BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah sekian tahun tidak pernah dimunculkan tradisi
perkelahian kuda yang cukup melekat ditengah masyarakat Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara kembali ditampilkan. Dengan disaksikan ribuan warga yang datang dari
berbagai penjuru para pemangku adat dan pemandu perkelahian kuda mampu
menyuguhkan sebuah tontotan yang cukup menghibur sekaligus mendebarkan. Tak
jarang banyak penonton yang harus berlari menyelamatkan diri saat kuda yang
kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton.
Prosesi perkelahian kuda sendiri telebih dahulu dimulai
dengan kemarahan sejumlah kuda jantan. Caranya sekelompok kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan digiring masuk kelapangan bebas dan di sudut lain
dimunculkan juga kelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan. Saat
kedua kelompok bertemu dilapangan bebas kedua kuda jantan yang menjadi pemimpin
kelompoknya secara bersilang dipertemukan dengan kuda-
kuda betina yang ada di
tempat terpisah. Kuda jantan yang
bertindak sebagai pemimpin kelompok kuda betina langsung marah saat menyaksikan
kuda jantan asing mendekati kelompok kuda betina yang dipimpinnya. Karena sudah
tebakar amarah kedua kuda jantan pun terlibat pekelahian sengit sementara
kelompok kuda betina hanya bisa panik meringik dan sesekali berlari menyaksikan
kuda jantan yang menjadi pemimpin mereka terlibat perkelahian.
Kedua kuda jantan ini terlibat saling serang dan berupaya
saling melukai antara satu sama lain. Namun disaat salah satu sudah terpojok
para pemandu perkelahian inipun segera bertindak untuk melerai perkelahian
kedua binatang ini.
Atrkasi perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan sebuah tontotan menghibur sekaligus mendebakan. Selain berdecak kagum ribuan warga yang datang dari berbagai penjuru juga harus tetap waspada menjaga keselamatan diri manakala kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton. Tradisi perkelahian kuda yang ditampilkan ditengah momentum perayaan hari ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara yang ke-45 di Kota Kendari ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun silam ini sebenarnya sudah sering kali ditampilkan hanya saja belakangan tradisi nyaris hilang dari peredaran. Oleh masyarakat di Kabupaten Muna tradisi ini cukup dikenali. Tidak hanya karena tradisi ini berasal dari daerah itu namun tradisi semacam ini terbilang sangat langka apalagi di indonesia sangat sulit untuk ditemukan tradisi semacam ini. Sesuai falsafahnya tradisi ini sendiri tidak dilakukan secara sembarangan karena pihak yang terlibat dalam tradisi ini merupakan orang-oran pilihan termasuk kuda yang ditampilkan. Meski tidak memiliki kalender paten namun tradisi ini kerap dilakukan pada momen-momen sakral seperti hari besar keagamaan saat memyambut tamu agung dan setelah melaksanakan panen raya. “Selain bermakna kultural tradisi ini juga menjadi salah satu hiburan yang bisa menjadi alat perekat dan pemersatu masyarakat khususnya di Kabupaten Muna”Kata Laode Abd Karim, selaku ketua pemangku adat dikabupaten Muna.
Atrkasi perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan sebuah tontotan menghibur sekaligus mendebakan. Selain berdecak kagum ribuan warga yang datang dari berbagai penjuru juga harus tetap waspada menjaga keselamatan diri manakala kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton. Tradisi perkelahian kuda yang ditampilkan ditengah momentum perayaan hari ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara yang ke-45 di Kota Kendari ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun silam ini sebenarnya sudah sering kali ditampilkan hanya saja belakangan tradisi nyaris hilang dari peredaran. Oleh masyarakat di Kabupaten Muna tradisi ini cukup dikenali. Tidak hanya karena tradisi ini berasal dari daerah itu namun tradisi semacam ini terbilang sangat langka apalagi di indonesia sangat sulit untuk ditemukan tradisi semacam ini. Sesuai falsafahnya tradisi ini sendiri tidak dilakukan secara sembarangan karena pihak yang terlibat dalam tradisi ini merupakan orang-oran pilihan termasuk kuda yang ditampilkan. Meski tidak memiliki kalender paten namun tradisi ini kerap dilakukan pada momen-momen sakral seperti hari besar keagamaan saat memyambut tamu agung dan setelah melaksanakan panen raya. “Selain bermakna kultural tradisi ini juga menjadi salah satu hiburan yang bisa menjadi alat perekat dan pemersatu masyarakat khususnya di Kabupaten Muna”Kata Laode Abd Karim, selaku ketua pemangku adat dikabupaten Muna.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Makna filosofis Perkelahian Kuda
2.
Bagaimana Manfaat
Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Mina
3.
Bagaimana Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna
C. TUJUAN
A.
Untuk mengetahui Makna filosofis
Perkelahian Kuda
B.
Untuk mengetahui Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat
Kabupaten Mina
C.
Untuk mengetahui Tata cara Perkelahian Kuda di
Kabupaten Muna
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Makna
filosofis
Perkelahian Kuda
Bupati Muna LM Baharuddin menyebutkan, adu kuda
mengajarkan makna filosofis yang tinggi. Ia menjadi simbol soal harga diri yang
harus dipertahankan.
”Dalam situasi normal, kuda jantan tidak akan bersikap agresif jika keluarga dalam kelompok yang dipimpinnya tak diganggu. Namun, sebaliknya, ia akan berjuang mati-matian membela keluarganya jika diganggu kuda lain,” kata Baharuddin. Kuda memiliki sejarah panjang dan kuat di Muna. Masyarakat di daerah ini telah mengenal hewan tangguh tersebut setidaknya sejak ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan lukisan yang ditemukan di dinding goa-goa prasejarah di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Muna. Di antara berbagai lukisan di situs itu, ada yang menggambarkan kuda ataupun orang sedang menunggang kuda.
”Dalam situasi normal, kuda jantan tidak akan bersikap agresif jika keluarga dalam kelompok yang dipimpinnya tak diganggu. Namun, sebaliknya, ia akan berjuang mati-matian membela keluarganya jika diganggu kuda lain,” kata Baharuddin. Kuda memiliki sejarah panjang dan kuat di Muna. Masyarakat di daerah ini telah mengenal hewan tangguh tersebut setidaknya sejak ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan lukisan yang ditemukan di dinding goa-goa prasejarah di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Muna. Di antara berbagai lukisan di situs itu, ada yang menggambarkan kuda ataupun orang sedang menunggang kuda.
Pada masa kerajaan, kuda menjadi simbol prestise
karena hanya dimiliki oleh kalangan tertentu, terutama bangsawan. Selain
menjadi sarana transportasi, kuda juga digunakan untuk berburu atau berperang.
B. Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Mina
Masyarakat Muna mengenal adu kuda ini dengan sebutan Pogeraha
Adara. Tradisi ini menggambarkan betapa kuda begitu penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Bisa jadi karena tradisi inilah pula
kemudian Pulau Muna dikenal sebagai Pulau Kuda. Salah satu yang kental dengan
penamaan ini adalah penduduk Desa Lathugo di Kecamatan Lawa yang masih
melestarikan Pogeraha Adara. Sehari-hari pun mereka banyak yang memakai
kuda meski sarana transportasi sudah modern.
Setiap tahun sedikitnya 3 kali atraksi adu kuda
digelar di lapangan terbuka Kecamatan Lawa, sekitar 20 km dari Raha. Acara ini
biasanya digelar setiap HUT Kemerdekaan RI, Hari Raya Id Fitri, dan Id Adha.
Kecuali itu Anda dapat menemukannya di Desa Lathugo, Kecamatan Lawa, karena di
sini adu kuda diselenggarakan tiap bulan.
C. Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna
Dalam
perkelahian kuda, pawang memegang peranan penting untuk mengawasi jalannya
pertarungan.Ada pula yang bertugas memegang tali untuk mengontrol kuda agar tak
berlarian liar.Jika salah satu kuda terpojok oleh serangan lawan,pawang harus
segera melerai untuk mencegah dampak fatal bagi kuda tersebut.
Prosesi perkelahian kuda sendiri
telebih dahulu dimulai dengan kemarahan sejumlah kuda jantan. Caranya
sekelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan digiring masuk
kelapangan bebas dan di sudut lain dimunculkan juga kelompok kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan. Saat kedua kelompok bertemu dilapangan bebas kedua
kuda jantan yang menjadi pemimpin kelompoknya secara bersilang dipertemukan
dengan kuda-kuda betina yang ada di tempat terpisah.
Kuda jantan yang bertindak sebagai
pemimpin kelompok kuda betina langsung marah saat menyaksikan kuda jantan asing
mendekati kelompok kuda betina yang dipimpinnya. Karena sudah tebakar amarah
kedua kuda jantan pun terlibat pekelahian sengit sementara kelompok kuda betina
hanya bisa panik meringik dan sesekali berlari menyaksikan kuda jantan yang
menjadi pemimpin mereka terlibat perkelahian.
Kedua kuda jantan ini terlibat saling serang dan
berupaya saling melukai antara satu sama lain. Namun disaat salah satu sudah
terpojok para pemandu perkelahian inipun segera bertindak untuk menghentikan
perkelahian kedua hewan ini.
Atrkasi perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan
sebuah tontotan menghibur sekaligus mendebarkan. Selain berdecak kagum ribuan
warga yang datang dari berbagai penjuru juga harus tetap waspada menjaga
keselamatan diri manakala kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari
kearah penonton.
Dalam tradisi ini kuda-kuda yang ditampilkan pun bukan
kuda sembarangan. Umumnya kuda-kuda yang ditampilkan dalam atraksi perkelahian
ini harus memiliki badan yang tegar garang dan terlebih lagi mampu berkelahi
dengan taktik tersendiri. Tak hanya kuda saja yang harus dipersiapkan para
pemandu perkelahian kuda pun harus orang pilihan. Pasalnya nyawa pemandu juga
menjadi taruhan karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu bisa menjadi
sasaran kemarahan kuda-kuda jantan yang terlibat perkelahian.
Bagi warga atraksi perkelahian kuda ini tentu menjadi hiburan tersendiri apalagi bagi warga yang tidak pernah menyaksikan atraksi semacam ini. “Tradisi ini cukup menarik apalagi tradisi semacam ini sangat sulit ditemukan”Kata Lusi salah satu warga.
Atraksi perkelahian kuda tentu tidak terklepas dari resiko yang ditimbulkannya. Selain membuat banyak warga panik saat kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton kuda-kuda jantan yang terlibat pekelahian pun tidak sedikit yang teluka.
Mski demikian, dimunculkannya kembali tradisi ini warga tentu berharap tradisi warisan nenek moyang ini bisa tetap dilestarikan. Bila tradisi ini tetap terjaga bukan tidak mungkin tradisi ini bisa dikemas menjadi salah satu obyek wisata budaya yang bisa menarik minat para wisatawan domestik maupun manca negara dan yang lebih terpenting lagi dibutuhkan dukungan pemerintah daerah setempat yang lebih serius agar tradisi ini tidak lenyap dari rotasi kebudayaaan indonesia dan hanya menjadi cerita dongeng belaka.
Bagi warga atraksi perkelahian kuda ini tentu menjadi hiburan tersendiri apalagi bagi warga yang tidak pernah menyaksikan atraksi semacam ini. “Tradisi ini cukup menarik apalagi tradisi semacam ini sangat sulit ditemukan”Kata Lusi salah satu warga.
Atraksi perkelahian kuda tentu tidak terklepas dari resiko yang ditimbulkannya. Selain membuat banyak warga panik saat kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton kuda-kuda jantan yang terlibat pekelahian pun tidak sedikit yang teluka.
Mski demikian, dimunculkannya kembali tradisi ini warga tentu berharap tradisi warisan nenek moyang ini bisa tetap dilestarikan. Bila tradisi ini tetap terjaga bukan tidak mungkin tradisi ini bisa dikemas menjadi salah satu obyek wisata budaya yang bisa menarik minat para wisatawan domestik maupun manca negara dan yang lebih terpenting lagi dibutuhkan dukungan pemerintah daerah setempat yang lebih serius agar tradisi ini tidak lenyap dari rotasi kebudayaaan indonesia dan hanya menjadi cerita dongeng belaka.
Atraksi ini adalah peninggalan raja-raja Muna. Awalnya
pertunjukan adu kuda ini dimaksudkan sebagai penghormatan raja kepada tamu-tamu
penting yang datang dari Pulau Jawa atau daerah lain. Sekarang, atraksi ini
secara rutin digelar bertepatan pada hari-hari besar. Makna Pogeraha Adara mencerminkan
kekuatan dan keuletan dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan sekalipun harus
Atraksi Pogeraha Adara
dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan
yang berbadan besar dan beringas. Di tempat lain, dimunculkan seekor kuda
jantan dengan ukuran fisik sama besar. Kuda jantan itu akan berusaha
mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan tadi.
Akibatnya kuda jantan yang memimpin sejumlah kuda betina akan terpancing marah
saat melihat kuda jantan asing mendekati kawanan kuda betinanya. Kedua kuda
jantan sama besar ini telah dibuat gelisah dan saling iri satu sama lain hingga
akhirnya bertarung. Siapa yang keluar sebagai pemenang maka akan mendapatkan
kuda betina.
Kuda yang diadu adalah kuda jantan
liar dari alam bebas. Uniknya, untuk menangkap kuda jantan liar tersebut tidak
memakai laso tetapi seorang meintarano (pawang kuda) akan menirukan
suara kuda betina sebagai pemancing. Jika kuda jantan mendekat maka sang meintarano
tinggal menangkapnya. Kuda yang ditangkap kemudian dijinakan dan dilatih di
sebuah lapangan dengan mengelus-elus hidung, telinga, hingga ke punggung kuda.
Kuda yang diadukan tersebut khusus dipelihara memang untuk perkelahian.
Setelah perkelahian maka luka-luka di badan kuda
akan diobati dengan gerusan campuran karbon dari baterai bekas dan minyak
tanah. Obat ini dipercaya mencegah infeksi dan luka akan cepat mengering.
Setelah sembuh kuda aduan itu akan dilepaskan kembali ke alam bebas untuk
kemudian suatu hari mungkin ditangkap kembali untuk memenuhi naluri purba
rakyat Pulau Muna.
D.
PERKEMBANGAN ATRAKSI KUDA DI KABUPATEN MUNA
Pertunjukan
yang kedua adalah saat menjamu tamu penting dan pertunjukan yang ketiga adalah
disaat menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri. Karenanya, tidak lagi mengejutkan
begitu menjelang Idul Fitri, berbagai persiapan telah dilakukan untuk
menyemarakkan pesta pertunjukan adu kuda di Lawa. Masyarakat datang dari
berbagai kota seperti dari Kendari, Bau-bau, Kolaka dan sejumah pulau-pulau
disekitar Kabupaten Buton dan Muna. Bahkan masyarakat Sulawesi Selatan juga ada
yang menyempatkan secara khusus menonton atraksi tersebut.
Dalam waktu dekat ini, atraksi itu akan kembali digelar untuk menyamarakkan Hari Kemerdekaan RI yang ke-60. Masyarakat Sulawesi Tenggara yang ada di Kendari bahkan sudah mulai ramai membincangkan atraksi tersebut. Mereka kembali akan berduyun-duyun datang ke Muna dengan menggunakan jalur darat melintasi poros Kendari Selatan, dan ada juga yang menggunakan jalur laut dengan menggunakan kapal cepat dari pelabuhan Kendari. Sayangnya, belakangan ini atrsksi adu kuda itu juga dimanfaatkan sebagai ajang perjudian terselubung. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Muna. Mereka mempertaruhkan sejumlah uang untuk kuda-kuda yang memenangkan pertandingan. "Tidak jarang seluruh hotel di kota Muna penuh oleh pendatang yang ingin main judi di arena adu kuda di Lawa. Kebanyakan pengunjung yang main judi di arena pertarungan kuda datang dari daerah Makale, Toraja, Sulsel, juga ada dari Ambon. Merekalah yang membuat tontonan atraksi adu kuda ini menjadi makin menarik," ujar beberapa warga Lawa.
Dalam waktu dekat ini, atraksi itu akan kembali digelar untuk menyamarakkan Hari Kemerdekaan RI yang ke-60. Masyarakat Sulawesi Tenggara yang ada di Kendari bahkan sudah mulai ramai membincangkan atraksi tersebut. Mereka kembali akan berduyun-duyun datang ke Muna dengan menggunakan jalur darat melintasi poros Kendari Selatan, dan ada juga yang menggunakan jalur laut dengan menggunakan kapal cepat dari pelabuhan Kendari. Sayangnya, belakangan ini atrsksi adu kuda itu juga dimanfaatkan sebagai ajang perjudian terselubung. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Muna. Mereka mempertaruhkan sejumlah uang untuk kuda-kuda yang memenangkan pertandingan. "Tidak jarang seluruh hotel di kota Muna penuh oleh pendatang yang ingin main judi di arena adu kuda di Lawa. Kebanyakan pengunjung yang main judi di arena pertarungan kuda datang dari daerah Makale, Toraja, Sulsel, juga ada dari Ambon. Merekalah yang membuat tontonan atraksi adu kuda ini menjadi makin menarik," ujar beberapa warga Lawa.
Pihak
Kecamatan Lawa pun membenarkan bahwa setiap digelarnya pertunjukan adu kuda,
sellau saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan atraksi itu untuk ajang
perjudian. "Tapi, kegiatan mereka itu susah ditertibkan. Soalnya cara
perjudian mereka sangat rapi. Mereka tinggal menentukan saja mana kuda yang
kira-kira akan memenangkan pertandingan, kemudian kuda itulah yang
dipertaruhkan, benarkah akan menang atau malah kalah," ujar seorang
pegawai kecamatan Lawa yang tak mau namanya ditulis di halaman ini.
Yang pasti, menurut Supardi, mantan
Koresponden Suara Karya di Kendari yang kini menjadi Pejabat Humas Pemda
Provinsi Sulawesi Tenggara, atraksi adu kuda di Lawa merupakan primadona
pariwisata di Kabupaten Muna. Atraksi tersebut menarik karena merupakan
peninggalan raja-raja Muna di era pergerakan. Pada masa-masa awal pemunculannya
di muka umum, adu kuda selalu ditampilkan jika raja-raja Muna sedang kedatangan
tamu penting dari Jawa atau daerah lain. Pertunjukan adu kuda itu dimaksudkan
sebagai penghormatan kepada tamu. Tetapi belakangan ini pertunjukan adu kuda
itu dikemas khusus untuk menarik wisatawan sebanyak mungkin ke Muna. Tak aneh
jika menjelang pertunjukan itu instansi terkait di Muna gencar melakukan
promosi dengan berbagai cara, termasuk mengiklankannya ke sejumlah media yang
ada. Memperebutkan Betina Atraksi Adu Kuda itu sendiri selalu dimulai dengan
memunculkan sekelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan. Tentu
saja, kuda yang dijadikan pemimpin kelompok kuda betina itu adalah kuda
berbadan besar dan garang.
Di tempat lain, dimunculkan juga seekor kuda jantan yang bertubuh besar. Kuda jantan itu akan segera berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina yang ada di tempat terpisah.
Sementara kuda jantan yang ditugasi memimpin sejumlah kuda betina akan marah jika melihat kuda jantan asing dalam kelompoknya."Nah, dalam posisi seperti itulah awal pertarungan kuda biasanya dimulai," ujar Laode Pao, salah seorang pemilik sejumlah kuda aduan di Lawa.Menurut Laode Pao, jika sesama kuda jantan sudah saling berhadapan untuk memperebutkan kuda betina, kuda yang bertingkah laku aneh-aneh. Antara lain dia akan menaikan kedua kakinya ke atas lalu meringkik sekuat-kuatnya. Bila sudah begitu, pemilik kuda harus membiarkan kudanya berkelahi. Dalam posisi seperti itu, tak jarang para penjudi kemudian menawarkan nilai taruhan. Dari hasil perjudian, ada juga bandar judi yang kemudian menyisihkan uang obat untuk luka-luka kuda yang kalah dan uang rumput untuk kuda-kuda yang menang. Biasanya uang rumput dan uang obat itu diberikan langsung kepada pemilik kuda. "Tapi, sebelum dipertandingkan, biasanya akan dihadirkan dulu para pawang kuda agar perkelahian kuda nantinya tidak menimbulkan bahaya, baik bagi kuda yang kalah dan bagi penonton. Soalnya, kalau tak diawasi pawang, dikhawatirkan kuda yang kalah akan marah kepada penonton yang mengelilingi pertarungan tersebut. Kuda kalau marah harus diwaspadai kaki dan mulutnya. Sepakan dan gigitan kuda bisa membuat orang harus masuk rumah sakit," tutur Masrudin, karyawan pelabuhan Raha yang mengaku pernah didigit kuda
Laode Djeni Hasmar, salah seorang tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara di Jakarta juga mengimbau pejabat terkait untuk lebih meningkatkan promosi atraksi wisata adu kuda. Selama ini, atraksi adu kuda itu, menurut pantauan Djeni Hasmar, hanya ditonton masyarakat Sulawesi Tenggara. Tapi jika promosi dilakukan secara teratur hingga ke berbagai lokasi hingga ke Jakarta, maka dimungkinkan akan lebih banyak wisawatan menyaksikan daya tarik adu kuda.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Atraksi Pogeraha Adara / Pacuan kuda dimulai
dengan menampilkan kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan yang
berbadan besar dan beringas. Di tempat lain, dimunculkan seekor kuda jantan
dengan ukuran fisik sama besar. Kuda jantan itu akan berusaha mendekatkan
dirinya ke kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan tadi. Akibatnya
kuda jantan yang memimpin sejumlah kuda betina akan terpancing marah saat
melihat kuda jantan asing mendekati kawanan kuda betinanya. Kedua kuda jantan
sama besar ini telah dibuat gelisah dan saling iri satu sama lain hingga
akhirnya bertarung. Siapa yang keluar sebagai pemenang maka akan mendapatkan
kuda betina.
B. SARAN
Makalah ini masih
memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø http://www.tempo.co/read/beritafoto/11243/Perkelahian-Tidak-Seimbang-Antara-Gajah-dan-Kuda-Nil
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami
bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari
dosen.
Makalah ini membahas tentang “PACUAN
KUDA KABUPATEN MUNA”, semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai Siswa dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Kami mengetahui makalah yang
kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih
mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku Guru kami serta temen-temen sekalian,
karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.
Semoga
makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.
Raha, APril
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….....…........ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………….. ………....................... 1
B.
Rumusan Masalah……………………........………….. ………....................... 2
C.
Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Bagaimana Makna filosofis Perkelahian Kuda.................................................. 3
2.
Bagaimana Manfaat
Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Muna............. 3
3.
Bagaimana Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna.......................... 4
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….................... 9
4.2
Saran................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
MAKALAH
PACUAN KUDA
KABUPATEN
MUNA
NAMA : MUH. DANDY
AZHARI
KELAS : XI ELEKTRO C.
SMK NEGERI 2 RAHA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar