Dalam kehidupan yang akrab dengan
kelebihan dalam berbagai hal, para inovator perlu mencari konsep yang
berbeda dan baru. Mereka perlahan menyadari bahwa berinovasi agar
berhasil itu tidak banyak membutuhkan hal-hal yang tidak perlu dan hanya
menjadi pelengkap atau pemanis saja. Perlu ada substansi yang
dipertahankan dan pada saat yang sama kita perlu menyingkirkan hal-hal
yang kurang perlu, atau terlihat bagus tetapi fungsinya hampir nol.
Dengan
menawarkan konsep kesederhanaan, para konsumen akan lebih berpeluang
untuk memiliki pengalaman yang bermakna dan karena bermakna, ia akan
dikenang untuk, mungkin, selamanya.
Selama
6 tahun terakhir, menurut Matthew E. May dalam ulasan The Less-Is-Best
Approach to Innovation di Harvard Business Review, telah banyak kita
temukan lebih dari 2.000 ide baik itu berupa produk, proses dan
strategi. Di antara semua itu, yang menghasilkan efek maksimal dengan
pendekatan minimalis dan elegan memiliki 3 karakteristik yang sama.
Semua karakteristik ini bisa Anda terapkan dalam ide bisnis yang sedang
Anda kembangkan. Selamat menyimak.
Fitur yang ramping
May
mencontohkan bagaimana Instagram berkembang dari sebuah aplikasi
berbagi foto yang rumit dan dipenuhi dengan fitur-fitur kompleks bernama
Burbn. Kevin Systrom sebagai CEO menyadari bahwa Burbn terlalu kacau
dan rumit bagi pengguna kebanyakan. Systrom akhirnya menyederhanakan
fitur-fitur di Burbn sehingga pengguna baru pun bisa menggunakan dengan
hanya mengutak-atik sendiri selama sekitar 30 detik. Kesederhanaan fitur
menjadi senjata ampuh bagi Instagram dalam menarik pengguna baru. Dan
karena jumlah pengguna yang begitu besar itulah, Instagram akhirnya
diakuisisi oleh Facebook dengan jumlah fantastis.
Singkirkan hirarki, fokus ke konsumen
Sebuah
studi kasus yang menarik disuguhkan oleh May. Ia menceritakan bagaimana
sebuah perusahaan pembuat suku cadang bernama FAVI dan sang CEO
Jean-Francois Zobrist yang menggunakan konsep manajemen yang sangat
tidak biasa. Zobrist yang mengaku memiliki keahlian manajemen yang
kurang mendorong para pegawainya untuk mencari pekerjaan sendiri. Dengan
kata lain, ia mendorong pegawai untuk terus mengeksplorasi pekerjaannya
karena tidak ada yang memahami dirinya dan bidang yang ia kerjakan
selain dia sendiri, bahkan manajer pun belum tentu memahami. Zobrist
sangat mempercayai kompetensi pekerjanya dan menyerahkan semua pekerjaan
pada mereka. Ia singkirkan semua kendali seperti personalia,
pengembangan produk dan pembelian. Sebuah tim beranggotakan 20 orang
yang bergerak atas inisiatif sendiri dan mandiri pun bekerja.
Masing-masing memiliki spesifikasi pada suku cadang tertentu. Zobrist
menandaskan, Anda bukan bekerja untuk atasan atau saya, tetapi untuk
konsumen.
Lakukan meditasi
Meditasi
tidak terbatas dalam lingkup agama. Semua orang dapat melakukannya
tanpa harus menganut ajaran keyakinan tertentu. Meditasi terbukti
menenangkan pikiran yang penuh gangguan. Pimpinan Oracle Larry Ellison
menyarankan para pegawainya untuk bermeditasi di sela-sel waktu kerja
dan ia sendiri. Bill George CEO Medtronic yang juga pengajar di Harvard
menerapkan meditasi dalam perusahaannya. Para pegawai Medtronic
disarankan untuk menggunakan waktu senggang untuk bermeditasi
merilekskan pikiran yang tertekan dan enuh kecemasan yang berhubungan
dengan pekerjaan. Google juga pernah melaksanakan kebijaka serupa di
tahun 2007 dalam Google University untuk menggenjot kreativitas
pegawainya saat bekerja. Dengan bermeditasi secara rutin, kesadaran
diri, fokus dan perhatian serta kreativitas akan meningkat. (*Akhlis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar