do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 05 Oktober 2013

Tips Temukan Orang Kepercayaan

Apakah Anda tipe entrepreneur yang susah mempercayakan pekerjaan penting dalam usaha pada orang lain? Bisa jadi banyak entrepreneur yang gila kendali seperti ini. Setiap saat ingin menangani pekerjaannya sendiri. Hingga suatu saat, ia jatuh sakit atau tidak bisa bekerja karena berbagai alasan yang tak terelakkan. Lalu bagaimana solusinya?
Mudah saja sebenarnya. Solusinya hanyalah delegasi tugas. Namun, bagi Anda yang susah mempercayakan pekerjaan penting dalam bisnis Anda pada orang lain, akan sangat merepotkan pula jika semua pekerjaan dalam menjalankan roda bisnis bergantung pada Anda. Anda juga harus berpikir bagaimana agar perusahaan Anda tetap bisa berjalan dan menghasilkan untung meski Anda tidak bekerja lagi. Itulah tahap yang perlu dicapai entrepreneur.
Untuk itu, penting sekali artinya bagi entrepreneur untuk memiliki orang kepercayaan. Sayangnya, memilih orang kepercayaan susah-susah gampang. Tidak ada resep khusus memang tetapi jika bisa diringkas dalam kiat simpel yang praktis, inilah yang bisa Anda pelajari dalam memilih orang kepercayaan.

Temukan orang dengan karakter dan integritas yang baik

Karakter yang positif dan teruji harus dimiliki oleh kandidat yang Anda akan jadikan orang kepercayaan. Jangan berspekulasi dengan merekrut orang yang belum dikenal baik. Setidaknya kenali seluk beluk kepribadian kandidat selama beberapa waktu. Integritas juga jangan sampai dilupakan. Jika calon orang kepercayaan cenderung suka berpikiran sempit dan menggadaikan apapun demi keuntungan jangka pendek, mungkin ia bukan orang yang tepat.

Cari orang gila

Bukan berarti mereka harus berkepribadian eksentrik, bergaya aneh atau sejenisnya. Orang-orang gila ini adalah jenis orang-orang yang mau bekerja lebih panjang, lebih keras. Lebih cerdas, lebih segala-galanya dibandingkan staf biasa yang Anda miliki.

Harus miliki idealisme yang sama

Calon yang Anda akan pilih haruslah memiliki idealisme yang sama dengan Anda. Visi dan misi yang mirip perlu dimiliki agar gerak kerja perusahaan lebih terfokus. Bayangkan jika sebuah kapal memiliki dua nahkoda dengan tempat tujuan yang berbeda. Saat nahkoda utama tertidur, nahkoda kedua akan memutar arah ke tujuan yang berbeda. Akan sangat merepotkan bukan?

Pastikan berani dalam ambil keputusan

Keberanian kandidat orang kepercayaan dalam mengambil keputusan atas kebaikan perusahaan adalah mutlak. Ia juga harus bersedia memberikan penjelasan dan bertanggung jawab atas setiap keputusan yang ia ambil saat Anda tidak berada di tempat.

Tak perlu anggarkan imbalan tinggi

Berkebalikan dengan banyak pendapat orang di luar sana, imbalan (entah itu gaji, bonus, atau fasilitas lain) bagi orang kepercayaan tidak perlu harus yang terbaik. Bukan karena Anda tidak mau memberikan yang sepantasnya, tetapi patut dipahami bahwa tidak semua orang masuk dan bekerja dalam sebuah perusahaan hanya demi uang. Meski demikian, jangan sampai besaran imbalan itu terlalu kecil dan kurang manusiawi. Sesuaikan dengan tingkat kewajaran. Memberikan terlalu banyak akan membuatnya rakus dan sebaliknya, terlalu sedikit akan membuatnya tidak bisa bekerja dengan lebih baik.

Ciptakan suasana kerja yang baik

Atmosfer kerja yang kondusif sangat krusial dalam membuatnya betah bekerja. Suasana yang kondusif ini juga perlu untuk mendorong terjadinya persaingan yang sehat. Persaingan ini semestinya memajukan bukan memecah kesatuan tim bisnis dalam perusahaan Anda.

Saat ia tidak setia, jangan salahkan

Satu aspek yang paling sensitif dalam memilih orang kepercayaan tentu adalah kepercayaan itu sendiri. Trust merupakan aset yang abstrak tetapi nilainya begitu tidak terkira. Dan kepercayaan ini berkaitan erat dengan kesetiaan seseorang pada perusahaan dan Anda sebagai pemilik/ entrepreneur yang memberikan kepercayaan. Saat seseorang menampik tawaran kita untuk menjadi orang kepercayaan atau di tengah jalan berubah haluan dan mengabdi pada perusahaan lain, jangan salahkan orang tersebut. Salahkan diri kita sendiri. Jangan menyusahkan diri dengan membuat alasan atau excuse. Justru itu harus menjadi cambuk bagi Anda dan perusahaan untuk mawas diri dan melakukan perbaikan. Apa yang membuat orang sekompeten dia meninggalkan perusahaan Anda? (*AP)

Tidak ada komentar: