do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Senin, 28 Oktober 2013

Berbakat secara Teknis Tak Jamin Sukses Berwirausaha

Setiap ahli dalam aspek teknis yang menemukan teknologi baru atau yang piawai dalam menciptakan solusi, meyakini bahwa itulah yang diperlukan untuk bisa menjadi entrepreneur sukses. Dengan berbekal ketrampilan dan pengetahuan teknis yang hebat, seseorang mungkin berpikir menjadi entrepreneur sukses hanyalah tinggal selangkah lagi.

Pada kenyataannya, tidaklah demikian. Bisnis yang dibangun karena semata-mata keahlian teknis cenderung lebih berisiko dibanding bisnis lain. Solusi teknologi yang kurang juga bukan biang keladi yang banyak menjatuhkan startup.

Sebuah survei yang dilaksanakan oleh Duke dan Harvard University terhadap lebih dari 500 perusahaan teknologi menunjukkan bahwa hanya 375 pemimpin mereka yang memiliki latar belakang ilmu komputer atau teknis. Jelas bahwa para ahli teknis seharusnya berpikir dua kali sebelum memiliki asumsi bahwa mereka memiliki kelebihan dari orang lain dalam menjadi entrepreneur sukses.

Kini ada banyak sumber daya di luar sana untuk membantu entrepreneur yang berlatar belakang teknis seperti buku terbaru oleh Krishna Uppuluri, Engineer to Entrepreneur: The First Flight. Ia mengidentifikasi kesalahan persepsi bisnis terutama dari kebanyakan pakar teknis, dan memberikan pendekatan latihan untuk memberikan batu pijakan awal dalam berbagai aspek kegiatan bisnis.

Berikut merupakan sejumlah poin yang patut diketahui:
1. Setiap orang mencintai ide bagus dan teknologi canggih: Sebelum menginvestasikan waktu dan uang yang begitu banyak pada sebuah ide dan teknologi canggih, entrepreneur semestinya menguji viabilitas komersial. Hal itu berarti mengevaluasi riset pasar pihak ketiga, mendapatkan masukan pelanggan yang konkret dari purwarupa/ prototipe, dan mendengarkan kecemasan dan keluhan staf yang berhasil dalam bidang bisnis yang relevan.

2. Saya harus bekerja sendiri agar kualitas terjaga: Para pakar teknis sering berpikir bahwa masalah bisnis bisa dipecahkan kemudian. Bekerja sendiri, atau dengan pakar teknis lainnya, merupakan langkah yang baik untuk mereka yang introvert agar mereka mampu mengendalikan dengan lebih baik dan meminimalkan gangguan. Sebuah tim dengan ketrampilan yang begitu majemuk lebih sukar diatur tetapi akan berpeluang lebih tinggi untuk mampu mewujudkan bisnis yang berkembang pesat dan besar.

3. Marketing cuma omong kosong dan penjualan ialah ilmu sihir: Peribahasa lama, Jika kita membangunnya, mereka akan datang mungkin berasal dari kalangan insinyur, menghadapi persaingan, atau berkomunikasi dan membelokkan tawaran dalam bidang industri tertentu. Dengan banjir informasi yang terjadi sekarang, seni menjual yang efektif merupakan kebutuhan yang mutlak.

4. Kami harus maksimalkan fungsionalitas sebelum fokus pada pelanggan: Kenyataan bisnis yang harus dihadapi ialah bahwa Anda tidak bisa merekayasa fungsionalitas hingga Anda fokus pada pelanggan. Fungsionalitas yang terlalu tinggi juga menjadi sumber kegagalan. Kunci keberhasilan entrepreneuer sekarang ini seharusnya ialah menjual lebih cepat, buat perubahan dan lakukan secara berulang.

5. Pakar teknis yang baik membenci ketidakpastian dan risiko: Seorang entrepreneur yang baik menerima risiko sebagai sebuah peluang. Hasilnya solusi yang dirancang pakar teknis bis ajadi terlalu sedikit atau sempit dan terlambat jika dinantikan pelanggan dalam pasar yang makin dinamis sekarang ini. Megelola risiko itu bagus, melenyapkan risiko buruk bagi startup.

6. Kami tidak bisa mencemaskan mengenai upaya perolehan keuntungan hingga kami selesai membuat produk: Jika Anda tak bisa menghasilkan laba, itu bukan bisnis. Aspek-aspek bisnis seperti cakupan pasar, demografi konsumen, manufaktur, distribusi dan biaya pendukung harus ditetapkan atau usaha Anda akan sia-sia saja. Menjalankannya dengan baik dan profesional tetapi tanpa anggaran yang benar akan membuat konsumen menjauh.

7. Pendanaan luar picu kerugian kendali dan tekanan berlebihan untuk menyelesaikan pekerjaan: Pendanaan mirip seperti mesin penggerak utama dalam perusahaan jika digunakan dengan benar. Investor menyukai untuk memberikan pendanaan bagi perusahaan yang tumbuh pesat dan skala bisnis modelnya makin teruji bagi entrepreneur, dan mereka menghindari dengan segala cara pendanaan riset dan pengembangan bagi para programmer/ teknisi. Sehingga muncul tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Meski begitu, terdapat banyak contoh lainnya mengenai perusahaan hebat yang dipimpin insinyur misalnya Microsoft saat dipimpin Bill Gates, Oracle oleh Larry Ellison dan Google oleh Larry Page. Ini semua menjadi bukti nyata bahwa menempuh langkah dari teknisi menjadi entrepreneur atau tim dengan seseorang yang bisa memberikan ketrampilan pelengkap dan perspektif yang lebih segar.

Sebenarnya, sebagaimana dikatakan Krishna dalam bukunya, sekarang saatnya mereka yang menguasai sisi teknis untuk beralih kuadran menjadi entrepreneur. Internet merupakan alat yang baik yang memungkinkan kita semua mengembangkan ketrampilan secara lebih mendalam dan cepat. (*AP)

Tidak ada komentar: