do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Selasa, 29 Oktober 2013

Membentuk Pegawai yang Etis

Seluruh staf perusahaan kadang harus terkena getahnya saat seseorang dalam perusahaan melakukan kesalahan fata. Bahkan jika mereka tidak melakukan perbuatan melanggar hukum dan etika seperti mencuri, menggelapkan dana perusahaan, menipu pihak lain, orang masih akan melakukan kesalahan-kesalahan bodoh yang bisa disengaja atau tidak. 
Berikut adalah 3 cara meminimalkan perilaku berisiko yang mencoreng etika perusahaan Anda:
1. Perbaiki proses perekrutan karyawan: Jangan hanya bersandar pada resume dan referensi calon karyawan. Siapa pun bisa memalsukan atau melebih-lebihkannya. Cobalah untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan yang lebih mendalam dan lakukan pemeriksaan latar belakang dan riwayat kerjanya. Sebagian perusahaan yang ingin menghindari risiko sebisa mungkin juga sering melakukan ppengujian kejujuran dan perilaku etis sang calon karyawan. Ini dilakukan untuk menghindari kekecewaan dan penyesalan di kemudian hari.
2. Berikan insentif pada mereka yang beretika tinggi: Orang-orang yang memiliki rekam jejak yang bersih dan baik dalam hal etika perlu diberi insentif nyata. Yang tak kalah penting, pastikan pengukuran kinerja perusahaan Anda dan sistem insentifnya tidak mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis.
3. Bangun budaya kerja yang transparan: Semua orang dalam perusahaan hendaknya tidak segan untuk mengutarakan apa yang ada dalam benak mereka saat mereka menemukan sesuatu yang kurang beres. Pastikan Anda memiliki sebuah mekanisme proses pelaporan tindakan tidak etis dan eskalasi risiko yang siap dijalankan. Aktiflah dalam memberikan dorongan pada orang untuk menggunakan proses tersebut jika mereka memerlukannya. (HBR/*Akhlis)

Tidak ada komentar: