Kesenian keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada
periode Jomon, periode yang tertua dan merupakan Jaman Prasejarah pada sejarah
Jepang. Waktu periode Jomon sekitar 10.000 SM – 200 SM. Pada masa ini,
kehidupan masyarakatnya masih berburu dan meramu untuk kebutuhan makannya.
Bercocok tanam masih belum dikenal pada masa ini, walaupun mereka sudah hidup
menetap dan berkelompok, yang disebut (mura). Mereka tinggal di sebuah bangunan
yang disebut (tateanashikijuukyo).
Meski belum mengenal budaya bercocok tanam, tetapi
masyarakatnya sudah bisa membuat barang-barang tembikar. Dari situlah yang
menjadi cikal bakal dari kesenian keramik di Jepang. Barang-barang tembikar
pada masa ini bervariasi. Dapat diklasifikasikan menurut periode waktunya,
yaitu; permulaan, pertengahan, pra akhir dan akhir periode Jomon. Barang-barang
tembikar pada masa permulaan periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang
langsing.
Mulai dari
masa pertengahan ornamennya bebas dan tegas, hanya saja lebih kasar daripada
barang-barang tembikar jaman kuno lainnya. Ornamen tersebut dibuat dari tali dengan cara digulungkan
disekeliling barang tembikar tersebut. Area-area penemuan barang-barang
tembikar pada masa ini hanya terbatas di daerah pegunungan sekitar Honshu
tengah, tepatnya di perfekturan Nagano dan Yamaguchi.
Setelah periode Jamon usai, Jepang memasuki periode Yayoi.
Waktu periode Yayoi sekitar 200 SM – 250 M. kehidupan masyarakat di periode ini
sudah mulai bercocok tanam. Kebudayaannya berkembang dari pulai Kyushu sampai
sebelah timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai gerabah tanpa glasir sudah
mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar dan pembakaran yang mampu
mencapai suhu bebatuan pun sudah mulai dikenal. Tidak seperti barang tembikar
pada periode Jamon, barang tembikar pada Yayoi mengandalkan bentuknya daripada
dekorasinya. Barang kesenian oada masa ini, khususnya barang tembikarnya
merupakan permujudan pertama dalam kesenian Jepang yang sekarang ini sudah kita
kenal.
Kemudian
Jepang memasuki periode Nara. Periode ini kesenian keramik Jepang sangat
terpengaruh oleh kebudayaan Cina dan juga agama Budha yang dibawa masuk oleh
China pada periode Asuka. Pada periode ini merupakan masa emas kesenian Budha
yang ada di Jepang. Dengan adanya reformasi Taika, sistema pemerintahan di Jepang
meniru sistema pemerintahan yang ada di Cina. Para pengrajin Jepang pergi ke
Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik. Mereka mempelajari penggunaan
glasir dan pembakaran suhu rendah. Selama berabad-abad mereka menerapkan teknik
yang mereka pelajari dari Cina dan Korea.
Selanjutnya
adalah era Momoyama atau periode Muromachi pada tahun 1334 – 1573, mulai masuk
ajaran agama Budha Zen dan masuknya ajaran ini beriringan dengan kebudayaan
Cina, diantaranya perjamuan minum teh atau yang kemudian dikenal dengan Cha no
yu. Tembikar Karatsu, juga berasal
dari sekolompok orang keturunan Korea, kebanyakan produksinya untuk keperluan
sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum teh (tea ceremony). Daerah ini
memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi,
dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain. Kebudayaan
Cha no yu atau “upacara minum teh” membawa dampak besar pada pengaruh kesenian
keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum teh ingin peralatan makan dan
minum mereka juga mengekspresikan semangat Zen khususnya nilai estetika yang
mencari keindahan yang mendalam, alami, dan sederhana. Dari pandangan sejarah
keramik Jepang, aspek terpenting yang membawa pembangunan kembali kebudayaan
pun dari upacara minum teh.
Keramik Hagi, kebanyakan produksi keramiknya berupa
mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan ekspresi pribadi dan
pengglasirannya sedikit buram. Keramik tampil di depan sebagai keramik utama
dalam tea ceremony. Saat ini popularitas keramik ini mulai bangkit kembali
setelah sempat tidak diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah
litany kaya dengan besi, dibuat tanpa glasir untuk menampilkan keindahan tanah
liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara alamiah
akibat pembakaran. Kyoto
yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih maju secara cultural
juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga tidak mengherankan sebagai
puast seni diikuti juga perkembangan keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisonal
akan tetapi tembikar avant-garde pun berkembang di sana.
Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk peralatan
rumah tangga dan disukai oleh para penggiat tea ceremony. Tembikar Arita
dipercaya sudah ada sejak abad 16 [priode Momoyama], ketika seorang pembuat
keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita,
Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang.
Bahkan sampai priode Meiji [1868-1911] wilayah Arita merupakan pusat porselen
di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir
bawah dan gaya. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang
menggunakan glasir enamel dari polychrome.
Proses Pembuatan Tembikar Jepang
Seni Keramik Jepang penawaran dengan semua elemen seperti api, udara, bumi
dan air sebagai bentuk seni yang luar biasa dan teknik, lengan dan kepala
sehingga memiliki air, udara dan api.
Dalam seni membuat keramik
dimodelkan, pra dibakar dan masih diemail, dicat dan enfornadas akan di kayu
terbakar oven Noborigama dipanggil, yang satu ini memiliki jenis struktur
benar-benar refraktori terdiri dari tungku dan juga empat ruang yang saling
berhubungan dan mencapai suhu yang lebih tinggi dari 1400 derajat.
Ada banyak lokakarya yang menunjukkan lingkungan kerja itu sendiri di kaki oven dan melakukan kunjungan di seluruh sistem kultur yang digunakan, sehingga dimungkinkan untuk mengetahui integrasi penuh alam dengan tanah liat, serta air, kayu dan api, semua melayani lebih untuk memotivasi karya seni dari berbagai seniman.
Bahan yang Digunakan
Bahan yang paling umum digunakan
adalah tanah liat diekstrak di wilayah yang sudah berusia dan diperlakukan
menciptakan tekstur yang baik dan plastisitas serta model lanjut patung,
mosaik, obyek, pengaturan untuk kontainer, pot, vas, antara lain. Apalagi salah
satu dapat menemukan piring-piring tahan api dan keramik untuk semakin
menghargai masakan dan keahlian memasak dalam budaya Timur.
Makna dari
desain atau motif keramik Jepang
Desain atau motif pada keramik Jepang selain bertujuan
untuk memperindah dan mempercantik, ternyata memiliki makna tersembunya dari
penciptaan keramik tersebut. Berikut adalah contoh-contoh desain beserta
maknanya:
1) Corak
binatang
a. Luak
atau musang, merupakan bukti pengaruh takhayul dalam kesenian keramik Jepang.
Luwak yang dalam bahasa Jepang disebut (tanuki) ini sebenarnya adalah khayalan,
dari berbagai jenis binatang yang digunakan di corak keramik Jepang, binatang
inilah yang paling sering muncul. Banyak sekali legenda tentang tanuki Jepang,
tanuki digambarkan sebagai binatang yang cerdik. Untuk corak keramik biasanya
tanuki lebih populer digambarkan dengan membawa ceret yang dikenal sebagai
“bumbuku cha gama“ atau “ceret teh pembawa keberuntungan“. Mungkin adanya corak
tanuki ini dimaksudkan sebagai pembawa keberuntungan bagi masyarakat Jepang.
b.
Kelelawar atau Komori dalam bahasa Jepang, corak ini berasal dari Cina. Jepang
tidak menggunakannya tapi terkecuali apabila mengkopo dari Cina. Biasanya
digambarkan mirip yang asli. Kelelawar merupakan simbol dari pertanda yang
bagus karena cara baca Hanzhe (huruf kanji Cina) kelelawar sama dengan cara
baca Hanzhe yang artinya kebahagiaan.
c. Ayam
Jantan atau Ondori dalam bahasa Jepang, biasa digambarkan bersama dengan ayam
betina. Menurut legenda lama Cina, ayam jantan adalah seekor burung yang
menggambarkan lima kebajikan. Mahkota dikepalanya menandakan jiwa atau semangat
sastra; taji di kedua kakinya menandakan keberanian untuk melawan musuhnya; dia
selalu mengalah untuk ayam betina ketia menggaruk biji padi melambangkan
kebaikan; dan terakhir dia tidak pernah terlambat waktu untuk berkokok
menandakan esetiaan.
d. Naga
atau Ryu dalam bahasa Jepang, merupakan motif yang sangat favorit baik di
Jepang maupun di Cina. Menyimbolkan aspirasi dari penjiwaan. Bola mutiara yang
digambarkan bersamanya menjadi penanda jiwa atau esensi dari ketuhanan.
e.
Kura-kura atau Kame dalam bahasa Jepang, biasanya digambarkan panjang
dengan ekor yang lebar, adalah simbol Jepang tentang umur panjang. Biasanya
kura-kura ditampilkan dengan burung bangau, dan kombinasi ini biasanya
digabungkan dengan pohon pinus, yang menggambarkan ucapan selamat.
2) Corak
ikan dan kerang
a. Tiram
atau Awabi dalam bahasa Jepang, sebagai penghasil mutiara perhiasan wanita,
kerang biasanya juga digunakan sebagai barang penting saat orang Jepang diet.
b.
Gurame atau Koi dalam bahasa Jepang, merupakan simbol ketekunan dan hidup
sukses. Sangat populer dikalangan seniman Jepang karena pesolek, cantik dan
gerakannya yang lemah gemulai.
c. Udang
atau Ebi dalam bahasa Jepang, melambangkan hidup yang lama dan harapan untuk
dapat hidup sangat lama digambarkan dari punggungnya yang bengkok. Apabila
berwarna merah memiliki makna kekuatan di umur yang tua.
3) Corak
bunga
a. Sakura,
merupakan bunga yang melambangkan negara Jepang, biasanya berwarna pink, putih
atau kuning.
b. Bambu
atau Take dalam bahasa Jepang, menyimbolkan cadangan kekuatan karena walaupun
merunduk ke bawah permukaan bumi karena berat salju, ketika salju mencair pohon
ini kembali berdiri tegak seperti semula. Ia juga melambangkan kejujuran,
integritas dan kesetiaan.
c.
Anggrek atau Ran dalam bahasa Jepang, motif yang sangat biasa dalam keramik
Jepang. Biasanya digambarkan dengan desain yang elegan. Karena anggrek
menyimbolkan pendirian terhadap kerendahan hati dan kecantikan yang
tersembunya.
d.
Teratai atau Hasu dalam bahasa Jepang, bunga ini selalu berhubungan dengan
agama Budha. Di dalam keramik Jepang memang tidak banyak digunakan, tetapi
kalau digunakan pun biasanya merupakan pengkopian dari keramik budaya Cina.
Teratai menyimbolkan kemurnian.
4) Corak
buah
a. Limau
Jari atau Busshukan, merupakan simbol kekayaan. Buah ini biasa digunakan untuk
dekorasi Tahun Baru dikarenakan wanginya yang harum dan menyenangkan hati.
Biasanya dalam dekorasi keramik Jepang sering digambarkan bersam abuah persik
dan delima, menandakan promosi, tahun dan anak laki-laki.
b.
Persik atau Momo dalam bahasa Jepang, sangat sering
muncul dalam keramik Jepang, baik itu mangkuk, kotak cangkir, dan piring yang
mengikuti bentuk buahnya. Buah ini melambangkan pertanda
yang baik, simbol dari kehidupan dan pernikahan.
c.
Jamur atau Kinoko dalam Bahasa Jepang, merupakah hidup yang panjang bagi orang
Jepang. Biasanya keramik yang bercorak ini sangat tinggi nilai adatnya. Selain
yang sudah disebutkan itu masih banyak juga motif-motif yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar