Tugas makalah individu
Nama Dosen : Drs. H. M.SYAHARUDDIN, A.pt
OBAT ANTI JAMUR
Oleh:
NAMA : HARNI BADRIA
NIM : PSW.B.2014.IB.0007
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “OBAT ANTI JAMUR”.
Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………….i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah…………………………………………………………1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………………..2
C. Tujuan……………………………………………………………………………2
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Obat Anti Jamur ……………………………………………………………………
B. Macam – Macam Infeksi
Jamur…………………………………………………
C. Jenis-Jenis Obat Anti Jamur………………………………………………………
D. Pengertian Amfoterisin B……………………………………………………………
BAB III :PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………………………….
B.
Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah
antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander
Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut
dari Penicillium chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini
membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka
kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran
antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba
terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini
tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui
penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan
kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai
terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa
senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam
membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik
dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik
tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik
tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik
yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat
mengurangi tingkat resistensi.
Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di
negara – negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang
sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban
udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur. Banyaknya
infeksi jamur juga didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang
berada digaris kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi, dan
pola hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Jamur dapat menyebabkan infeksi antara lain Candida
albicans dan Trichopyton rubrum. Oleh karena itu untuk membantu tubuh mencegah
mengatasi infeksi jamur serius dapat menggunakan obat Amfoterisin B. Yang mana
Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang.
Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan
berkurang pada Ph yang lebih rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau
fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Penggunaan istilah antimikroba
cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah
antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll.
Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh
kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan
kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat
membunuh kuman tanpa merugikan inang.
B.
Rumusan Masalah
1)
Apakah
yang dimaksud dengan Obat
Anti Jamur ?
2)
Sebutkan Macam – Macam Infeksi
Jamur ?
3)
Sebutkan
Jenis-Jenis Obat Anti Jamur ?
4) Apakah Yang Dimaksud Pengertian
Amfoterisin B ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Obat
Anti Jamur.
2.
Untuk
mengetahui Macam – Macam Infeksi
Jamur .
3.
Untuk
mengetahui Jenis-Jenis Obat Anti Jamur.
4.
Untuk
mengetahui ApaYang Dimaksud Pengertian Amfoterisin B.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Anti Jamur
Jamur adalah
organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan
ragi. Beberapa jenis jamur dapat
berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku,
mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah
tinea. For example, tinea pedis
(‘athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut
seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida.
Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah
Candida umumnya tinggal di kulit.
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan untuk membunuh atau menghilangkan jamur. Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan untuk membunuh atau menghilangkan jamur. Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
Obat-obat anti jamur juga disebut
dengan obat anti mikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis infeksi jamur :
infeksi jamur superficial pada kulit atauselaput lender dan infeksi jamur
sistemik pada paru-paru atau system saraf pusat. Infeksi jamur dapat ringan,
seperti pada tinea pedis (atlete¶s food) atau berat,seperti pada paru-paru atau
jamur seperti candida spp, (ragi), merupakan bagian dari flora normal pada
mulut, kulit, usus halus dan vagina.
Tabel. Pedoman pemilihan Antimikroba
No
|
Infeksi
|
Penyebab
|
Antimikroba
|
1.
|
Uretritis
|
N.
Gonorrhoe (bukan penghasil penisilinase)
|
Ampisilin,amoksisilin,
Penisilin,
G tetraksilin
|
N.Gonorrhoe
(penghasil penisilinase).
|
Fluorokuinolon,
seftriakson.
|
||
2.
|
Herpes
genital
|
Virus
Herpes Simpleks
|
Asiklovir
|
3.
|
Sifilis
|
T.pallidum
|
Penisilin
G, seftriakson, tetraksilin.
|
4.
|
Sistisis
akut
|
E.
coli,S. saprophyticus
|
Ampisilin,trimetropim
|
B. Macam – Macam Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Infeksi jamur sistemik
– Amfoterisin B
– Flusitosin
– Ketokonazol
– Itakonazol
– Fluconazol
– Kalium Iodida
2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)
1. Infeksi jamur sistemik
– Amfoterisin B
– Flusitosin
– Ketokonazol
– Itakonazol
– Fluconazol
– Kalium Iodida
2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)
C. Jenis-Jenis Obat Anti Jamur
a. Anti jamur cream
Digunakan
untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Anti jamur peroral
Amphotericin
dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap
melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi
Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan. Sedangkan, itraconazole,
fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin adalah obat dalam bentuk tablet
yang diserap ke dalam tubuh.
Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
• Terbinafine umumnya digunakan
untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
• Fluconazole umumnya digunakan
untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi jamur pada tubuh.
c. Antijamur injeksi
Amphotericin,
flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti
jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
D. Pengertian Amfoterisin B
Amfoterisin adalah salah satu obat
anti jamur yang termasuk kedalam golongan polyene. Obat ini biasa digunakan
untuk membantu tubuh mengatasi infeksi jamur serius. Amfoterisin A dan B adalah hasil fermentasi
Streptomyces nodosus, actinomyces yang ditemukan di tanah. 98 % campuran ini
terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas anti jamur. Kristal seperti jarum atau prisma berwarna
kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa. Amfoterisin merupakan antibiotik
polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil,
tidak tahan suhu diatas 370C. Tetapi
dapat bertahan sampai berminggu-minggu pada suhu 40C.
Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Obat yang
digunakan untuk infeksi jamur yaitu:
a.Koksidiodomikosis
b.Parakoksidioidomikosis
c.Aspergilosis
d.Kromoblastomikosis
e.Kandidiosis
f.Maduromikosis(misetoma)
g.Mukormikosis (fikomikosis)
a.Koksidiodomikosis
b.Parakoksidioidomikosis
c.Aspergilosis
d.Kromoblastomikosis
e.Kandidiosis
f.Maduromikosis(misetoma)
g.Mukormikosis (fikomikosis)
Amfoterisin B
merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidrosis tilbamidin yang
cukup efektif untuk sebagian besar pasien dengan lesi kulit yang tidak
progresif.
Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus spp, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp,dan Sporothrix schencki. Organisme lain yang telah dilaporkan sensitif terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan Leishmania protozoa dan Naegleria spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk rickettsia) dan virus.
Beberapa strain yang resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan jangka panjang dengan amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.
Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus spp, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp,dan Sporothrix schencki. Organisme lain yang telah dilaporkan sensitif terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan Leishmania protozoa dan Naegleria spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk rickettsia) dan virus.
Beberapa strain yang resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan jangka panjang dengan amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.
Indikasi
·
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti
koksidioidomikosis, parakoksidoidomikosis, aspergiluosis, dan
kromoblastomikosis.
·
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk
blastomikosis.
·
Amfoterisin secara topical efektif terhadap
keratitis mikotik.
·
Mungkin efektif terhadap maduromikosis (
misetoma ) dan mukomikosis (fikomikosis ).
·
Penderita dg terapi amfoterisin B hrs dirawat di
RS, utkpengamatan ketat ES
Kontra
Indikasi
a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Ibu hamil dan menyusui
d. Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Ibu hamil dan menyusui
d. Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
Infus
amfoterisin B seringkali meninbulkan beberapa efek samping seperti kulit panas,
keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, hipotensi, lesu, anoreksia, nyeri
otot, flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapat
dosis awal secara iv akan mengalami demam dan menggigil. Keadaan ini hampir
selalu terjadi pada penyuntikan amfoterisin B tapi akan berkurang pada
pemberian berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan dengan memberikan hidrokortison
25-50 mg dan dengan antipiretik serta antihistamin sebelumnya. Flebitis dapat
dikurangi dengan menambahkan heparin 1000 unit kedalam infuse.
Farmakodinamik
Amfoterisin B
bekerja dengan berikatan kuat dengan ergosterol (sterol dominan pada fungi)
yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel
bocor dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari
sel-sel jamur merembas keluar sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan
intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel. Efek lain pada
membran sel jamur yaitu dapat menimbulkan kerusakan oksidatif pada sel jamur.
Farmakokinetik
Amfoterisin
sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Suntikan yang dimulai dengan
dosis 1,5 mg/hari lalu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4-0,6
mg/kgBB/hari akan memberikan kadar puncak antara 0,5-2 µg/mL pada kadar mantap.
Waktu paruh obat ini kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh
eliminasifase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari sehingga kadar
mantapnya baru akan tercapai setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini
didistribusikan luas ke seluruh jaringan. Kira-kira 95% obat beredar dalam
plasma, terikat pada lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan pleura,
peritoneal, sinovial dan akuosa yang mengalami peradangan hanya kira-kira2/3
dari kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga dapat menembus sawar uri,
sebagian kecil mencapai CSS, humor vitreus dan cairan amnion. Ekskresi melalui
ginjal sangat lambat, hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam
sebelumnya ditemukan dalam urine.
Dosis
Infeksi
jamur sistemik (melalui injeksi intravena).
* Dosis awal 1 mg selama 20-30 menit
dilanjutkan dengan 250 mikrogram/kg perhari, dinaikan perlahan sampai 1 mg/kg
perhari, pada infeksi berat dapat dinaikan sampai 1.5 mg/kg perhari.
Catatan: terapi diberikan dalam waktu yang cukup
lama. Jika terapi sempat terhenti lebih dari 7 hari maka dosis lanjutan
diberikan mulai dari 250 mikrogram/kg perhari kemudian dinaikan secara
bertahap.
Sediaan
1. Sediaan
– Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilartkan dg aquadest 10 ml lalu ditmbh ke larutan
dextroa5%=kadar0,1mg/ml.
dextroa5%=kadar0,1mg/ml.
2. Lar elektrolit,
asam/ mgdg pengawet tdk boleh digunakan sbg pelarut mengendapkan
amfoterisin B
amfoterisin B
3. Untuk
injeksi selalu dibuat baru
. Interaksi Obat
1. Amikasin, siklosporin, Gentamisin, paromomycin, pentamidine,
Streptomycin,Vancomycin : meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
2. Dexamethasone, Furosemide, hidroklorotiazide, Hydrocortisone,
Prednisolone :
Meningkatkan risiko hipokalemia.
Meningkatkan risiko hipokalemia.
3. Digoxin : amphoterisin B meningkatkan risiko keracunan digoxin.
4. Fluconazole : melawan kerja amphoterisin B.
Aktivitas
Obat
Amfoterisin B
menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada
pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat
fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang
dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapat menghambat
aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis,
dan beberapa spesies Candida, Tondopsis glabrata,Rhodotorula, Blastomyces
dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis, Beberapa spesies Aspergillus,
Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesiesTrichophyton. Secara
in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan bersamaamfoterisin B terjadi
sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.
Mekanisme
kerja
Amfoterisin B
berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga
membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan
disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membrane sel hewan dan manusia. Resistensi
terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor
sterol pada membran sel.
Efek Samping
Demam, sakit kepala, mual, turun
berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi, kembung, nyeri ulu
hati, gangguan ginjal (termasuk hipokalemia, hipomagnesemia, kerusakan ginjal),
kelainan darah, gangguan irama jantung, gangguan saraf tepi, gangguan fungsi
hati, nyeri dan memar pada tempat suntikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur adalah
organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan
ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa
menyebabkan infeksi. Jamur
adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan,
dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat
berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku,
mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah
tinea. For example, tinea pedis
(‘athletes foot) . Infeksi
umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan.
B. Saran
Agar
setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan,
interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini, serta
dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem
kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem
kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO
Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar