do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Jumat, 04 Maret 2016

Latar Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina




1.
     Latar Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina

            Cina merupakan negara yang memiliki sejarah cukup tua. Negara ini diperintah oleh berbagai dinasti. Kepala pemerintahannya disebut kaisar. Salah satu dinasti asing yang pernah menguasai Cina adalah dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644 – 1912 yang berasal dari Manchuria.
Nasionalisme Cina tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti keturunan Cina. Kebencian itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Cina akibat penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar Manchu tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Cina menjadi republik. Namun republik ini rapuh karena panglima perangnya saling bertikai.

Dr. Sun Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang). Demi membentuk Cina bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis). Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya 1924. Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut:
a.       Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. DinastiManchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
b.      Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
c.       Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan
Istana Manchu.
d.      Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
e.       Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal pahampaham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu

2.     Tokoh Tokoh Nasionalisme China

a.      Sun Yat-Sen

Dr. Sun Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan sosialisme.Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang). Demi membentuk Cina bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis). Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya 1924.Pengganti Dr. Sun Yat Sen adalah Chuang Kai Shek.
Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Sun Yat-Sen sebagai salah satu tokoh dan juga pelopor revolusi dan nasionalisme di China ini antara lain adalah: Tiga Prinsip Rakyat (San Min Chu I), adalah sebuah politik filsafat yang dikembangkan oleh Sun Yat-sen sebagai bagian dari filosofi untuk membuat Cina yang bebas, makmur, dan kuat bangsa. Filosofi ini telah diklaim sebagai landasan Republik China pemerintahan seperti dibawa oleh Kuomintang (KMT). Prinsip-prinsip yang juga muncul dalam baris pertama Lagu Kebangsaan Republik Cina. 
Adapun isi dari ketiga prinsip rakyat tersebut adalah:
·         Prinsip Minzu
Prinsip ini biasanya diterjemahkan sebagai nasionalisme, harfiah Rakyat, relasi atau pemerintah rakyat. Dengan ini, Sun meyakini bahwa kebebasan itu dari dominasi imperialis.Untuk mencapai hal ini ia percaya bahwa Cina harus mengembangkan sebuah "civic-nasionalisme", sebagai lawan kepada "nasionalisme etnis", sehingga dapat menyatukan semua perbedaan etnis Cina, terutama terdiri dari lima kelompok utama dari Han , Mongol, Tibet,Manchu, dan Muslim (seperti Uyghurs), yang bersama-sama dilambangkan oleh Lima Warna Bendera Republik Pertama (1911-1928). Rasa nasionalisme ini berbeda dari gagasan "etnosentrisme," yang setara dengan makna yang sama nasionalisme dalam bahasa Cina.
·         Prinsip Minquan
            Prinsip ini biasanya diterjemahkan sebagai demokrasi (harfiah Rakyat daya atau pemerintah oleh Rakyat). Bagi Sun, ini mewakili pemerintah konstitusional Barat. Pertama, ia membagi kehidupan politik yang ideal untuk Cina dalam dua set kekuasaan atau kekuatan:
1.    Kekuatan Politik
Ini adalah kekuatan masyarakat untuk mengekspresikan keinginan politik mereka, mirip dengan yang diberikan kepadarakyat atau parlemen di negara-negara lain, dan diwakili oleh Majelis Nasional. There are four of these powers: (選舉), (罷免), (創製), and (複決). Ada empat kekuatan ini: pemiluingatinisiatif, dan referendum. These may be equated to " ". Ini dapat disamakan dengan "hak-hak sipil".
2.    Kekuatan Pemerintahan
Di sini ia memperluas Eropa-Amerika teori konstitusional dari tiga cabang pemerintahan dan sistem check and balance dengan memasukkan tradisi administrasi Cina tradisional untuk menciptakan pemerintahan lima kantor cabang (masing-masing yang disebut yuanatau 'pengadilan'). The , the , and the came from thought; the and the came from Chinese tradition.The Legislatif Yuan, yang Eksekutif Yuan, dan Yuan Yudisial berasal dari Montesquieuan pikiran; diControl Yuan dan Ujian Yuan berasal dari tradisi Cina. (Note that the Legislative Yuan was first intended as a branch of governance, not strictly equivalent to a national parliament.) (Perhatikan bahwa Yuan Legislatif pertama kali dimaksudkan sebagai cabang pemerintahan, tidak sepenuhnya sama dengan parlemen nasional.)

·         Prinsip Minsheng
ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai kesejahteraan  rakyat (mata pencaharian) Pemerintah untuk Rakyat atau bahkan sosialisme, meskipun pemerintah Chiang Kai-shek menjauhi menerjemahkan seperti itu. The concept may be understood as or as ("for the people", "to pleasure the people") governmental measures. Konsep dapat dipahami sebagaikesejahteraan sosial atau sebagai populis ( "untuk rakyat", "untuk kesenangan rakyat") langkah-langkah pemerintah.
Tradisi moral yang dianjurkan oleh Dr Sun adalah terdiri dari "jalan kerajaan" dan berarti emas. Mantan berarti "apa yang menjadi," sementara yang kedua berarti "tempat untuk menjadi."Tiga Prinsip Rakyat sesuai akan diundangkan dengan cara berikut:
1.      Prinsip Nasionalisme
·         Untuk membebaskan orang-orang Cina dari oligarki.
·         Memberikan setiap kelompok etnis di Cina kesempatan yang sama Untuk membantu memberikan orang-orang di dunia dari segala bentuk penindasan.

2.      Prinsip Demokrasi
·         The anthentic kesetaraan; equably dari titik awal; kesetaraan kesempatan; layanan untuk mencegah ketidaksetaraan kesetaraan.
·         Cukup hak-hak yang dinikmati oleh seluruh rakyat; langsung suara untuk memilih pejabat dan membuat hukum.
·         Sebuah pemerintah mahakuasa

3.      Prinsip Penghidupan
·         Pemerataan kepemilikan tanah.
·         "Tanah ke kemudi" program.
·         Kontrol modal swasta dan pembangunan modal nasional.
            Berlakunya Tiga Prinsip Rakyat akan memberikan semua orang-orang Cina dengan kesempatan untuk menjadi sama etnis, politik dan ekonomi-sekutu. Zaman baru dari budaya Cina telah dimulai sejak Dr Sum mendirikan Republik demokratis pertama di Asia. Sudah pasti bahwa orang-orang Cina, sebagai pemegang tradisi moral yang lama, akan mencapai tujuan: untuk membangun yang kuat dan makmur Cina dan untuk mempromosikan persaudaraan bangsa-bangsa di dunia






Mesir di bawah Dinasti Mamluk merupakan negara Islam yang selamat dari kehancuran yang dilakukan bangsa Mongol. Mesir yang semula merupakan daerah taklukan Turki dari tahun 1517, tiba-tiba ingin memisahkan diri dari Turki dan menjadi negara merdeka. Berbagai macam cara dilakukan Mesir agar bisa merdeka dari Turki. Hal tersebut memunculkan pertentangan. Puncak dari pertentangan tersebut adalah meletusnya perang Mesir-Turki yang berlangsung selama dua fase yakni 1832-1833 dan 1839-1840. Dalam peperangan tersebut, pihak Mesir lebih tangguh karena dibantu Prancis, sementara pihak Turki mengalami kekalahan.

Serangan Prancis di bawah komando Napoleon telah membawa perubahan dalam alam pemikiran Mesir, yaitu dengan masuknya paham-paham baru seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Adalah Muhammad Ali yang menjabat sebagai Gubernur Mesir datang sebagai utusan Usmani untuk mengalahkan Prancis. Setelah Prancis pergi dari Mesir, yang kalah dalam pertempuran laut dengan Inggris, Muhammad Ali kemudian berhasil mengalahkan Dinasti Mamluk pada tahun 1805 M. Diadakan pembaharuan dibidang pertahanan, pendidikan dan ekonomi non pertanian.

Muncullah keinginan untuk memisahkan diri dari Turki dan menjadikan Mesir sebagai negara yang mereka. Hal ini terlaksana dengan dikalahkannya pasukan Turki dalam pertempuran Konya tahun 1832.

Namun, karena Inggris pun memiliki kepentingan politik terhadap Turki, maka dengan cepat mereka bergabung dan membentuk suatu aliansi yang terdiri dari Prusia, Rusia, dan Austria untuk menghadapi kekuatan Mesir. Melihat peristiwa tersebut Mesir pun segera membuat perjanjian guna meredam perselisihan dengan Inggris, pada tahun 1840 dengan nama Konvensi Alexandria. Adapun beberapa poin yang ditetapkan dalam kesepakatan terebut ialah bahwa Mesir masih tetap jajahan Turki, Mesir harus melepaskan Syiria dari kekuasaannya, serta pemimpin Mesir yang berasal dari keturunan Mohammad Ali harus gelar Khedive.

Konsesi yang dibuat Mesir dengan Prancis untuk menggali Terusan Suez pada masa pemerintahan Khedive Ismail, tenyata tidak diinginkan oleh Inggris, karena Inggris memandang bahwa proyek penggalian Terusan Suez itu merupakan usaha Prancis untuk menanamkan pengaruhnya di Mesir. Kecurigaan Inggris tersebut malah membuat Inggris sendiri ingin merebut Terusan Suez dari Mesir dan Prancis. Pada 1863-1878 pemerintah Mesir mengalami kemerosotan dalam bidang ekonomi sehingga mendorong Mesir untuk menjual saham Terusan Suez kepada Inggris pada tahun 1875.

Pembukaan Terusan Suez dibangun oleh Ferdinad de Lessep, pada tahun 1869. Dengan dijualnya Terusan Suez kepada Inggris bukan berarti utang-utangnya terhadap negara lain jadi habis. Perekonomian Mesir dari waktu ke waktu semakin bobrok, hingga akhirnya pemerintahan Mesir sendiri mulai dicampuri oleh tangan-tangan Eropa khususnya Inggris dan Perancis.

Ketetapan-ketetapan yang dikeluarkannya pun berasal dari Inggris dan Prancis yang membuat rakyat Mesir terlantar dan menderita. Dampak dari hal tersebut muncul perlawanan-perlawanan guna menentang kesewenang-wenangan Inggris dan Perancis.

Pada 1882 muncul pemberontakan Arabi Pasha yang dipengaruhi paham Jamaludin Al Afghani. Pemberontakan ini merupakan tonggak dari nasionalisme Mesir yang menuntut agar segera diubahnya sistem pemerintahan di Mesir. Tuntutan tersebut dianggap membahayakan posisi Inggris di Mesir. Sebagai antisipasinya, dengan cepat Inggris segera mengirimkan pasukannya untuk menyerang Arabi Pasha. Desakan tersebut membuat Arabi Pasha menyerahkan diri dan mengakui kekalahannya dari pihak Inggris. Sejak saat itulah Inggris memegang kekuasaan penuh di Mesir.

Walaupun Arabi Pasha telah tertangkap namun cita-citanya sedikit demi sedikit terus diperjuangkan oleh para tokoh nasionalis. Hal itu mulai nampak dari diadakannya Kongres Nasional di bawah Mustafa Kamil dengan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan secara penuh. Lagi-lagi Inggris berkehendak lain, mereka mulai melucuti tubuh kongres dengan menangkap dan membuang tokoh-tokohnya. Akan tetapi tindakan Inggris tersebut tidak membuat takut dan jera para tokoh nasionalis. Dengan munculnya Partai Wafd tahun 1919 di bawah pimpinan Saad Zaghul Pasha, menandakan bahwa semangat nasionalisme di Mesir masih tetap berkobar. 

Pada November 1918 di bawah pimpinan Saad Saglul, kaum nasionalis menuntut agar Mesir diberikan kemerdekaan penuh. Dua kali Zaglul Pasha ditangkap dan diasingkan oleh Inggris; pertama ke Malta dan yang kedua ke Gibraltar.

Atas gerakan yang kontiyu, akhirnya Inggris tidak mampu lagi menghadapi pemberontakan rakyat Mesir, sehingga terpaksa mengeluarkan unilateral declaration pada 28 Februari 1922 yang isinya sebagai berikut:

(a) Inggris mengakui kedaulatan Mesir;
(b) Inggris berhak atas terusan Suez, Mesir dijadikan daerah operasi militer dan dipertahankan dari agresi bangsa asing;
(c) status Sudan ditangguhkan.

Walaupun belum merdeka penuh pada 15 Maret 1922, Ahmad Fuad menyatakan dirinya sebagai Raja Mesir. Sedangkan golongan nasionalis, menentang unilateral declaration, karena mereka menuntut merdeka penuh. Barulah pada tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh.

Sesudah Perang Dunia II, Mesir dan Israel menyerang Palestina di tahun 1948, tetapi tidak berhasil. Akibatnya Mesir mendapat kecaman dari negara-negara di dunia. Akibat peristiwa muncul tuntutan dari para perwira muda, di bawah komando Kolonel Gamal Abdel Nasser untuk dilakukan pembersihan. Tetapi Raja Farouk mengabaikan tuntutan ini. Terjadilah peristiwa kudeta oleh Jenderal Mohammad Najib pada 23 Juli 1952, dan secara resmi Mesir berubah menjadi republik sejak 18 Juli 1953.

Pada tahun 1956 Gamal Abdel Nasser melakukan nasionalisasi Terusan Sues. Kemudian ditutup pada tahun 1967 karena menjadi rebutan antara Prancis dengan Inggris dan dibuka lagi tahun 1975 oleh Presiden Anwar Sadat.

Tidak ada komentar: