Walaupun
kita hidup di negara demokrasi yang sepenuhnya menjunjung kebebasan
berpendapat, para entrepreneur dan pemilik usaha harus mempertimbangkan
banyak faktor sebelum mengeluarkan opini terkait masalah sosial politik
di sekitarnya karena sedikit banyak itu akan mempengaruhi citra brand
dan bisnis secara keseluruhan.
Jika
Anda ingin brand Anda menyatakan keberpihakan pada sebuah isu yang
memang dianggap penting dan harus didukung, jangan ragu untuk
melakukannya melalui brand Anda tetapi jangan lupakan juga pentingnya
strategi manajemen krisis dan kesiapan dalam memberikan tanggapan jika
muncul opini kontra.
Tetapi bila brand
Anda memilih untuk diam dan bermain aman, ada juga konsekuensi yang
harus diantisipasi, yaitu dianggap kurang menunjukkan kepedulian. Lalu
apa yang harus dilakukan jika memang brand Anda harus mengambil sikap?
Hal apa saja yang harus diperhatikan? Berikut paparan beberapa
entrepreneur sebagaimana dilansir dari laman ysfentrepreneur.com.
Waspada mengenai konsekuensi yang berlawanan
Menurut
entrepreneur Liz Theresa, saat sebuah brand memihak dalam perdebatan
sebuah isu, misalnya kenaikan harga BBM, ia mungkin akan menghadapi 2
hal: pertama, konsumen yang menjadi antipati karena berseberangan
pendapat dan kedua, konsumen yang sependapat akan makin setia pada brand
Anda. Namun, sekali lagi itu semua tak berlaku mutlak.
Waspada dengan pengucilan
Kata
James Agate yang mendirikan startup Skyrocket, entrepreneur dan pemilik
bisnis perlu waspada dalam bersikap agar tidak mengucilkan pangsa pasar
potensial mereka hanya demi pandangan prbadi terhadap masalah tertentu
yang peka. Namun, di sisi lain dengan berpihak brand akan lebih
manusiawi dan personal serta mencerminkan pemikiran mereka yang ada di
belakangnya. Kita sudah terlalu banyak menemukan brand yang hanya fokus
untuk menjual produk dan jasa tetapi tidak mau berbuat lebih dari itu
setelah mengecap untung banyak. Sebagian konsumen memiliki kekaguman
terhadap brand yang bersedia mengemukakan pandangan dan dukungan
terhadap satu isu penting di masyarakat. Jadi menghadirkan kepribadian,
membuat brand lebih hidup sekaligus membuatnya lebih dalam.
Pastikan keberpihakan itu relevan dengan bisnis Anda
Kita
bisa ambil contoh bagaimana Sarah Gross, pendiri dan pemilik Rescue
Chocolate, mengimbau pada pemerintah untuk kembali menerapkan UU khusus
yang bertujuan melindungi populasi banteng liar. Keberpihakan Gross pada
isu lingkungan hidup ini selaras dengan identitas brandnya. Gross lewat
Rescue Chocolate-nya mendonasikan semua keuntungan untuk berbagai
organisasi penyelematan hewan.
Lupakan niat tersembunyi
Terdapat
sejumlah masalah mengenai brand yang mengambil sikap dalam perdebatan
isu yang peka, ujar Joshua Weiss dari TeliApp Corporation. Menurutnya,
sebagian isu memang jelas-jelas tidak bisa dibantah urgensinya, seperti
pemberantasan kemiskinan, pemberantasan perdagangan manusia, peningkatan
kesehatan, dan sebagainya. Namun, ada juga isu lain yang lebih kabur
dan bisa jadi bumerang bagi brand itu sendiri jika kurang cerdas
memilih. Contohnya isu tentang agama, suku, politik, seksualitas, dan
lain-lain. (*Akhlis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar