Anda muda dan punya bisnis. Jumlah klien banyak dan omzetpun terus
meningkat. Tapi karena usia, Anda sering diremehkan. Dianggap terlalu
muda untuk mengelola bisnis, tak kompeten atau bahkan yang lebih buruk
adalah ada pihak lain yang ingin mengambil keuntungan dari Anda.
Pernahkah merasakan hal ini?
Ketika Matthew Toren mulai merintis
bisnis bersama kakaknya, usianya baru 7 tahun. Sosok yang kini sukses
menjadi pengusaha muda, mentor, investor dan salah satu pendiri laman
YoungEntrepreneur.com asal Vancouver B.C, Kanada, itu mengaku sering
mengalami diskriminasi ketika mengelola bisnis di usia yang masih
tergolong belia. Salah satunya datang dari kontraktor yang disewanya
untuk merenovasi kolam renang yang dibelinya dengan niat mengubah tempat
itu menjadi kafe untuk hang out anak muda.
Si kontraktor
menilai Toren yang kala itu duduk di bangku SMA sebagai sosok yang naif
dan tak mengerti apapun karena masih begitu muda. Ia juga menganggap
Toren hanyalah pegawai dan menyuruh Toren untuk memanggil atasannya
hingga ia bisa menjelaskan rangkaian hal yang akan direnovasi.
Perlakuan
tak menyenangkan yang diterima Toren tak hanya sampai di situ. Begitu
mengetahui Toren pemiliknya, si kontraktor lantas menawarkan renovasi
dengan harga tinggi dengan sejumlah perbaikan yang sebenarnya tak
dibutuhkan. Lalu apa yang terjadi kemudian? Tentu tak ada perjanjian
kerja sama diantara mereka. Tapi dari kejadian itu, Toren mempersiapkan
diri menjadi entrepreneur yang walau masih belia tapi bisa dihargai
serta dihormati oleh orang lain. Nah, bagaimana caranya?
Toren
menyiapkan tiga strategi untuk menjembatani perbedaan generasi tersebut.
seperti dilansir dari laman Entrepreneur.com, berikut adalah ketiga
strategi Toren yang mungkin juga bisa dijadikan kiat bagi para
entrepreneur muda Indonesia.
Tahu apa yang Anda bicarakan
Jika
tak tahu apa yang sedang Anda bicarakan, khalayak takkan memerlakukan
Anda dengan serius. Untuk memeroleh respon sebaliknya, pelajari segala
hal yang berkaitan dengan bisnis Anda, termasuk produk baik itu barang
atau jasa, jadi Anda mampu berbicara dengan jelas dan penuh wibawa.
Penting juga untuk memerlakukan orang lain dengan profesional, entah itu
vendor, pegawai atau customer.
Ketika Toren dan kakaknya
belajar seluk beluk industri yang digeluti, mereka dapat berkomunikasi
dengan begitu baik kepada semua klien yang berhubungan dengan bisnisnya.
Mulai dari distributor makanan dan minuman, pengusaha manufaktur
perlengkapan kafe dan supplier makanan dengan masing-masing
bahasa yang dikuasai oleh para kliennya tersebut. Upaya itu membuahkan
hasil sepadan. Merekapun memeroleh perlakuan selayaknya pelaku bisnis
seprofesional mungkin meski usia mereka masih terbilang muda.
Bersikaplah sesekali Anda tak mengetahui segala sesuatu
Banyak
entrepreneur muda berusaha untuk menutupi minimnya pengalaman mereka
dengan bersikap seolah-olah bisa melakukan segala hal. Bersikap percaya
diri memang tak salah tapi bila sesekali Anda bersikap seperti tak
mengetahui segala macam hal dan meminta bantuan orang lain, hal itu akan
menunjukkan integritas yang tidak bisa dianggap remeh.
Toren
mendorong semua entrepreneur muda mencari mentor untuk belajar serta
menggali ide. Mentor bisa menjadi entrepreneur yang lebih berpengalaman
dari Anda atau menjadi sosok yang bisa jadi lebih mengetahui bisnis yang
sedang Anda lakoni. Dari pengalaman Toren, sang kakek-lah yang
memandunya mengenal dunia dan prinsip dasar entrepreneurship serta
menunjukkan apa arti menjadi entrepreneur. Saya ingat kakek pernah
berkata bahwa entrepreneur melakukan apapun dan segalanya harus
diselesaikan hingga tuntas, kenang Toren.
Penampilan
Masyarakat
menilai orang lain dari penampilan dan cara berbicara mereka. Jadi
lupakan untuk menindik wajah atau mengenakan pakaian lusuh. Gaya itu
mungkin saja bisa membuat teman sebaya terkesan tapi tidak dengan klien
atau customer Anda.
Menurut Toren, hal itu bukan berarti
mengindahkan jati diri dengan berpura-pura menjadi orang lain dan
bukannya menjadi diri sendiri. Tapi Toren menyarankan bila ingin
dihargai sebagai entrepreneur sebaiknya jangan berpenampilan seperti rock star.
Toren dan kakaknya juga tak setiap hari memakai jas atau berpakaian
rapi namun mereka mampu mempresentasikan diri sebagai profesional muda
yang dapat menangani bisnis dengan serius di mata khalayak. (*/ely)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar