KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun
Makalah ini dengan judul “OBAT
UTEROTONIKA,OBAT PERDARAHAN DAN OBAT ANALGETIKA” yang disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami
dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari
semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan
tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan
kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah
di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Raha, Desember 2015
Penyusun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................
ii
BAB
I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Defenisi
Uterotonika
B. Macam-Macam
Uterotonika
C. Mekanisme kerja
Uterotonika
D. Dosis yang digunakan pada obat anti
perdarahan
E. Efek samping dari obat anti
perdarahan
F. Cara mengatasi akibat dari efek
samping obat anti perdarahan
G. Pengertian obat analgetik
H. Macam-macam obat analgetik
I. Cara kerja obat analgetik
J. Indikasi dan kontraindikasi obat
analgetik
BAB III : PENUTUP......................................................................................
10
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat,
seiring dengan itu kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas
juga sangat membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang
berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri
yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam
rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila
janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah
induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi
persalinan sangat banyak digunakan.
Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai
salah satu penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara
kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang
Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah
penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu focus
gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan.
Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini
setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan normal
dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana
penggunaan uterotonika secara tepat guna harus diterapkan Baik dalam hal
induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan perdaran pasca
persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas
kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai
tentang uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun
tentang efek yang tidak diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui bersama,
obat merupan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak
dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.
Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan –
aturan tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang
berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit
justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.. Salah satu dari obat yang sudah
sering dipergunakan adalah uterotonik dan anti perdarahan. Obat – obat
uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas dari segala masalah
kesehatan yan berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu
defenisi Uterotonika ?
2.
Apa Saja
Macam-Macam Uterotonika ?
4. Dosis yang digunakan pada obat anti
perdarahan?
5. Efek samping dari obat anti
perdarahan?
6. Bagaimana cara mengatasi akibat dari
efek samping obat anti perdarahan?
7. Apa pengertian obat analgetik?
8. Apa macam-macam obat analgetik?
9. Bagaimana cara kerja obat analgetik?
10. Bagaimana indikasi dan
kontraindikasi obat analgetik?
C. TUJUAN
1)
Untuk mengetahui defenisi Uterotonika?
2)
Untuk mengetahui jenis Obat
Uterotonika?
4)
Untuk
mengetahui dosis yang digunakan pada obat anti perdarahan.
5)
Untuk
mengetahui efek samping dari obat anti perdarahan.
6)
Untuk
mengetahui cara mengatasi akibat dari efek samping obat anti perdarahan.
7)
Untuk
mengetahui pengertian dari obat analgetik
8)
Untuk
mengetahui mcam-macam obat analgetik
9)
Untuk
mengetahui cara kerja obat analgetik
10)
Untuk
mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat analgetik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Uterotonika
Uterotonik adalah
zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk
induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post
partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan
aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu
upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya
plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi
lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan
kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan
dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu.
Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan
perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1.
Riwayat
perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2.
Grande
multipara (lebih dari empat anak).
3.
Jarak
kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4.
Bekas
operasi Caesar.
5.
Pernah
abortus sebelumnya.
Uterotonika adalah obat yang dapat
meningkatkan kontraksi otot polos uterus. Banyak obat memeperlihatkan efek
oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dab dapat
berguna dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah
oxytocin(oksitosin) dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa
prostaglandin semisintetik. Obat- obat tersebut memperlihatkan respons
bertingkat (graded respons) pada kehamilan, mulai dari kontraksi uterus
spontan, ritmis sampai kontraksi tetani. Meskipun obat ini mempunyai efek
farmakodinamik lain, tetapi manfaat dan bahayanya terutama terhadap uterus.
Derivat prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan tahun tujuh
puluhan. Pembicaraan di sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F terhadap
uterus serta penggunaannya sebagai abortivum, dan oksitosin untuk induksi
partus. Bila terjadi riwayat
persalinan kurang baik,ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit,dan jangan di
rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
ü Persalinan
atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksi vakum,
atau forsep).
ü Uterus
terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan anak besar.
ü Uterus
yang kelelahan, persalinan lama.
ü Uterus yang lembek
akibat narkosa.
ü Inersia
uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk
pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler
atau intravena ( bila diinginkan kerja cepat ), setelah anak lahir.
B. Macam-Macam Obat Uterotonika
1)
Alkaloid Ergot
Farmakodinamik
Berdasarkan efek dan struktur kimianya
alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :
ü Alkaloid asam
amino dengan prototip ergotamin
ü Derivat dihidro
alkaloid asam amino dengan prototip dihidro-Ergotamin.
ü Alkaloid amin
dengan prototip ergonovin
Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di
absorpsi secara lambat dan tidak sempurna melalui saluran cerna. Obat ini
mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya dalam darah sangat
rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 jam. Pemberian 1 mg ergotamin
bersama 100 mg kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan kadar puncak
plasma ergotamin sebesar dua kali, namun biovailibitasnya tetap di bawah 1
persent.
Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan
paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
ü
Induksi partus aterm
ü
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri
pasca persalinan.
ü
Merangsang konstraksi setelah operasi
Caesar/operasi uterus lainnya
ü
Induksi abortus terapeutik
ü
Uji oksitoksin
Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II :
ü Hipersensitif
ü Penyakit vascular
ü Penyakit
jantung parah
ü Fungsi paru
menurun
ü Fungsi hati dan
ginjal menurun
ü Hipertensi yang parah
ü Eklampsi
Pada Uterus
Semua alkaloid ergot alam meningkatkan
kontraksi uterus dengan nyata. Dosis kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan
frekuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar menimbulkan kontraksi
tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang sangat
besar menimbulkan kontraktur yang berlangsung lama. Sediaan ergot alam yang
paling kuat adalah ergonovin.
Cara Pakai Dan Dosis
a.
Oral: mulai kerja
setelah sepuluh menit
b.
Injeksi: intravena
mulai kerja 40 detik
c.
IM
: mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih
sedikit.
Dosis
:
Oral 0,2-0,4 mg , 2-4
kali sehari selama 2 hari
IV / IM 0,2 mg , IM
boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.
Contoh
obat
Nama generic : metal
ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama paten
: methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.
Epek samping
a. Ergotamine
merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.
b. Dosis
besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah
dan cepat, bingung dan tidak sadar
c. Dosis
keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal
0,5-1,5 mg parenteral
d. Gejala
keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan
tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris,
bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
e. Keracunan biasanya
disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas
2)
Oksitosin
Oksitosin merupakan
hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi
air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal
kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan
kelenjar mama.
Mekanisme Cara
Kerja
Oksitosin diabsorsi denagn cepat
melalui mukosa mulut sehingga memungknkan oksitosin diberkan secara tablet
hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap did / cadangan untuk penggunaan
pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino peptidase dalam plama (
oksitosin atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun setelah persalinan.
Enzim mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida enzim
meregulasi kosentrasi oksitosin.
Meskipun sudah lazim di gunakan di
banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah sakit, namun potensi
oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah membuat obat
ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau penyakit
kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun. Pemberian
infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi
resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau
solosio plasenta atau denagn resiko rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse
oksitoksin yang terus-menerus pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus
merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot
uterus memerlukan glukosa maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat
pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena
starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga pemberian
oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih
cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit
pengaruhn ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.
Farmakologi
a.
Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan
kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini tergantung pada konsentrasi
estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah, efek oksitosin terhadap uterus
juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di klinik untuk mengurangi
aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis meskipun efektivitasnya tidak
jelas. Pada kehamilan trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat
rendah, dan aktivitas ini secara spontan akan meningkat dengan cepat pada
trimester III dan mencapai puncaknya pada saat persalinan. Oksitosin dapat
memulai atau meningkatkan ritme kontraksi uterus pada setiap saat, namun pada
kehamilan muda diperlukan dosis yang tinggi. Oksitosin menyebabkan pengelepasan
prostaglandin pada beberapa spesies, tetapi tidak jelas apakah ini merupakan
efek primernya atau berhubungan dengan kontraksi uterus.
b. Kelenjar Mama
Bagian alveolar
kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mioepitel. Kontraksi
mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus yanng
besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan ejeksi susu.
Mioepitel sangat peka terhadap oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk
memperlancar ejeksi susu, bila oksitosin endogen tidak mencukupi. Juga berguna
untuk mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.
c. Sistem
Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan
terlihat relaksasi otot polos pembuluh darah secara langsung. Terjadi penurunan
tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan
tekanan diastolik, warna kulit menjadi merah, dan aliran darah ke ekstermitas
bertambah. Bila dosis besar diberikan terus menerus secara infus, maka
penurunan tekanan darah akan diikuti sedikit penggian tekanan darah tetapi
menetap. Dosis oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas menimbulkan
penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah jelas terjadi pada penderita
yang mendapat dosis besar, yang diberikan selama anestesia dalam. Otot polos
yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah uterus, pembuluh darah dan miopitel
kelenjar payudara.
Fafrmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada
pemberian parenteral. Pemberian oksitosin intranasal, meskipun kurang efisien
lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin diabsorpsi dengan cepat
melalui mukosa mulut dan bukal sehingga memungkinkan oksitosin diberikan
sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap dicadangkan untuk
penggunaan pasca-persalinan.
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase
dalam plasma(oksitosinase atau sistil aminopeptidase) meningkat sepuluh kali
dan menurun setelah persalinan. Enzim ini menginaktifkan oksitosin dan ADH
melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim ini diduaga meregulasi konsentrasi
oksitosin lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya terhadap eliminasi kadar
oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini adalah plasenta. Waktu
paruh oksitosin sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan kadar plasma
sebagian besar disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan klinik
adalah :
1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan
atau tidak, terjadinya sirkulasi pada placenta.
2. Untuk terapi; Mempercepat proses
persalinan, tidak mungkinnya keluar janin secara sempurna, meningkatkan
pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan sulitnya air susu
keluar.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya uterus karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan mempunyai kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak normal tdk boleh diberi oxytocin.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya uterus karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan mempunyai kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak normal tdk boleh diberi oxytocin.
Indikasi dan
Kontraindikasi
a.
Indikasi
1.
Indikasi
oksitosik.
2.
Induksi partus
aterm
3.
Mengontrol
perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4.
Merangsang
konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5.
Uji oksitoksik
6.
Menghilangkan
pembengkakan payudara.
b.
Kontra Indikasi
1. Kontraksi uterus
hipertonik
2. Distress janin
3. Prematurisasi dan gawat
janin
4. Letak bati tidak normal
5. Disporposi sepalo pelvis
6. Predisposisi lain untuk
pecahnya rahim
7. Obstruksi mekanik pada
jalan lahir
8. Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler
atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
9. Resistensi dan mersia
uterus
10. Uterus yang starvasi
11. Cara pakai dan dosis
Penggunaan Dan
Dosis
Untuk induksi
persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U / menit sampai
terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus,
ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan
kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus.
Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler
setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi
pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung
ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.
Contoh obat
Tablet oksitosina
Pitosin tablet (PD)
Efek Samping :
adapun Efeksamping dari
pemakaian Oksitosin yaitu :
1. Spasme
uterus ( pada dosis rendah )
2. Hiper
stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus
)Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)
3.
Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
4.
Kontraksipembuluh darah tali pusat
5. Kerja antidiuretik
6. Reaksi
hipersensitifitas
7. Reaksi
anafilaktik
8. Hiper
stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture
uterus
9.
Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
10. Mual, muntah,ruam kulit, aplasia
plasenta, emboli amnion.
11. Kontraksi pembuluh darah tali
pusat
12. Aritmia jantung
13. Hematoma panggul
3) Misoprostol
/ Prostagladin
Framakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai
hormon lokal, karena kerjanya terbatas pada organ penghasil dan segera
diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin yang terdapat pada uterus,
cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di bidang keperawatan
penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF merangsang kontraksi
uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus
tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari
PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan kisaran dosis- respons yang sempit dalam
menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya hipertoni
uterus yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan yang cermat
dan meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada
trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α ke dalam rongga uterus dengan menggunakan
kateter atau suntikan memberikan hasil yang baik, disertai efek samping yang
ringan. Sebaliknya untuk menghentikan kehamilan muda(menstruasi yang telat
beberapa minggu); diperlukan dosis yang sangat besa, sehingga menyebabkan efek
samping yang berat, dan derajat keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan
suhu tubuh sekilas dan diduga kerjanya melalui pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Dosis besar PGF2α menyebabkan hipertensi melalui kontraksi
pembuluh darah, sebaliknya PGE2 menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin
terdapat merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan
oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian prostaglandin lokal pada
serviks, menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi motilitas uterus.
Indikasi Dan Kontra Indikasi
a. Indikasi
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan
dan atoni uteri pasca persalinan
3. Merangsang kontraksi
uterus post sc atau operasi uterus lainya
4. Induksi abortus
terapeutik
5. Uji oksitosin
6. Menghilangkan
pembengkakan mamae
b. Kontra Indikasi
1. Terdapat ruptura membran
amnion
2. Adanya riwayat sikatris
3. Apabila telah ada
perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina selama kehamilan) atau
dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan, prostaglandin
tidak digunakan
4. Dalam kondosi mata yang
dikenal sobagai glaukoma
5. jika ada infeksi pada
jalan lahir
6. Pada kehmilan melintang
sungsang atau miring
Mekanisme Cara
Kerja
Prostaglandin bekerja pada sejumlah
reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi ini mempengaruhi banyak sistem
dan menyebabkan berbagai efek samping
. Dosis Dan Cara Pakai
1.
Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
2.
Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
3. Gemeprost:
Pesari 1mg ( melunakan uterus)
4.
Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
Efek samping
1. Hiperstimulasai uterus
2. Pireksia
3. Infalamasi
4. Sensitisasi terhaap rasa
nyeri
5. Diuresis+kehilangan
elektrolit
6. Efek pada sistem syaraf
pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi )
7. Pelepasan hormon
hipofise renin steroid adrenal
8. Sakit persisten pada
punggung bwah dan perut
C. Cara Menghindari Efek Samping Obat
Sebagai konsumen kesehatan, Anda
sendirilah yang harus waspada terhadap potensi efek samping obat. Beberapa tips
berikut dapat menjadi panduan Anda :
- Baca dosis dan aturan pakainya.
- Lihat tanda peringatan.
- Ketahui efek samping obat.
- Jangan sembarangan memberikan obat bebas kepada anak.
- Bacalah kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat.
- Beritahu dokter bila ada gejala komplikasi
- Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang Anda.
- Yang paling Utama belilah obat ke Apotik yang resmi.
D. DOSIS YANG DIGUNAKAN PADA OBAT ANTI PERDARAHAN
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik.
Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang
digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Dosis Ergotamin :
- Oral
0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
- IV /
IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2
- 4
jam bila perdarahan hebat.
Dosis Oksitosin :
Untuk
induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U /
menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan
uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan
kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus.
Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler setelah
lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff )
disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit
sebelum menyusui.
Dosis prostaglandin :
-
Karbopros trometamin : Injeksi 250 ug/ml
-
Dinoproston (PGE) : Supositoria vaginal 20 mg
-
Gemeprost : Pesari 1mg ( melunakan uterus)
-
Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
E.
EFEK SAMPING DARI OBAT ANTI PERDARAHAN
Efek samping prostaglandin :
Hiperstimulasai
uterus, pireksia, infalamasi, Infalamasi, Sensitisasi terhaap rasa nyeri,
Diuresis+kehilangan elektrolit, Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan
efek samping yang jarang terjadi , Pelepasan hormon hipofise renin steroid
adrenal, Sakit persisten pada punggung bwah dan perut
Efek samping oksitosin :
Spasme uterus ( pada dosis rendah Hiper stimulasi uterus 9
membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus ), Keracunan cairan dan
hiporatremia ( pada dosis besar, Mual muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit,
aplasia plasenta, emboli amnion, Kontraksi pembuluh darah tali pusat, Kerja
antidiuretik, Reaksi hipersensitifitas, Reaksi anafilaktik, Aritmia jantung,
Hematoma panggul.
Efek samping lain yang dapat timbul
pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik, hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam. Pemberian
filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada
muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang
menyababkan kematian.
F.
CARA MENGATASI EFEK SAMPING DARI OBAT ANTI PERDARAHAN
-
Baca Dosis dan Aturan Pakainya
-
Lihat Tanda Peringatan
-
Ketahui Efek Samping Obat
-
Bacalah
kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat
-
Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang
G.
PENGERTIAN OBAT ANALGETIK
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit
atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan
(inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik
merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar
tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau
sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung
analgetik atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik
mempunyai efek antipiretik.
H. MACAM-MACAM
OBAT ANALGETIK
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik
non narkotik. Selain berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga
didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan.
1. Analgetik Opioid atau Analgetik
Narkotika
Analgetik
narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum
atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri
sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan
berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan
ketergantungan.
Semua anlagetik
narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek
sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang
paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar
dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan.
Morfin dan
petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri
hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia
dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan sebagai
pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin
dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik
narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :
-
Morfin HCl
-
Kodein (tunggal
atau kombinasi dengan parasetamol)
-
Fentanil HCl
-
Petidin
-
Tramadol
- Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu
Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik
Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang
tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau
bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /
Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik
Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik
:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang
diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya
antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia
penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan
terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi
tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam
sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan
efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam
mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan
obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
I. CARA
KERJA OBAT ANALGETIK
1.
. Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam
menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan
dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya
Efek depresi SSP beberapa opioid
dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine
oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui
dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi
opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah
opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi
efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin
tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.
2.
Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik
Hipotalamus merupakan bagian dari
otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif
dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam.
Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang
menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi)
dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena
mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera
umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin,
PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan
membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin
sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang
banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat
dan asetominafin (parasetamol).
J. INDIKASI
DAN KONTRAINDIKASI OBAT ANALGETIK
1.
Analgetik
Opioid atau Analgetik Narkotika
a.
Morfin dan Alkaloid Opium
Indikasi
- Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat
diobati dengan dengan analgesic non-opioid
- Mengurangi atau
menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung
kiri.
- Mengehentikan diare
Kontraindikasi
Orang
lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem, kifoskoliosis, korpulmonarale
kronik dan obesitas yang ekstrim.
b. Meperidin dan Derivat
Fenilpiperidin Lain
Indikasi
Meperidin
hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Meperidin digunakan juga untuk
menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanestetik.
Kontraindikasi
Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus
dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis
meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif
sedative dan obat-obat lain penekanSSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO
inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi
dan demam.
s
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgesik
Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan kontraksi
uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan
akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala III persalinan.
Obat uterotonika menyebabkan kontraksi rahim dan pembuluh-pembuluh
darahnya.
Uterotonika
(Oxytocic) merupakan obat yang penting tetapi berbahaya. Jikalau dipergunakan
secara salah, obat ini dapat menimbulkan kematian ibu atau bayinya di dalam
kandungan. Jikalau dipergunakan secara benar, kadangkala obat ini dapat
menyelamatkan kehidupan. Berikut manfaat dari Uterotonika:
1. Untuk mengatasi pendarahan
saat melahirkan
2. Membantu mencegah pendarahan
hebat saat melahirkan
3. Untuk mengatasi pendarahan
pada keguguran
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis
merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan.
Analgetik
yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di tempat yang
sakit/trauma jaringan.
Karakteristik :
1.
Hanya efektif untuk menyembuhkan
sakit
2.
Tidak narkotika
dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3.
Tidak
mempengaruhi pernapasan
4.
Gunanya untuk
nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
Macam - macam Analgetik :
1.
Analgetik
Opioid/analgetik narkotika
2.
Obat Analgetik
Non-narkotik
B. SARAN
Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya
dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan
pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini
kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca.
Sebaiknya
gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut sesuai
dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi
batasnya
DAFTAR PUSTAKA
Sutistia
G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru
Katzung. G.
Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II. Jakarta :
Salemba Medika.
Oktadiana, Isma. 2013. [Internet]. “ Makalah OBAT uteratonika“ . Diakses Pada :
28 September 2014. Sumber : <http://ismaoktadiana.blogspot.com/2013/12/makalah-uteratonika-dan_9402.html >
Manurung,
Maertin. 20101. [Internet]. “
Farmakologi Uteratonika“ Diakses Pada
: 28 September 2014. Sumber : <Uteratonikamartin.blogspot.com/2011/01/uuteratonika.html >
BlogKesehtanPutri. 2014. [Internet]. “ Makalah Analgetik Dan Antipiretik “ .
Diakses Pada : 28 September 2014. Sumber : <http://sofaners.wordpress.com/2013/03/18/makalah-uteratonika.html>
Prof.Dr.Anas Subarnas, Apt, Msc.Dkk. 2007. “ Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelola Obat
Di Puskesmas “. Bengkulu.
http://www.nurindahs4ri.blogspot.com/
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Drs .Priyanto,
Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar
untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat
Tugas makalah kelompok
1
FARMAKOLOGI
OBAT UTEROTONIKA,OBAT PERDARAHAN DAN
OBAT ANALGETIKA
Nama Dosen : Drs.H.M Syahruddin, Apt
Oleh
RISMAWATI
REZKY WULANDARI
YAYASAN
PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI
KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar