedahan dada
4.
Pecahnya kerongkongan
5.
Abses di perut.
c)
Kilotoraks (cairan seperti susu
di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening
utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya
tumor.
d)
Rongga pleura yang terisi
cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun
yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.
- Manifestasi Klinik Efusi Pleura
Pada
kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam,
ringan dan berat badan yang me- nurun seperti pada efusi
yang lain. Nyeri dada : dapat menjalar ke daerah
permukaan karena inervasi syaraf interkostalis dan
segmen torakalis atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada waktu
bernafas dalam, sehingga pernafasan penderita menjadi dangkal dan cepat dan
pergerakan pernapasan pada hemithorak yang sakit menjadi tertinggal. Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya
meningkat, terutama kalau cairannya penuh. Batuk
: pada umumnya non produktif dan ringan,terutama apabila
disertai dengan proses tuberkulosis di parunya.
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan
yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
§ Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
·
Batuk
·
Cegukan
·
pernafasan yang cepat
·
nyeri perut.
§ Dan anamnesa didapatkan :
Ø Sesak nafas
Ø Rasa berat pada dada
Ø Berat badan menurun pada neoplasma
Ø Batuk berdarah pada karsinoma bronchus
atau metastasis
Ø Demam subfebris pada TBC, dernarn
menggigil pada empilema
Ø Ascites pada sirosis hepatis
§ Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada
sisi yang sakit)
ü Dinding dada lebih cembung dan gerakan
tertinggal
ü Vokal fremitus menurun
ü Perkusi dull sampal flat
ü Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang
ü Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat
dapat dilihat atau diraba pada treakhea
§ Nyeri dada pada pleuritis :
Simptom yang dominan adalah
sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat oleh bernafas dalam atau
batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura
parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal.
Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa
menjalar ke daerah lain :
1)
Iritasi
dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis
intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen.
2)
Iritasi
bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus menyebabkan
nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.
- Patofisiologi Efusi Pleura
Efusi
pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai
akibat transudasi (perubahan tekanan hidro statik dan onkotik) dan eksudasi
(perubahan permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada
proses infeksi
dan neoplasma. Pada keadaan
normal ruangan interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan
permukaan kedua pleura parietalis dan viseralis yang saling bergerak karena
pernapasan. Cairan disaring keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan
di-
serap oleh sirkulasi di
pleura viseralis yang bertekanan rendah. Di samping sirkulasi dalam pembuluh
darah, pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura parietalis dan
viseralis mem-punyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut.
Jadi mekanisme yang
berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler, penurunan
tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe
dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura tuberkulosis terjadinya
disertai pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan ke rongga pleura.
- Pengobatan Efusi Pleura
1.
Pengobatan
Kausal
Pleuritis
TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan
efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat
dilakukan thoraxosentesis.
Pleuritis
karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas
bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain
yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari
rongga pleura dengan efektif.
2.
Thoraxosentesis,
indikasinya :
Menghilangkan
sesak yang ditimbulkan cairan
Bila
terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
Bila
terjadi reakumulasi cairan
Kerugiannya:
hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.
3.
Water
Sealed Drainage
Penatalaksanaan dengan
menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna.
Indikasi WSD pada empyema :
Nanah
sangat kental dan sukar diaspirasi
Nanah
terus terbentuk setelah 2 minggu
Terjadinva
piopneumothoraxs
4.
Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan
menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium,
parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat
banyak dan selalu terakumulasi kembali.
Pada dasarnya pengobatan efusi pleura tuberkulosis
sama dengan efusi pleura pada umumnya, yaitu dengan melakukan torakosentesis
(mengeluarkan cairan pleura) agar keluhan sesak penderita menjadi berkurang,
terutama untuk efusi pleura yang berisi penuh. Beberapa
peneliti tidak melakukan torakosentesis bila jumlah efusi sedikit, asalkan
terapi obat anti tuberkulosis diberikan secara adekuat
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan
terhadap penyebabnya.Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan
penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran
cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan
melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau selang) dimasukkan
ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5
liter.
Jika jumlah cairan yang
harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding
dada.
Pada empiema diberikan
antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.Jika nanahnya sangat kental atau
telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit
dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang
selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong
lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau
koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.
Jika darah memasuki
rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika
perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui
selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.Pengobatan untuk kilotoraks
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan
pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran
getah bening.
- Pencegahan Efusi Pleura
Lakukan pengobatan yang adekuat pada
penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk
penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat
ditegakkan.
- Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik,
dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya
akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang
terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan
dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara pernapasan menurun, dan vocal
fremitus yang menurun.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan
pemeriksaan berikut:
v Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah
pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.
v CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru
dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau
tumor
v USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran
cairan.
v Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura
biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan
yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum
yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
v Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat
ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura
sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan.
v Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan
foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam
rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA
paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks
posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang
tidak tajam.
v Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu
menemukan sumber cairan yang terkumpul.
Bila efusi pleura telah
didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan
jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi
dilakukan pemeriksaan seperti:
- Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose
- Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
- Pemeriksaan hitung sel
- Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah
untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau
eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah
keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada
keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi
pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada
Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan.
Menurut penelitian Samsul Harun, dari
efusi pleura yang dibiak dengan media L Sula didapat 22,4% efusi pleura
tuber-kulosis; 30% efusi pleura tuberkulosis disertai tuberkulosis paru
(bakteri tahan asam pada sputum positip); 15,8% efusi pleura tuberkulosis tanpa
disertai tuberkulosis paru (klinik, radiologik dan laboratorik negatip). Pada
penderita diduga tuberkulosis paru (klinik dan radiologik positif tuberkulosis
sedang labora-torium bakteri tahan asam di sputum negatif) disertai efusi
pleura ternyata 23,7% efusi tuberkulosis paru. Sedangkan menurut peneliti lain
sekitar 20 - 25% efusi pleura disebabkan karena tuberkulosis.
- Biopsi pleura buta
Dengan
pemeriksaan histopatologik dan biakan, hasil biopsi positip yangpada didapat
efusi pleura tuberkulosis sekitar 50 - 60%, dengan syarat biopsi pleura buta dilakukan di 3 - 4 tempat.
- Biopsi pleura dengan torakoskopi
Torakoskopi
dengan tuntunan Fiber Optic Bronchoscopy (FOB) dapat melihat secara langsung
granuloma yang hendak dibiopsi,
sehingga kepositipan adanya efusi pleura tuberkulosis mencapai ± 90%.
Kekurangan torakoskopi adalah karena harus dilakukan oleh tenaga ahli dan alat
serta perawatannya mahal.
- Pemeriksaan sputum
Dapat
diperiksa langsung dengan pengecatan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok melalui
mikroskop biasa dan pengecatan Auramin Rhodamin melalui mikroskop fluoresensi;
pemeriksaan dengan mikroskop fluoresensi 11,6% lebih positip daripada
dengan pemeriksaan mikroskop
biasa' di samping waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan lebih singkat, hanya
saja alat ini harganya mahal dan memerlukan perawatan khusus.
- Pemeriksaan tuberkulin
Seperti
diketahui efusi pleura tuberkulosis adalah proses post primer tuberkulosis yang
sering terdapat pada penderita dewasa; jarang pada anak dan orang tua. Karena
menegakkan diagnosa efusi pleuratuberkulosis sangat sulit, terutama tanpa
adanya tuberkulosis paru, maka apabila ada penderita efusi pleura muda umur
< 35 tahun disertai
dengan pemeriksaan
tuberkulin positip, dapat diterapi dengan obat anti tuberkulosis.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
·
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan
tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru
·
Cairan
dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi
peregangan paru selama inhalasi.
·
Penyebab paling sering efusi
pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri,
emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura
eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan
lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi
virus.
·
Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.
·
Efusi pleura
terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan
permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses
infeksi dan neoplasma.
·
Diagnosis di antaranya: roentgen
dada, ST SCAN dada, USG dada, torakonsentesis dan biopsy.
- Saran
Untuk mencegah penumpukan cairan pada rongga pleura saran kami dari kelompok
IV adalah menghindari penyebab terjadinya EFUSI pada rongga PLEURA.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar