do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Kamis, 31 Oktober 2013

Entrepreneur Harus Belajar Pilah Peluang

Salah satu hal yang paling mencengangkan dalam dinamika bisnis terutama yang masih baru dan berskala kecil dalam pasar ialah begitu banyaknya peluang yang datang menghampiri. Yang sering terjadi ialah perusahaan yang lebih besar dan mapan menghubungi startup untuk membicarakan mengenai kemitraan teknis dengan startup dengan ruang dan cara yang lebih canggih. Perusahaan yang lebih besar memiliki kompetensi inti yang sudah teruji keberhasilannya, sumber dayanya juga lebih berlimpah namun biasanya memiliki keterbatasan jumlah insinyur.
Sebuah startup yang bekerja dalam ruang terbatas dianggap sebagai cara paling cepat untuk mengumpulkan solusi perusahaan besar. Sebanyak 95% dari waktu yang tersedia, startup seharusnya TIDAK menyambut semua peluang dengan begitu mudah.
Jadi kapan saatnya yang tepat Anda mengatakan "YA" kepada sebuah peluang? Mari kita cermati sejumlah alasan berikut:
  • Kemitraan sudah menjamin minimum pemasukan untuk startup bersangkutan dan dana memiliki makna dan peran penting di sini.
  • Belum ada pekerjaan teknik terkustomisasi untuk dikerjakan (misalnya startup memiliki API dan perusahaan besar bisa melakukan semua hal yang mereka ingin lakukan tanpa kustomisasi)
  • Kemitraan seperti yang diajukan merekap merupakan bagian strategi inti startup dan akan menjadi yang pertama dari banyak yang bertampilan serupa.
Cukup tersanjung jika dapat membicarakan hal ini dengan perusahaan yang lebih mapan tetapi tentu tanpa strategi dan rencana matang. Bisa saja semua itu menghabiskan waktu dan tenaga Anda. Saran terbaik yang bisa Anda lakukan ialah jangan terlalu memikirkannya kecuali memenuhi syarat-syarat di atas. (*AP)

Tidak ada komentar: