do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 12 Oktober 2013

Jangan Samarkan Kritik

Dalam cara pandang lama yang kita banyak dengar dan anut sebagai orang Timur yang penuh sopan santun dan tata krama, kita sering menerapkan metode penyampaian kritik dengan menyamarkannya bersama pujian. Misalnya kita sampaikan pujian atau berita baiknya dulu, lalu diikuti dengan berita buruk atau kritikan, lalu diakhiri dengan pujian kembali. Mulai saat ini Anda perlu mengkaji ulang efektivitas metode penyampaian kritik seperti demikian.
Saat Anda harus memberikan kritik tentang hasil pekerjaan seseorang, akan lebih baik jika Anda menyampaikannya dengan terbuka daripada harus membungkusnya dengan sikap diplomatis. Sebisa mungkin Anda hindari untuk mencampuradukkan kritik dengan pujian seperti apa yang dilakukan banyak orang yang tidak ingin dimusuhi oleh orang yang dikritiknya. 
Mengapa demikian? Karena akan mudah bagi si penerima kritik untuk merasakan kebingungan saat menerima pesan Anda. Jika Anda menyampaikannya dengan cara diplomatis yang menyamarkan pesan kritis di dalamnya, kemungkinan ia tidak tahu bagaimana harus memfokuskan reaksinya.  Apakah berpuas diri, berbangga diri atau harus cepat-cepat memperbaiki diri?
Dan meskipun jika Anda masih merasa sulit untuk meninggalkan cara lama mengkritik yang peuh pertimbangan, sesuai konteks, dan seimbang serta objektif, Anda harus fokus penuh pada pesan inti, yaitu perbaikan kinerja yang kurang sesuai harapan atau pesan inti Anda akan kabur dan hilang begitu saja tanpa dimengerti si penerima. Sering kali inilah yang menjadi aspek terpenting dalam sesi pemberian masukan, jadi jangan sampai Anda mengacaukannya. (HBR/*Akhlis) 

Tidak ada komentar: