LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP
MEDIS
- Defenisi
Penyakit
Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual. Pertama kali
menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain
yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga
seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan
depresi.
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).
B. Etiologi
Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang
mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur
seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan
fungsi penglihatan dan sebagainya.
Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
- Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan
bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat dikatakan
normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi beberapa saat
kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat
sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan mereka tidak
dapat mengingat kembali kejadian yang baru dialaminya sekalipun telah dicoba
mengingatkan kembali.
2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh kesibukan
bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat untuk
menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan
demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian
bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga
lupa bahwa ia telah memasak makanan didapur.
3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan
untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi orang dengan penyakit
Alzheimer dapat lupa kata-kata yang sederhana atau menggantikannya dengan kata
yang tidak sesuai, sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti.
4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan untuk
sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia
berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai
di tempat tsb dan tidak bisa mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal
ini menunjukkan gejala penyakit Alzheimer.
5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut, asyik dan
tenggelam dalam aktivitasnya sementara waktu sampai lupa memperhatikan
anak-anaknya. Tetapi orang dengan Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia
tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana
mestinya, misalnya memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan
pakaian tidur.
6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan
dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun pemahaman
konsep.
7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh
kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat meletakkan
benda-benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam
kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci.
8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih dan
murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat memperlihatkan
perubahan suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba
menjadi menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas.
9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan
kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan
kepribadian yang drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah
bimbang dan kebingungan.
10. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga,
aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah
beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer dapat
menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan untuk
menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :
a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia).
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi eksekutif).
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi eksekutif).
D.
pembagian Alzheimer
Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi :
Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi :
Fase awal (Ringan).
Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori :
• Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk mencegah kesalahan.
• Mengulang pertanyaan dan kalimat.
• Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.
• Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu serta untuk berpikir logik.
• Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental.
• Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang familiar.
b. Gangguan berkomunikasi mulai timbul :
• Mulai mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka sendiri.
• Kadang tidak mampu untuk berbicara dengan benar meski masih dapat berespon dan bereaksi terhadap apa yang dikatakan kepada mereka ataupun terhadap humor yang dilontarkan.
• Mengalami kesulitan untuk memahami bahan bacaan
c. Perubahan kepribadian mulai timbul :
• Apatis, menarik diri dan menghindari orang lain.
• Cemas, agitasi dan iritabel.
• Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain
• Gampang marah terhadap hal-hal yang mendatangkan frustasi, rasa lelah, ataupun kejutan.
d. Perilaku yang aneh mulai timbul :
• Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga.
• Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan saja.
2. Fase menengah (sedang).
Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan paranoid.
Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan:
• Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi..
• Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya dari yang tidak dikenalnya.
• Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan nomer telefon..
• Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat..
• Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan..
• Disorientasi cuaca, hari dan waktu..
b. Gangguan berkomunikasi :
• Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis.
• Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.
• Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi bacaannya.
• Kesulitan menyelesaikan kalimat
c. Perubahan kepribadian mulai signifikan :
• Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri).
• Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam
• Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan mengecap sesuatu yang tidak nyata.
d. Perilaku aneh yang timbul :
• Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain sebagai pasangannya dan bermasturbasi di depan umum)
• Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita alzheimer berbicara sendiri)
• Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur sepanjang siang)
e. Peningkatan dependensi :
• Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang cukup
• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca atau situasi
• Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan menggunakan toilet.
• Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri sendiri, membakar diri sendiri).
f. Penurunan kontrol sadar :
• Inkontinensia uri dan feses.
• Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.
3. Fase Lanjut (berat).
Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya :
a. Kognitif dan memori yang makin memburuk :
• Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota keluarga yang lain.
b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap :
• Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh ataupun bergerak.
• Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan inkoheren.
• Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan.
c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang :
• Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku.
• Inkontinensia urin dan fecal komplit.
• Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa bantuan orang lain.
• Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak .
d. Dependensi komplit terhadap orang lain :
• Membutuhkan bantuan di segala aktivitas hidupnya.
• Membuthkan perawatan sepanjang waktu.
e. Penurunan dearajat kesehatan yang bermakna :
• Sering terjadi infeksi, kejang-kejang, penurunan berat badan, kulit menjadi tipis dan gampang luka serta adanya refleks-refleks abnormal.
f. Tubuh melemah :
• Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon terhadap lingkungan.
• Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya berespon minimal terhadap sentuhan.
• Kelelahan dan tidur yang berlebihan.
• Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih berfungsi, otak tidak mampu menerima input.
g. Perubahan kepribadian :
• Apatis, menarik diri.
• Kepribadian yang tumpul.
h. Perilaku yang aneh :
• Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.
Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori :
• Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk mencegah kesalahan.
• Mengulang pertanyaan dan kalimat.
• Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.
• Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu serta untuk berpikir logik.
• Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental.
• Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang familiar.
b. Gangguan berkomunikasi mulai timbul :
• Mulai mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka sendiri.
• Kadang tidak mampu untuk berbicara dengan benar meski masih dapat berespon dan bereaksi terhadap apa yang dikatakan kepada mereka ataupun terhadap humor yang dilontarkan.
• Mengalami kesulitan untuk memahami bahan bacaan
c. Perubahan kepribadian mulai timbul :
• Apatis, menarik diri dan menghindari orang lain.
• Cemas, agitasi dan iritabel.
• Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain
• Gampang marah terhadap hal-hal yang mendatangkan frustasi, rasa lelah, ataupun kejutan.
d. Perilaku yang aneh mulai timbul :
• Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga.
• Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan saja.
2. Fase menengah (sedang).
Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan paranoid.
Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan:
• Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi..
• Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya dari yang tidak dikenalnya.
• Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan nomer telefon..
• Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat..
• Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan..
• Disorientasi cuaca, hari dan waktu..
b. Gangguan berkomunikasi :
• Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis.
• Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.
• Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi bacaannya.
• Kesulitan menyelesaikan kalimat
c. Perubahan kepribadian mulai signifikan :
• Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri).
• Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam
• Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan mengecap sesuatu yang tidak nyata.
d. Perilaku aneh yang timbul :
• Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain sebagai pasangannya dan bermasturbasi di depan umum)
• Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita alzheimer berbicara sendiri)
• Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur sepanjang siang)
e. Peningkatan dependensi :
• Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang cukup
• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca atau situasi
• Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan menggunakan toilet.
• Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri sendiri, membakar diri sendiri).
f. Penurunan kontrol sadar :
• Inkontinensia uri dan feses.
• Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.
3. Fase Lanjut (berat).
Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya :
a. Kognitif dan memori yang makin memburuk :
• Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota keluarga yang lain.
b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap :
• Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh ataupun bergerak.
• Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan inkoheren.
• Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan.
c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang :
• Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku.
• Inkontinensia urin dan fecal komplit.
• Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa bantuan orang lain.
• Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak .
d. Dependensi komplit terhadap orang lain :
• Membutuhkan bantuan di segala aktivitas hidupnya.
• Membuthkan perawatan sepanjang waktu.
e. Penurunan dearajat kesehatan yang bermakna :
• Sering terjadi infeksi, kejang-kejang, penurunan berat badan, kulit menjadi tipis dan gampang luka serta adanya refleks-refleks abnormal.
f. Tubuh melemah :
• Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon terhadap lingkungan.
• Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya berespon minimal terhadap sentuhan.
• Kelelahan dan tidur yang berlebihan.
• Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih berfungsi, otak tidak mampu menerima input.
g. Perubahan kepribadian :
• Apatis, menarik diri.
• Kepribadian yang tumpul.
h. Perilaku yang aneh :
• Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.
D.
Patofisiologi
Penyakit alzheimer
adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Perkiraan terakhir menyatakan bahwa
sekitar 10% orang dalam kelompok usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini
cepat meluas dalam kalangan populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun
2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja
menimbulkan dampak pada sistem pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda,
pelayanan kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut ,
dan dana riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga
yang harus merawatnya.
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer
mengalami kehilangan banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai
kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang
difus dan di plak senilis ( makin
banyakmplak senilis makin berat gejala gejalnya ). Kedua perubahan patologik
terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit alzheimer, karena juga
ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan
terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim
yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada
penurunan dari asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin).
Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan
neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya
mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan
penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks
serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh
para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena somatostatin menurun
pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor tambahan lain yang juga masih
dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminiu. Crapper et al ( 1979)
menyatakan bahwa ada kegagalan dalam siste transpor membran pada pasien –
pasien penyakit alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan
kromati yang menyebabkan perubahan patologik dalam sintesis protein dan
perubahan neuropibrilar.
- Etiologi dan Factor resiko
Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi perpaduan berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala.
- Toksin dari lingkungan.
- Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan.
- Genetik :
- Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi.
- Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21.
- Trisomi kromosom 21 (down’s syndrom). Pasien dengan sindrom down cenderung terkena alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun.
- Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang berkaitan erat dengan Alzheimer familial.
- Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat dengan penyakit Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai Volga, Rusia.
- Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa
faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor
keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida,
gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan
terapi sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
1.
Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak
merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
2.
Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur
dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal
bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
3. Menjaga
kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran mental adalah
dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
G.
Terapi
Pendekatan terapi
pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori yang berkembang sesuai
patogenesis dan patofisiologis penyakit dan kebutuhan untuk memperbaiki
gejala-gejala kognitif dan tingkah laku yang mengalami gangguan, meskipun
hingga saat ini belum ada terapi yang benar-benar secara meyakinkan mencegah
Alzheimer ataupun memperlambat perjalanannya.
Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilakuv
Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik, yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit dalam jangka waktu yang lama.
Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya.
Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
§ Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi ke korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai butyrylkolinesterase (BuChE).
Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine (cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl). Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer, BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :
Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilakuv
Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik, yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit dalam jangka waktu yang lama.
Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya.
Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
§ Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi ke korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai butyrylkolinesterase (BuChE).
Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine (cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl). Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer, BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :
(1) Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut
(2) Memperbaiki gangguan
perilaku
(3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler
yang sering muncul bersamaan dengan Alzheimernya.
Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron yang tetap berlangsung secara progresif.
Antagonisv N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru yang amat berguna pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS dan demensia vaskular.
Anti radikal bebas. Davpat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi kontribusi sebagai penyebab dari Alzheimer.
Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkanv postulat bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih berat. Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini. Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).
Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangiv deposisi amiloid otak pada pasien Alzheimer.
Estrogen. Amat berguna padav wanita menopause dimana produksi estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses degeneratif.
Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental sangat direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini, sikap hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif
Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron yang tetap berlangsung secara progresif.
Antagonisv N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru yang amat berguna pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS dan demensia vaskular.
Anti radikal bebas. Davpat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi kontribusi sebagai penyebab dari Alzheimer.
Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkanv postulat bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih berat. Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini. Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).
Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangiv deposisi amiloid otak pada pasien Alzheimer.
Estrogen. Amat berguna padav wanita menopause dimana produksi estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses degeneratif.
Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental sangat direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini, sikap hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif
- Prognosis
Angka
survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala Alzheimer adalah
sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu progresivitas penyakit adalah
adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-gejala psikotik, onset pada usia
muda dan disfungsi kognitif yang dini.
KONSEP
KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT ALZHEIMER
Pengkajian
a.
aktivitas/istrahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda :
Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa,
hoby, ketidak mampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca / mengikuti
acara program televisi
gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk
melakukan hal yang telah biasa di lakukannya,gerakan yang sangat bermanfaat
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskulerserebral, sistemik,
hipertensi, episode emboli ( merupakan factor predisposisi )
Tanda :
c.
Eliminasi
Gejala
:Dorongan berkemih,(dapat
mengindekasikan kehilangan tonus otot )
Tanda : Inkontenensia urine/ feses; cenderung konstipasi /
impaksi dengan diare
d.
Integritas
ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi / orang
khayalan
Kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ;
menyakini bahwa objek yans salah penempatannya telah di curi. Kehingan
multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang di rasakan
Tanda :Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak
mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan memmbuka buku namun tanpa
membacanya)
Duduk dan menonton yang lain
Aktivitas utama mungkin menumpuk
benda tidak bergerak, gerakan tidak
berulang ( melipat, membuka melipat-lipat kembali kain,)menyembunyikan
barang-barang , atau berjalan-jalan.
Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya;perbahan alam
perasaan ( apatis, letargi, gelisah, lapang pandang sempit, peka rangsang ); marah yang tiba-tiba
di ungkapakan. ( reaksi katastrofik): depresi yang kuat , delusi, paranoia
lengket pada seseorang.
e.
makanan
/ cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan factor
predisposisi)
perubahan
dalam pengecapan, Nafsu makan, menginkari terhadap rasa lapr/kebutuhan untuk
makan.
Keilangan berat badan
Tanda :kehilangan kemampuan untuk mengunyah
Menghindari/menolak makan (
mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan )
f. Neurosensori ,
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,dan/ atau gambar yang kabur, keluhan hipokondrial tentang
kelelahan , diare, pusingatau kadang-kadang sakit kepala.adanya keluhan dalam
penurunan kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu,
penurunan tingkah laku ( di observasi oleh orang terdekat)
Kehilangan sensasi
propriosepsi ( posisi tubuh / bagian tubuh dalam ruang tertentu)
Adanya riwayat penyakit serebral
vascular/sistemik, emboli/hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagi
factor predisposisi)
Aktivitas kejang ( merupakan
akibat sekunder pada kerusakan
Otak
Tanda : Kerusakan komunikasi,afasia dan disfasia , kesulitan dalam menemukan kata-kata yang benar, bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;
terpenggal-penggal atau bicaranya tidak terdengar
Kehilangan kemampuan
untuk membaca atau menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus
)
g.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi faktor
predisposisi / faktor akselerasinya )
Tanda Trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya )
Tanda : Ekimosis, laserasi
Rasa bermusuhan / mnyerang
orang lain
h. Interaksi sosial
Gejala : Merasa
kehilangan kekuatan
Faktor psikososial sebelumnay;
pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku
Tanda : Kehilangan
kontrol sosial, perilaku tidak tetap
Diagnosa
keperawatan
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan
degenerasi neuron iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologis/ tonus otot
5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mudah lupa
6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan
kacau mental
7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
hubungan keluarga sangat ambivalen
INTERVENSI
Dx 1;roses perubahan berfikir berhubungan dengan degenerasi
neuron ineversibel
Kriteria hasil :
- mampu mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktor-faktor penyebab jika memungkinkan
- mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan ancaman dan kebingungan
ntervensi :
Mandiri
1.
kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan
orientasi terhadap orang, tempat, waktu, rentang perhatian, kemampuan berfikir
R : Memberikan
dasar untuk evaluasi / perbandin gan yang akan datang dan menpengaruhi pilihan
terhadap intervensi.
2.
pertahankan lingkungan yang menyenagkan dan tenang
R : kebisingan,keramaian,orang banyak biasanya
merupakan sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.
3.
lakukan pendekatan dengan cara perahan dan tenang
R : Pendekatan
yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan
persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang dan situasi tertenu.
4.
tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien
R : menimbulkan
perhatian ,terutama pada orang-orang dengan gangguan perseptual.
5.
panggil pasien dengan namanya
R : Nama
merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
individu. Pasien mungkin merespon pada namanya sendiri setelah lama tidak
mengenal orang terdekat.
6.
gunakan suara yang agak rendah dan bebicara dengan
perlahan
pada pasien
R: Meningkatkan
kemungkinan pemahaman . ucapan dan suara yang keras menimbulkan sters atau
marah yang kemungkinan dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi profokasi dan respon
marah.
7.
gunakan kata-kata yang pendek dan kalimat yang sederhana
dan berikan instruksi sederhana ( tahap
inap). Ulangi instruksi tersebut sesuai dengan kebutuhan
R : sesuai dengan
perkembangannya penyakit,pusat komunikasi dalam otak mungkin saja terganggu
yang menghilangkan kemampuan individu pada proses penerimaan pesan dan
percakapan secara keseluruhan.
8.
gunakan distraksi
R : Lamunan menbantu
dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada realita meningkatkan perasaan
realita pasien, penghargaan diri dan kemuliaan personal ( kebahagiaan personal
).
9.
hindari pasien dari aktivitas dan komunikasi yang di
paksakan
R : Keterpaksaan
menurunkan keikutsertaan pasien dan mungkin juga dapat meningkatkan
ecurigaan,delusi.
10.
bantu menemukan atau membentulkan hal-hal yang salah
dalam penempatannya. Berikan label gambar-gambar /hal yang dipilih
pasien.jangan elawan / mnentang pasien
R : Dapat
menurunkan defensif pasien jika pasien mempercayai ia sedang ada dalam tempat
yang salah, tersimpan atau tersembunyi. Membantah hal yang keliru dari pasien
tidak akan mengubah kepercayaan dan mungkin juga akan menimbulkan kemarahan.
kolaborasi
Berikan obat
sesuai indikasi :
1.
Antisiklotik, seperti halopiridol (Haldol),tioridazin
(Mallril)
R : Dapat
digunakan untuk mengontrol agitasi, halusinasi. Mallarir jarang digunakan
karena adanya beberapa efek samping yang bersifat ekstrapiramidal (
mis,distonia,akatisia) meningkatkan kekacauan mental ; masalah penglihatan dan
terutama gangguan berdiri dan berjalan.
2.
Vasodilator, seperti siklandelat ( Cyclospasmol)
R : Dapat
meningkatkan kesadaran menta tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut.
3.
Ergoloid mesila (Hydergine LC )
R : Peningkatan
metabolisme ( meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan metabolisme glukosa
dan menggunakan oksigen ) yang mempunyai beberapa efek samping.
Dx 2 : perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
Kriteria hasil :
- Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan stimulasi
- Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-faktor eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam kemampuan persepsi sensori
Intervensi :
Mandiri
- Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu yang termasuk di dalamnya adalah penurunan penglihatan / pendengaran.
R : Katena keterlibatan otak biasanya global, yaitu dalampersentase yang
kecil mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang menyebabkan
pasien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya ( gangguan unulateral
).
2. Anjurkan untuk menggunakan kaca mata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
R : Dapat meningkatkan masukan sensori,membatas /
menurunkan kesalahan interprestasi stimulasi.
3. Pertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan.
R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap prustasi
karena salah persepsi dan disorientasi.
4. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan seperti musik, yang lembut,gambar dinding cat
sederhana.
R : Membantu untuk menghindari masukan sensori pengihatan /pendengaran yang
berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang ,konsisten.
5. Berikan sentuhan dalam cara
perhatian
R : dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri
6. Ajak piknik sederhana ,jalan – jalan keliling rumah sakit.pantau aktivitas.
R : Piknik menunjukkan realita dan memberikan stimulasi sensori yang
menyenangkan yang dapat menurunkan perasaan curiga / halusinasi yang disebabkan
oleh perasaan terkekang.
7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologi dengan menggunakan bola
lantai,tangan menari dengan disertai musik.
R : Menjaga mobilitas ( yang dapat menurunkan resiko terjadinya atrofi otot
/osteoporosis pada tulang ).
Dx 3 : kurang
perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
Kriteria
hasil :
- Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri
- Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat memberikan bantuan
Intervensi
:
Mandiri
1. identifikasi
kesulitan dalam berpakaian /perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik :
apatis / depresi; penurunan kognitif ( apraksia )atau teemperatur ruangan (
dingin untuk mengenakan pakaian ).
R : memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan
intervensi /strategi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan pakaian
atau munkin memerlukan konsultasi dari ahli lain.
2. identifikasi kebutuhan akan kebersian diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan ranbut /kuku/kulit. Bersihkan kaca
mata dan gosok gigi.
R : sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan
kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3. Perhatiakan adanya tanda-tanda non verbal yang
fisiologis.
R : kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa
menyebabkan pasien mengunkapkan kebutuhan perawtan diri dengan cara non verbal.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas
R : waktu yang cukup dan ketenangan dapat menurunkan
kekacauan yang di akibatkan karena mencoba untuk menghindari / mempercepat
proses ini.
5. Bantu untuk
mengenakan pakaian yang rapi/berika pakaian yang rapi dan indah.
R : meningkatkan kepercayaan,dapat menurunkan perasaan
kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
6. izinkan tidur untuk menggunakan kaus kaki atau sepatu
atau pakaian tertentu atau menggunakan dua set pakaian jika pasien membutuhkan.
R:memberikankeamanan,mengubah,mengurangi,memberontakan
dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
DX 4 :perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
Kriteria hasil:
- mampu menciptakan opla eliminasi yang adekuat / sesuai
Intervensi :
Mandiri
1.
kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang
sekarang.
R:Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin
selanjutnya memerlukan pengkajian/interfensi.
2.
letakan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika
memungkinkan; buatkan tanda tertentu/pintu berkode khusus. Berikan cahaya yang
cukup terutama malam hari.
R: Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinesia mungkin
disertai ketidak mampuan untuk menemukan tempat berkemih/defekasi.
3.
Berikan kesempatan untuk melakukan toileting dengan
interval waktu yang teratur. Biarkan melakukan sendiri satu tahap per satu tahap pada
waktu tertentu. Gunakan penguatan positif.
R: Ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat mencega cedera. Sering
masalahnya melupakan apa yang akan dilakukan. Seperti melepaskan atau posisi
mendorong.
4.
Buat program latihan defekasi / kandung kemih. Tingkatkan
partisipasi pasien sesuai tingkat kemampuannya
R ;menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan
membantu menghindari kecelakaan
5.
anjurkan untuk minum adekuat selama siang hari ( paling
sedikit 2L sesuai toleransi), diiet tinggi serat dari sari buah. Batasi minum
saat menjelang malam dan waktu tidur
R; menurukan resiko konstipasi/ dehidrasi.pembatasan minum sore menjelang
pada malam hari dapat menurunkan seringnya berkemih / iinkontenensia selama
malam hari
Kolaborasi
1. berikan
obat pelembek feses, metamacil, gliserin supositoria sesuai dengan kondisi
R : mungkin diperlukan untuk memfasilitasi / menstimulasi defekasi yang
teratur
DX 5: Resiko
tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungann dengan Muda lupa
Kriteri hasil :
- mendata diet nutrisi yang seimbang
- mempertahankan/ mendatakan kembali berat badan yang sesuai
Intervensi
:
Mandiri
1.
kaji pengetahuan pasien/orang terdekat mengenai kebutuhan
akan makanan
R; identifikasi kebutuhan untuk membantu memformulasikan perencanaan
pendidikan secara individual
2.
tentukan jumlah latihan/langkah yang pasien lakukan
R; masukan nutrisi mungki perlu
untuk memenuhi kebuutuhan yang mendekati berhubungan dengan kecukupan kalori
secara individu
3.
usahakan / berikan bantuan dalam memilih menu
R; pasien mungkin tidak mampu menentukan pilihannya atau tidak menyadari
akan kebutuhan untuk mempertahankan elemen dari nutrisi
4.
usahakan untuk memberikan makanan kecil setiap kira-kira
satu jam sesuai kebutuhan
R; makanan yang kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai. Pembatasan
jmlah makanan yang diupayakan hanya sekalli waktu pemberian akan menurunkan
kebingungan pasien mengenai makanan mana yang dipilih
5.
berikan waktu yang leluasa untuk makan
R ; pendekatan yang santai dapat membantu pencernaan makanan dan menurunkan
kemungkinan untuk marah yang dietuskan oleh keramaian
6.
berikan stimulasi refleks hisapan mulut dengan menekan
dagu secara berhati-hati atau menstimulasi mulut dengan sendok
R: sesuai berkembangnya penyakit,
pasien dapat merapatkan gigi dan menolak untuk makan. Menstimulasi refleks
dapat menungkatkan partisipasi / pemasukan makanan
kolaborasi
1.
rujuk / konsultasi dengan ahli gizi
R : bantuan mungkin diperluakan untuk mengembangkan keseimbangan diet
secara individu untuk menemukan kebutuhan pasien / makanan yang disukai
DX 6: Resti disfungsi
seksual berhubungan dengan kacau mental
Kriteria
hasil :
- memenuhi kebutuhan seksualitas dalam cara yang dapat diterima
- tidak mengalami perilaku yang tidak tepat
intervensi:
mandiri
- kaji kebutuhan /kemampuan pasien secara individual
R; metode alternatif perlu diciptakan pada keadaan tertentu untuk
memfasilitasi kebutuhan akan masa intimasi ( keinginan untuk melakukan hubungan
seksual ) dan kedekatan
- amjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan / perhatiannya
R; seseorang denagn gangguan konitif biasanya tidak kehilangan kebutuhan
dasarnya pada afektif, rasa cinta, perasaan diterima , dan ekspresi
seksual
- berikan jaminan terhadap privasi
R; tingkah laku ekspresi seksual ungkin berbeda
- gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan, ingatkan pasien bahwa ni merupakan tempat umum( tempat masyarakat banyak ) dan tingkahlak yang dilakukan saat ini tidak dapat diterima
R; merupakan suatu alat yang paling bemanfaat ketiak ada tingkah laku
yang tidak sesuai, seperti membuka pakaian ( telanjang)
- berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan / mendiskusikan perhatian dari orang terdekat
R: mungkin memerlukan informasi / konseling mengenai alternatif
tertentu dalam melakukan aktivitas/agresi
seksual
DX
7 : koping keluarga tidak efekif berhubungan dengan
hubungan keluarga sangat embivalen
Kriteria
hasil :
- mampu mengidenifikasi/mengungkapkan dalam diri merasa sendiri untuk mengatasi keadaan
- mamapu meneriama kondisi oranng yang dicintai dan mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi keadaan
- menggunakan sistem penyokong yang ada secara efektif
intervensi :
mandiri
- libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien dirumah
R:dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi dirumah
- buat prioritas
R: membantu untuk membuat suatu pesan tertentu dan memfasilitasi
pemecahan masalah yang ada
- realistis dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan yang ada
R: menurukan stres yang menyellimuti harapan yang keliru, seperti
individu tersebut dapat menemukan kembali tingkat kemampuan pada masa lalu
setelah penggunaan obat tertentu
- bantu keluarga untuk memenuhi pentingnya mempertahankan fungsi psikososial
R: tingkah laku yang terhalang, tuntutan perawatan tinggi dan
seterusnya dapat menimbulkan keluarga akan menarik diri dari pergaulan
- diskusikan kemungkinan adanya isolasi, berikan penguatan kebutuhan terhadap sistem dukungan
R: kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua kebutuhan pasien
meningkatkan resiko penyakit fisik/mental
- berikan umpan balik yang positif terhadap setiap isaha yang dilakukannya
R: memnberi keyakinan pada individu bahwa mereka sedang melakukannya
dengan cara yang terbaik
- anjurkan untuk tidak membatasi pengunjung
R: kontak dengan bentk kekeluargaan merupakan dasar dari realitas dan
dapat memberikan satu jaminan kebebasan dari kesepian
Kolaborasi:
1. rujuk
pada sumber-sumber penyokong setempat seperti: perawatan lansia pada siang
hari, pelayanan dirumah, berhubungan denagan asosiasi penyakit Alzheimer( bila
ada )
R: koping dengan individu seperti ini adalah tugas purna waktu dan
membuat frustasi. Memberikan tanggung jawab pada tempat perawatan siang hari
mungkin mengurangi kejenuhan , menurunkan risiko terjadinya isolasi sosial dan
mencegah kemarahan keluarga, perkumpulan penyakit Alzheimer memberikan kelompok
dukungan pendidikan keluarga dan meningkatkan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E. Marylin Dkk, 2008.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN. Edisi 3, EGC : Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis
proses-proses penyakit Edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta
Price.
A. Sylvia,Lorraine.
M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 4 buku
2. EGC : Jakarta
Suddarth
dan brunne, 2000. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Edisi 8 volume 3, EGC : Jakarta
www.
Google. Com
Tugas kelompok :
keperawatan Medikal Bedah II
Dosen pembimbing :
Dewi Sartiya Rini, S.Kep,Ns
ASUHAN
KEPERAWATAN
ALZHEIMER
OLEH ;
KELOMPOK
IV
MOHAMMAD
MARFIANSAH
NUTHIFMAWATI
ARIEF
NAOMI
PAGORAI
MEY
SANTI
MARIANI
PROGRAM
KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA
WALUYA
KENDARI
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar