Tugas individu
Nama Dosen : Drs. H.M Syaharuddin,Apt
OBAT ANTIBIOTIKA
Oleh:
NAMA : FENTI VERA AGUSTINA
NIM :PSW.B.2014.IB.0005
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “OBAT ANTIBIOTIKA” Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………. i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………… iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah……………………………………………………… 1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………………………………………………………… 2
BAB
II : PEMBAHASAN
B. Jenis penggolongan antibiotik……………………………………………………………
BAB III :PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………………………………….
B.
Saran……………………………………………………………………........................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah
antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander
Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut
dari Penicillium chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini
membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka
kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran
antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba
terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini
tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui
penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan
kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai
terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa
senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam
membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik
dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik
tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik
tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik
yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi
tingkat resistensi
B.
Rumusan Masalah
2)
Sebutkan
jenis Pengolongan
Antibiotik ?
C.
Tujuan
2.
Untuk
mengetahui jenis Pengolongan Antibiotik.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata antibiotik berasal dari bahasa
yunani yaitu Anti (melawan) dan Biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini
diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa yang
diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik
sintetis.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung
mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti
jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik berbeda dengan
istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah
cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan
inang.
Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a.
Berdasarkan
penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian antibiotika
tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b.
Berdasarkan
faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, usia,
wanita hamil dan menyusui.
B.
Pengolongan
Antibiotik
1. Penisilin
Penisilin
diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin
ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium
acremonium, berasal dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Penisilin terdiri dari :
A. Benzil
Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1)
Benzil
Penisilin
· Indikasi: infeksi saluran
kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
· Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
· Efek samping: reaksi alergi
berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetil Penisilin
· Indikasi: tonsillitis, otitis
media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi pneumokokus.
B. Pensilin Tahan Penisilinase
1) Kloksasilin
· Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
· Peringatan: gangguan fungsi
ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS, riwayat infeksi.
· Interaksi: obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
· Kontraindikasi:
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leuk opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Flukoksasilin
· Indikasi :infeksi karena
stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
· Peringatan :gangguan fungsi
ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
· Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
· Kontraindikasi :
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
· Efek samping : reaksi alergi
berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia,
diare pada pemberian per oral.
3) pensilin Spectrum Luas
Ø Ampisilin
Ibu hamil: Kategori B
Ibu menyusui: Kategori
A
· Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
· Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi
ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
· Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Absorbsi sebagian besar
dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan pada saat lambung
kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
· Kontraindikasi:
Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
· Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria,
demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian
per oral.
· Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam,
diberikan 30 menit sebelum makan. Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam.
Injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah
10 tahun: setengah dosis dewasa.
· Sediaan Ampisilin (generik): kapsul 250mg,
500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg, 1g.
Ampicillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet 250mg, 500mg; sirup
kering 125mg/5ml
250mg/5ml;
serbuk untuk injeksi 1g, 2g.
Ampi:
kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.
Ø Amoksisilin
Ibu Hamil
: Ketegori B
Ibu Menyusui : Kategori A
· Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
· Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
· Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
· Kontraindikasi:
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
· Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria,
demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian
per oral.
· Pengaturan Dosis:
Dewasa: 1x 500mg
tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.
Suspensi:
dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml suspensi
menggantikan tablet 500mg.
Anak
Kurang
dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada komponen
amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml 3 bulan atau lebih : didasarkan pada
komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet 250mg jika berat<40kg.
40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa
Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa
makanan. Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena
fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis
paling tinggi yang dijinkan adalah 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.
· Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul
250mg; sirup kering 125mg/5ml,
250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
Amoksan: drops 125mg/1,25 ml;
kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi
1g.
Kalmox: kapsul 500mg;
sirup kering 125mg/5ml.
C.
Penisilin Anti Pseudomona
1)
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan
oleh pseoudomonas dan proteus.
2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
2. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal
dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Gentamisin, Amikasin dan
kanamisin juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan
penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuber kalosa.
1) Gentamisin
· Indikasi : septicemia
dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pada miningitis karena listeria.
· Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
· Efek samping:
nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan
fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian
harus diperpanjang.
· Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida
bersifat bakterisidal dan digunakan terutama pada infeksi bakteri gram positif
dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis protein
bakteri.
· Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis
pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak :
6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus :
7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur < 1 minggu : 5
mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
Durasi terapi : biasanya 7-10
hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi tiga setiap 8 jam.
· Sediaan Gentamisin (generik):cairan
injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)
Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80
mg/ml (K)
· Perhatian: gangguan funsi ginjal,
bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan
vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita
hamil sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi
gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).
2) Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang
resisten terhadap gentamisin.
3) Kanamisin
Indikasi:
infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin
3. Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum
antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai
alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas,
pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
1) Eritromisin
· Indikasi: sebagai alternatif untuk
pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter,
pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
· Kontraindikasi: penyakit hati.
· Efek samping: Mual, muntah, dan
diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat dihindarkan dengan pemberian
dosis rendah.
· Mekanisme kerja obat: Antibiotik
golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi P ribosom subunit 50s
dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein synthesis dengan cara
merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik ini dapat bersifat
bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor konsentrasi obat.
· Interaksi obat / Makanan : Jika
diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum
atau sesudah makan. Eritromisin estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base
dalam bentuk tablet lepas lambat tidak dipengaruhi oleh makanan.
· Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan
Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam. Anak
sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari
secara infus kontinyu atau dosis terbagi
tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
· Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul;
500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.
Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200
mg/tablet kunyah.
Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200
mg/tablet; 100 mg/2,5 ml sirop tetes.
· Perhatian Kehamilan: eritromisin
dapat melewati plasenta tetapi menghasilkan kadar yang rendah dalam jaringan.
Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori B).
Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun demikian,
belum ditemukan adanya efek samping pada
bayi (Kategori A).
2) Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas,
otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
3) Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas,
infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk
eradikasi helicobacter pylori pada tukak
4) Spiramisin
4. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic
betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi
sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat
di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1) Sefadroksil
· Indikasi: infeksi baktri gram (+)
dan (-)
· Kontra indikasi: hipersensitivitas
terahadap sefalosforin, porfiria
· Interaksi: sefalosforin aktif
terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng
derrivat bervariasi.
· Efek samping: diare dan colitis yang
disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa
tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
2) Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut
dari bronchitis kronik dan otitis media.
3) Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada
pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
4) Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan
bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
5) Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan
1 pembedahan.
5. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik
dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena
masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
1) Tetrasiklin.
· Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi
bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis.
· Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan
tetrasiklin.
· Mekanisme kerja obat: tetrasiklin
merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan mempengaruhi sintesis protein pada
tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara reversible dengan ribosom
subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan aminoacyl transfer RNA dan
menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel. Golongan tetracycline
mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan negatif.
· Efek samping: Mual, muntah, diare,
eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat
merupakan petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis dan
kolitis.
· Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida,
garam besi, maka absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun. Pengatasan:
tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin
mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan
efeknya.
Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat
yang sulit diabsorpsi.
· Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi
berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8 jam.
Sifilis primer,
sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari
bila pengobatan pertama gagal atau bila kambuh).
Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari.
· Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml
sirop.
Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep
mata.
Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
Megacycline : 250 mg/tablet.
Sakacyclin : 250 mg/kapsul.
Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.
Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
· Perhatian:
Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan ditemukan dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek
toksis pada fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori D).
Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.
Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi
(dari akhir masa kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan
perubahan warna gigi (kuning, abu-abu, coklat) yang bersifat permanen.
Antibiotik golongan tetrasiklin
membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan pembentuk tulang.
2) Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas
gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
3) Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis
(kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit
radang perlvis (bersama metronidazo)
4) Oksitetrasiklin
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/
vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50
mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
Antibiotika banyak digunakan secara
luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun
janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi
yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan
memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam
keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan
inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan
janinnya.
Kehamilan akan mempengaruhi
pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap
sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian
besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada
janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut
rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan
terhadap keseriusan infeksi pada ibu. Beberapa jenis antibiotika dapat
menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang
diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya
melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen suatu obat
atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Pada manusia,
periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post
konsepsi. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh
antibiotika dipengaruhi oleh :
a. Besarnya dosis yang diberikan.
b. Lama dan saat pemberian.
c. Sifat genetik ibu dan janin.
d. Jenis antibiotik.
e. Trimester kehamilan.
Durasi penggunaan obat merupakan
faktor penting untuk diingat. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama
bisa menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam kasus yang lebih buruk bisa
menyebabkan keguguran. Pasalnya, beberapa jenis antibiotik lebih aman digunakan
pada trimester tertentu.
Untuk keadaan hamil, apalagi masih dalam trimester ketiga,
pemberian antibiotik bisa sangat membahayakan janin, karena hampir semua
antibiotik memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan gangguan sistem
pencernaan. Efek-efek samping yang ditimbulkan juga akan menekan kehamilan.
Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem kelenjar / cairan,
seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan ASI. Jika pada masa
menyusui minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI
bercampur obat.
Namun bukan berarti ibu hamil dan
menyusui tidak boleh minum obat antibiotik, harus hati-hati dan perhatikan
petunjuk dokter tentang cara pemakaiannya.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan
selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti
cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum
digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan
ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Ø Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman
digunakan selama kehamilan:
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin
Berdasarkan indeks keamanan obat
pada kehamilan menurut United States Food and Drug Administration (US FDA),
klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama
kehamilan dibagi dalam lima kategori. Lima kategori tersebut terdiri
dari A, B, C, D, dan X, dengan urutan yang paling aman hingga paling berbahaya.
Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1) Antibiotik yang dianggap aman
2) Atibiotik yang harus diberikan
secara hati-hati
3) Antibiotik yang merupakan
kontraindikasi
1.
Antibiotik yang dianggap aman
Kenyataannya amat jarang obat yang
termasuk kategori A, bahkan vitamin pun tergolong kategori B. Beberapa golongan
antibiotik kategori A:
1) Golongan Penisilin dengan ikatan
protein rendah mampu melintasi plasenta dengan mudah dan dianggap aman untuk
digunakan namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol harus digunakan lebih
hati-hati.
2) Golongan Makrolid tidak menunjukkan
efek samping yang berbahaya untuk janin, tetapi tetap diperhatikan
kontraindikasi pada kehamilan.
3) Golongan Nitrofurantion dan
metronidazol juga dapat dianggap aman.
2.
Antibiotik yang harus digunakaan hati-hati
Obat yang termasuk kelompok ini
hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang sangat diperlukan. Golongan
antibiotik B diantaranya adalah Fluorokuinolon, Kontrimoksazol, dan
Kloramfenikol. Pada Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan,
kecuali bila obat lain yang lebih aman tidak bisa digunakan.
3.
Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
Antibiotik yang termasuk dalam
golongan C adalah Tetrasiklin dan Aminoglikosida. Tetrasiklin bila diberikan
pada periode perkembangan tulang dan gigi (bulan keempat dan kelima gestasi)
menimbulkan yellow dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi dan tulang yang
sedang dibentuk. Sedangkan Aminoglikosida harus digunakan secara
hati-hati pada trimester kedua.
Adapun beberapa golongan antibiotic yang memerlukan perhatian
khusus bagi ibu hamil adalah:
1) Golongan Aminoglikosida (biasanya
dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate,
dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin
sulfate.
2) Golongan Sefalosporin, seperti :
cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone
Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, cephadrine, dan
ceftizoxime Na.
3) Golongan Chloramfenicol, seperti :
chloramfenicol, dan thiamfenicol.
4) Golongan Makrolid, seperti :
clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan azithromycin.
5) Golongan Penicillin, seperti :
amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garamnya.
6) Golongan Kuinolon, seperti :
ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin dan
norfloxacin.
7) Golongan Tetracyclin, seperti :
doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil),
dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemberian obat pada ibu hamil adalah:
1) Keamanan : meski ada obat lain yang
efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.
2) Dosis : pada awalnya pemberian obat
harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi
sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
3) Durasi pemberian : jika tidak
diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya,
pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan
bayinya.
4) Jenis dan cara kerja obat sebagai
bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti
dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk
mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja.
Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang
paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini dipasarkan dengan
beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan
lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan
methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik
yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin
B.
Saran
Agar
setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan,
interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini, serta
dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem
kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem
kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi
kebidanan. Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO
Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar