Banyak pelaku usaha kecil yang tidak paham keuntungan memiliki
pembukuan. Dengan memiliki pembukuan pemilik usaha dapat mengetahui
kesehatan usaha yang dijalankannya. Tak hanya untuk pihak pemilik, untuk
pihak luar seperti pemasok, partner usaha, perbankan, dan pihak lain
seperti pemerintah juga sangat berguna dalam melihat kelayakan dan
kepercayaan terhadap usaha yang kita jalankan.
Khusunya pihak
bank, ketentuan umum untuk mendapatkan pinjaman modal hanya catatan yang
ada di pembukuanlah yang bisa memberikan informasi apakah pinjaman akan
dapat dikembalikan atau tidak. Untuk usaha skala mikro misalnya dengan
omset paling banyak Rp 300 juta per tahun hanya diperlukan informasi
tentang pembukuan pengeluaran dan pendapatan. Data ini akan memberikan
informasi apakah ada selisih positif atau tidak. Kalau ada selisih
positif berarti perusahaan itu untung dan kalau diberi pinjaman pasti
akan bisa kembali.
Untuk membuat pembukuan sederhana yang
diperlukan adalah catatan semua pengeluaran dan semua pemasukan. Berikut
beberapa langkah membuat pembukuan secara sederhana:
1. Buat
Catatan Arus Kas. Yaitu catatan harian mengenai pengeluaran dan
pemasukan keuangan. Pokoknya, setiap ada pengeluaran dan pemasukan harus
dicatat. Sebaiknya, dibedakan buku untuk catatan pengeluaran dan
catatan pendapatan. Dari catatan harian ini dibuat rekapitulasi per
bulan. Inilah yang disebut laporan arus kas (cash-flow).
2. Buat
Laporan Rugi Laba. Dari laporan arus kas tadi, dibuat laporan rugi laba.
Intinya, laporan rugi laba ini berisi pendapatan dikurangi dengan
biaya-biaya sehingga diketahui apakah usaha tersebut mengalami untung
atau malah rugi. Tapi ingat, Anda harus mengeluarkan faktor aset, modal,
barang, dan utang dari laporan rugi laba ini.
3. Buat Neraca.
Neraca dibuat untuk mengetahui nilai perusahaan dari waktu ke waktu.
Saat awal perusahaan, neraca perusahaan biasanya hanya terdiri dari
modal awal dan utang serta aset yang diperoleh dari belanja modal
tersebut. Aset termasuk sebagai aktiva, sementara utang dan modal masuk
sebagai pasiva. Seiring waktu, aset perusahaan bisa bertambah, bisa pula
terjadi utang-piutang, atau cadangan kas menjadi berkurang atau
bertambah, dan lain-lain. Intinya, nilai perusahaan bisa saja bertambah
atau berkurang karena perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar